Minggu, 25 Desember 2016

Pengakuan


Butuh dua tahun untuk mengaku, itu pun saat akhirnya harus benar-benar pergi. Saya tidak lagi bisa hanya berpamitan sebentar, kemudian disambut senyum atau gelak tawa saat pulang. Tawaran untuk ambil bagian menjadi lebih berguna juga sudah jauh tertinggal berbentuk cerita bersama mereka. Sebelum tulisan ini berlanjut, saya mau mengingatkan bahwa tulisan ini akan jadi memorandum dalam bahasan paling singkat. Mungkin, satu dua hal tidak disetujui anggota yang sama-sama ada di dalam rumah ini saat mereka membacanya, saya tidak peduli. Ini adalah kacamata saya, juga semua nada dalam kepala yang bisa saya terjemahkan.

Selasa, 13 Desember 2016

Ketika Kita

Tidak bisa tidak,
Saat langkah setuju untuk berpadu 
Akan ada lebih dari sebuah seteru
Aku setuju
Bukan untuk beradu, maksudku
Tapi memulai jalan baru
Adalah perkara berani maju, atas apa tujuan yang tak lagi diperjuangkan sendirian
Ada hal-hal di luar nalar, atau kemungkinan yang pernah terpikirkan
Tinggal menunggu giliran
Siapa yang akan terheran-heran lebih dulu
Kemudian menahan, bertahan
Karena semua bisa dipertimbangkan
Seperti semua awal mula,
Bagaimana setiap kata terawat dalam pendengaran
Seperti satu-satu harapan yang dilayangkan dan tidak untuk begitu saja dilupakan

Jumat, 18 November 2016

[Review] Dr. Strange, Film yang Jarang-Jarang


Review ini dibuat sebagai penonton yang benar-benar awam pengetahuannya  dan sering nonton tanpa liat trailer terlebih dulu. Bermula dari rajinnya ke bisokop dan download film setahun ini dan menimbulkan efek excited  tersendiri setelah film selesai tapi lupa lagi kalau ada yang cerita. Jadi kalau memang agak beda dari punya tetangga-tetangga sebelah ya maaf ya. Mata sama uang yang buat nonon kan juga ngga pinjem punya mereka.

Minggu, 30 Oktober 2016

Mengambil Ancang-ancang

Sekitar dua bulan yang lalu, saya baru saja selesai mengikuti kegiatan KKN yang saya ceritakan disini, sekaligus Praktik Pengenalan Lapangan (PPL) di salah satu SMA di Jawa Tengah. Kewajiban saya selama masa PPL ini adalah terjun langsung untuk memiliki pengalaman nyata dalam mengajar. Ternyata hal itu bukan hal yang mudah. Pertemuan-pertemuan pertama saya hancur. Banyak hal luput dari ideal mengajar yang sudah pernah diteorikan oleh para dosen saya di perkuliahan.
Berhadapan dengan mereka, berarti berlatih mengambil ancang-ancang

Percakapan dengan Laut

Terimakasih telah memberi laut kepada saya. Membaui asin yang manis pada udaranya. Mengizinkan ribut air dan batu saling adu tak mau mengalah. Hingga buih turun meminta perhatian pada kakiku yang kemudian dibuatnya basah. Mari ikut serta, katanya.

Selasa, 04 Oktober 2016

KKN? Most Likely Super Summer Camp!




Anak KKN masih nyaru kan sama pemuda desa?


Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebenarnya bertujuan utama sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dari pihak mahasiswa dan kampus di masyarakat. Program ini biasa dijalankan kami, para mahasiswa di semester sekian (baca : tua ), yang sudah menempuh sekian SKS dan merupakan mata kuliah yang wajib. Maka dipastikan, setiap kampus yang memiliki program ini, mahasiswanya harus menjalani kegiatan ini untuk bisa sampai pada kelulusan.

Kamis, 25 Agustus 2016

Kenyang dan Bahagia di Pasar Tradisional



Untuk kebanyakan perempuan, berbelanja adalah kegiatan yang menyenangkan meskipun barang-barang incaran tiap perempuan berbeda. Saya adalah salah satu perempuan yang menikmati kegiatan ini untuk mencari keperluan yang saya butuhkan. Bahkan dari daftar tempat favorit  saya, dua diantaranya adalah tempat untuk berbelanja yaitu toko buku dan supermarket bagian bahan pangan basah seperti daging dan buah.
Dari tempat kesukaan saya, kemudian muncul ajakan untuk menyambangai pasar tradisional di salah satu kabupaten di Jogja sewaktu saya menginap disana. Pertanyaan “mau ngapain sih?” langsung muncul ketika ajakan tersebut dilontarkan. Sebab, sejak kecil dan masih suka ikut ibu berbelanja di pasar saya pasti langsung meminta pulang apabila jajanan yang saya mau sudah didapat karena tidak tahan berjubelan dan becek di sekitaran pasar. Tapi demi jajanan-jajanan yang sudah lama tidak saya dengar namanya sebagai jawaban, saya nurut saja dibonceng dengan mata mengantuk.
Sampai di pasar dan parkir motor, saya sempat terdiam sebentar dan bertanya dalam hati apakah mereka salah tempat atau tidak. Karena bagian depan pasar terlihat besar dan bagus. Karena tidak tau apa-apa, mengekorlah saya ke tiga teman saya yang sudah lebih dulu jalan. Terlihat memang, bahwa pasar ini baru saja selesai dibangun. Bangunanannya apik dan besar untuk ukuran pasar yang berada di tengah kabupaten.  Lewat bagian depan, saya menggumam paling hanya bagian depan yang dibuat bagus.

Selasa, 16 Agustus 2016

#ProjectBerdua : Aku, Kamu yang Tak Pernah Menjadi Kita




Kita sudah berkenalan
Bertahun-tahun setelah ibu mengejakan bagaimana memanggilmu
Apa kamu suka ku sebut dengan bahasa ibu?
Karena buatku hanya itu yang dapat mendekatkan
Aku tumbuh dengan sekian jarak yang dicipta biru, hijau, dan kelabu

Kamu yang berada di antara
Pada penanda damai dan juga berani yang tak mengenal mundur
Lalu kamu?

Sabtu, 18 Juni 2016

#ProjectBerdua : Hadiah Bagi si Pelupa



          Pelupa mungkin menjadi nama tengah yang sudah saya sandang sejak lama. Tak terhitung berapa kali ibu mengantar barang-barang penting yang seharusnya saya bawa ke sekolah sejak zaman SD sampai SMA, atau girang bertemu seseorang yang saya hapal mukanya tapi tak secuilpun namanya terlintas di pikran, sampai saya malu sendiri karena harus menggunakan trik asal panggil agar kemudian dikoreksi oleh pemilik nama :D. Itu baru dua hal, belum lupa-lupa yang lainnya. Sampai keadaan ini diingat, menjadi bahan ejekan teman-teman terdekat, dimaklumi dan akhirnya dibantu oleh mereka agar menjadi memori tambahan bagi saya.
            Jangan kira saya pasrah saja dengan kelemahan satu ini. Untuk mengingat banyak hal penting, sehari-hari saya membuat catatan berlapis di berbagai tempat yang mudah saya akses agar tak lagi kelupaan. Tapi sialnya, menjadi lupa lebih mudah dan banyak caranya dari sekedar menengok catatan yang sudah saya siapkan. Tak terkecuali hari itu, satu hari yang biasa pada waktu perkuliahan. Setelah seharian menyelesaikan jam-jam kuliah dan menyetor tugas tanda rusuh yang tandanya saya tak kelupaan mengerjakan, saya pikir saya akan pulang dengan tenang. Nyatanya, ingatan saya ingin bercanda dengan tak mengingat letak benda kecil tapi penting. Kunci motor! Kejadian seperti ini memang bukan yang pertama bagi saya, tapi biasanya saya hanya lupa dibagian tas mana saya menaruhnya. Maka dengan tenang karena merasa tak hilang atau tertinggal di motor, saya membongkar tas ransel yang saya gunakan sambil masih tertawa-tawa dengan beberapa teman. Hasilnya? Tidak ada.

Kamis, 02 Juni 2016

#ProjectBerdua : Meski Bukan Satu-Satunya




Manusia dan ingatannya adalah dua hal yang kerap kali tak terhubung dengan baik. Inilah yang saya alami sebelum memulai tulisan ini. Saya kembali mengulik sejak kapan saya ada disini, membuat serangkaian jejak-jejak kata yang lebih sering saya sembunyikan meskipun ini dunia maya. Ternyata, sudah 6 tahun ke belakang rumah ini saya bangun, meski masih sekedarnya. Iya, sejak 2011 saya berhasil membuat rumah ini ada meski awalnya hanya terisi hasil salin dan tempel dari sumber-sumber lain.

Sabtu, 21 Mei 2016

Makan Malam Terenak



source
Menjadi perantau bukan perkara mudah bagi saya. Banyak hal yang menjadi tiada atau berubah karena tidak lagi dikelilingi banyak anggota keluarga yang lain. Salah satu  yang ikut berubah adalah cara memperingati hari ulang tahun keluarga dekat atau bahkan saya sendiri. Saya memang tidak dibiasakan untuk merayakan ulang tahun dengan pesta atau seremonial berlebihan. Tetapi paling tidak, ulangtahun di keluarga kami berarti doa-doa di pergantian hari, makan keluarga dari masakkan ibu saya yang tidak ada duanya dengan beberapa teman dekat dan ditutup oleh traktiran si punya hajat yang berulangtahun. Iya, intinya ngumpul dan makan enak dan bebas tugas rumah selama sehari.

Senin, 16 Mei 2016

Yang kamu lakukan itu jahat, Rangga

Banyak yang tak asing dengan sepotong kalimat ini, apalagi mereka yang telah menonton sekuel film Ada Apa Dengan Cinta. Termasuk juga saya, bahkan bagi saya ini adalah kalimat yang merangkum keseluruhan isi film. Mari lupakan meembahas serba-serbi film ini, secara keseluruhan saya mengapresiasi dengan baik adanya film ini meskipun ada beberapa hal yang kurang saya sukai. Tapi tulisan ini bukan tentang itu, ini tentang emosi dalam kalimat yang diucapkan Cinta, sang tokoh utama.

Selasa, 10 Mei 2016

Jogja, Kenapa Main ke Candi?

sumberr

Sebagai orang yang cepat bosan dengan dengan rutinitas apalagi tugas-tugas yang tak selesai-selesai biarpun sudah disambi dengan begadang, plesir adalah jawaban paling pas selain pulang ke rumah yang jaraknya ratusan kilometer dari kota ini. Tapi sebagai pelajar dengan kantong yang masih disubsidi sana sini dan tak terlalu punya banyak waktu longgar untuk jalan-jalan, maka jadilah tempat tujuan yang harus menyesuaikan. Untungnya, Jogja adalah provinsi dengan banyak destinasi wisata, salah satunya adalah candi.

Gunung Andong, Pertama Untuk (tak) Seterusnya

Perjalanan ini milik kami, atas inisiasi rengekan panjang dari bibir saya dan waktu yang berhasil ia curi. Memang tak butuh waktu yang lama untuk selesai mencapai tempat ini. Tapi percayalah, bagi saya seluruh yang saya ambil berupa kenang tak berkurang sedikitpun sampai hari ini. Bila ada yang belum tau, Andong adalah kawasan pegunungan setinggi 1726 MDPL di daerah Kabupaten Magelang. 
 

Saya seorang bocah yang besar di kota dan berpeluh karena panas, bukan kelelahan. Dia, laki-laki yang tiga tahunan ini terbiasa naik turun berbagai kontur bumi terutama di sekitaran pulau Jawa ini. Jadi perjalanan ini pastinya timpang. Memakan waktu sekitar satu setengah jam, perjalanan ini menghasilkan saya yang terengah-engah membawa ransel hampir tak berisi dan dia yang membawa carrier lalu sibuk membuat tenda dengan wajah yang biasa-biasa saja.

Minggu, 10 April 2016

Sudah malam

Aku berhitung satu-satu
Tentang sesiangan yang teramat megah
Seperti bukan panggungku
Aku kelu
Padahal biasanya mulutku menyemburkan apapun, sekalipun hanya gerutu
Kau pasti tau

Kini sudah malam
Saatnya tak lagi memikirkan ketuntasan yang mengejar kata pasti
Esok saja masih ada kelebihan sepersekian detik untuk melanjutkan asa, katamu
Merebah pada pelukmu
Pulang
Permintaanmu hanya itu
Dan aku setuju

Selasa, 05 April 2016

Mencicipi Masa Kecil di Jurug Gede

Jurug Gede, Gunungkidul, Yogyakarta


           Tempat bermain yang saya kunjungi tak pernah jauh dari air hingga saya justru malas mandi berkali-kali pantai menjadi destinasi.  Kali ini, saking berkeinginan untuk refreshing dari deretan pantai di kawasan selatan Yogyakarta yang sebenarnya tak membosankan, saya memilih Jurug = curug atau air terjun yang masih ada di kawasan yang sama dari deretan pantai-pantai cantik tersebut. Kebetulan, ada seseorang yang mau-maunya menemani saya sampai sana dengan hanya berbekal penunjukkan saya dari hasi l pencarian instagram dan pengetahuan jalan miliknya.  Jadilah pagi itu kami kesana.

Kamis, 31 Maret 2016

Saya (tak) cemburu

Saya disampingmu, jika kamu mau bercerita tentang bahagia yang pernah kamu punya dan mungkin sesekali kamu rindu. Satu dua kali saya mungkin mendebatnya, merasa heran tapi bukan iri. Saya akan lebih banyak diam dan mencatat dalam hati, untuk tak memberikanmu reka ulang ketika kamu disini bersama saya. Karena kenangan yang berkelindan tumpang tindih hanya akan merumitkan. Tentu, karena saya tak ingin menjadi pembanding. Tolong catat, ini bukan karena cemburu.

Minggu, 28 Februari 2016

Hei, Kakak Singa

Hei kak, terimakasih mau dengan sabar mengirimkan belasan surat musim pertama bagiku ini. Tentang tenggat yang hampir lewat atau kiriman mendesak pagi buta tolong dimaafkan. Aku tak selalu bisa punya jam yang sama untuk mengirimkan tanda cinta bagi para penerima. Senang rasanya dikenalkan bosse kepada kamu, bertambah satu lagi peredam sekaligus perpanjangan pikiranku di dunia maya yang ku bawa dalam nyata.

Meski sepertinya kamu sibuk sekali ya, kak. Sebulan pertama perkenalan denganmu, isi twittermu penuh dengan surat-surat yang harus lekas sampai. Hanya satu dua kali menjumpai percakapan atau kata-katamu sendiri yang tumpah disana. Apapun yang kamu kerjakan, semoga selalu membawamu pada bahagia. Seperti orang-orang yang lega suratnya sampai dengan jasa baikmu.

Satu yang langsung membuatku tertarik saat bosse menunjuk kamu sebagai kangposlingku, namamu. Liony ya kak? Lio. Singa. Apa rasanya menjadi seorang 'singa'  kak? Dan seperti apa singa hidup dalam dirimu? Hee. Maaf jika sebagai orang baru aku terlalu ingin tau. Tapi kata singa dalam namamu terdengar kuat dan menyenangkan. Semoga di kali lain, kita bisa berjumpa seutuhnya raga ya kak. Sepertinya kita sekota :)

Pangapurane yo kak, jika suratku tak utuh 30 seperti orang-orang lain yang begitu rajin. Untuk menuliskan yang sudah ada saja, beberapa diantaranya perlu kurangkai-hapus berkali-kali. Mungkin aku akan menjadi coretan merah dalam rapormu pada bosse, sampaikan salam dan maafku juga untuknya ya. Bagaimanapun kalian menjadikanku mau berusaha, semoga pahala balasannya.
Salam sayang dari jogja yang hujan.

Terimakasih, pak



Untuk sosok sederhana yang seringkali membuatku gemas karena diamnya, terimakasih untuk cinta luasmu. Aku pernah marah padamu ya, beberapa kali bahkan. Apakah kau juga begitu? Maaf untuk kelakuanku yang tak sabaran dan belum paham bahasa diammu. Bagaimana jika nanti aku pulang, kita menghabiskan waktu berdua lebih banyak?

Jumat, 26 Februari 2016

Jika Rindu

Kemana seharusnya anakan sungai yang meluap ini beralamat?
Tak pernah ada cukup waktu untuk bersabar menemukan lautan kering menyisakan garam
Segala kenang tumpah ruah membanjiri jalan yang ditempeli tawa kita di hari kemarin
Tak ada sesal bila itu membawa aroma tubuhmu yang tak pernah berganti dalam ingatanku

Sulit untuk meminta rindu agar berhenti mengetuk-ngetuk
Maka ku bukakan pintu yang membawa dingin pada telapak kaki
Membiarkan ingatan tentang percakapan yang tak selesai diantara kita menyelesaikan kalimatnya sendiri
Aku menonton dengan kelu
Disini masa dorman bagi cerita bersamamu tak lagi berlagu
Akan menjadi panjang dan tak menemukan tetas benih seperti dalam cita-cita

Tak ada yang bisa berhitung berapa kali aku akan kembali dikunjungi
Aku sudah bersiap menampung semuanya sendiri
Bukan berlagak kuat menangkup bah
Aku hanya tak bisa lagi berjalan menujumu untuk pulang
Dan sebuah andai tak lagi mampu menjadi bintang terang

Minggu, 21 Februari 2016

Kerap Kali Takut



Tuhan, hari surat ini beralamatkan padaMu. Mungkin sebelum aku sampai pada titik penutup, segalanya telah terbaca dengan jelas. Karena seluruh pikir juga hati titipan dariMu ini selalu menunggu Kau berkenan untuk sekedar mampir. Nyatanya, aku masih terlalu meremehkan ya? Mampir adalah perkara tak sengaja kemudian lekas pergi lagi, tapi kedatanganMu tak pernah seperti itu. Selalu datang dan tak pernah pergi, aku saja yang kadang kala lupa mencari di ruang mana Kau sedang serius memperbaiki satu-satu kerusakan yang ku buat sendiri.

Sabtu, 20 Februari 2016

Catatan Indera

Banyak manusia dibekali dua telinga untuk membaca berbagai jenis suara

Punya dua mata yang mungkin tak selalu sempurna tapi bisa digunakan untuk mendengar berbagai mimik dan gerak yang berebut menyita perhatian

Tapi saat mulut dan pesan kerap kali gemar menjatuhkan cibir dan anggapan, kecacatan seperti apa yang memutuskan penghubung antara segala indera dengan pikir dan hati sebelum sampai pada kata?

Tuhan, kami perlu meminta seperti apa agar simpanan kepekaan dan peduli yang luas tak begitu saja usang membusuk dalam dada?

Balasan

Terimakasih untuk selalu ingat aku, bahkan menulisi namaku pada deskripsi untuk dirimu sendiri. Aku baru tau, sebegini besar ya ternyata arti ku di sederet nama temanmu yang bahkan banyak tak ku kenal.
Adalah aku yang bahkan jarang sekali membuka percakapan dalam pesan-pesan jarak jauh kita,

Kamis, 18 Februari 2016

Cermin yang Berbicara



Sejujurnya saya akan membuka surat ini dengan penyesalan, karena keberadaannya adalah buah dari permintaan yang tak bisa saya tolak. Kesalahan saya juga sih, menawarkan semena-mena seakan saya tau harus menulis apa tentang kamu. Sekarang saya kena bala, apa yang saya pikirkan untuk menjadi surat ini adalah siapa saya sebenarnya di hadapan banyak mata yang kelak akan membaca.

Rabu, 10 Februari 2016

Kepada Aku


http://photobotic.blogspot.co.id/2009/08/wet-window.html

Sore ini terbuat dari hujan yang sama sekali tak mau mengalah, tapi bisakah kemudian senyum merekah? Bukan untuk berpura-pura pada harimu yang patah agar terlihat baik-baik saja, lengkung itu menandakan kamu masih hidup dalam kesyukuran, ingat?

Senin, 08 Februari 2016

Menyurati Senja

#30HariMenulisSuratCinta
Dengan apa ku ketuk agar kamu datang?
Aku disini hampir lelah dengan hari yang hujan
Bukan tak mencintai, kamu selalu tau mereka datang berbarengan menutup banyak terang
Seperti milikmu yang aku rindu
Mencintai gelap tak sepenuhnya harus bersama kan?

Banyak yang mungkin mengabaikan kamu
Tapi aku berusaha tak sekalipun melakukannya
Sejak pertama kali kamu mengajakku berkenalan
Dengan merah, jingga juga keuunguan menghadap barat
Setelahnya, aku tau banyak hari yang harus ku tebus
Untuk hari-hari lengkap bersamamu yang urung kusadari

Sini senja,
Seperti biasa, ada luka-luka yang harus digelapkan lebih awal
Juga erang yang akan samar oleh semburatmu
Disurukkan padamu sebelum malam tau
Biar lelah sisanya kemudian diurus malam
Aku merindumu

Minggu, 07 Februari 2016

Katamu, Bermimpi itu Perlu



 #30HariMenulisSuratCinta
Halo, aku bingung bagaimana harus menyapa laki-laki yang jauh lebih cerdas juga punya wibawa. Rasanya, harus pula dalam diri ini menyiratkan hal sepadan, tapi jika tak terlihat jadikan sekali ini adalah pemakluman. Lain kali aku akan belajar. Menulis untukmu adalah percobaan yang tak beranjak dari menemukan masalah, langkah satu dari lima dalam penelitian tuntas. Tak pernah selesai apalagi terbaca kamu. Kamu, laki-laki yang sampai hari ini masih bertanda lajang. Tapi hidupmu tak berhenti berkawinan dengan banyak hal baik.

Jumat, 05 Februari 2016

Titip Cium Buat Kamu



Dihadapanmu aku diam. Diam sampai kamu berlalu dengan pesonamu yang rupawan yang bisa berwujud apapun di dunia. Tapi kamu saat memanas adalah dambaanku, terutama pada malam-malam yang gigil menceritakan rindu. Aku tak tau sejak kapan ini bermula, yang ku semogakan adalah tak pernah ada akhirnya meski aku belum mampu menikmati tubuhmu sepenuhnya seperti mereka yang telah menghamba. Mencecap surga di dunia, katanya. Ah benarkah?

Selasa, 02 Februari 2016

Dua Laki-laki di Tahun ke Empat

#30HariMenulisSuratCinta
Perkenalan kita tak pernah langsung memang, tapi kalian datang dan saya begitu saja senang. Rasa percaya begitu saja cepat menjalari saya meski berkali-kali setelah kita saling mengenal kerap kali ada paksaan yang harus dituruti. Sesekali tangan juga pipi ini adalah sasaran yang tak bisa dihindari.
Anehnya sampai hari ini saya tetap nyaman, berada diantara kalian. Disayangi dengan cara yang tak sama dan ini tahun keempat kita bersama.
Akang, begitu saya memanggil sebelum nama kalian. Tak ada laki-laki lain yang berjuluk seperti iti di hidup saya setidaknya jika kemudian ada hanya kalian yang menjadi dua di dunia, lainnya cuma lewat.
Tau apa yang paling berharga dari kalian bagi saya? Senyum.

Tak Ada yang Perlu Cemburu

   Apa sebenarnya dicemburui orang-orang tentang kita yang berulangkali tertawa di tempat berbeda? Padahal kita sering kali menertawai kebodohan yang terulang sebagai manusia, biarpun lebih banyak kebodohanku sih. Mereka cuma melihat tawa memang sepertinya, karena hanya itu yang bisa terbaca saat tak sengaja memergoki tiap-tiap pertemuan kita yang singkat di sudut gedung kuliah atau wajah ngantuk setelah seharian di jalanan Jogja. Ah, tak tau kah bersamamu memang menyenangkan bagiku? Walau tak jarang aku akan berpura-pura marah bila candamu mengarah menyebalkan.
Sekali lagi, aku masih mendengar banyak yang cemburu melihat kita. Bahkan gadis yang hapal mati seluruh cerita tentang hari-harimu termasuk luka yang tak pernah kamu tampakkan di depanku. Apa dia ributkan? Perihal aku yang merindui temu denganmu untuk sekedar memuntahkan isi kepala yang tak bisa dikeuarkan sembarang. Tak tau kah ia, bahwa kerap kali aku terang-terangan melontarkan nada iri sekaligus kagum terhadap kamu yag berjuang bersamanya agar tetap waras menjaga apa yang kalian punya pada jarak dan rutinitas yang ritmenya seringkali tak sama. Sampaikan padanya, cemburunya hanya membuang-buang fokus yang kalian punya untuk hari yang masih panjang. Sampai hari ini, tak sekalipun aku berpikir mencemburui balik yang juga menurutku berharga.

Senin, 01 Februari 2016

Untuk yang menjadikanku dewasa


   Untuk seseorag yang  dekat, sangat dekat. Banyak hal yang kita bagi berdua dengan atau tanpa kompromi. Bahkan kurasa nyaris semua yang bisa maupun tidak untuk diminta telah berbagi. Wajah yang nyaris setiap orang bilang sama meski alis, tulang pipi, hidung  dan rambutmu adalah ayah dan milikku serupa ibu. Lalu mata dan bibir adalah sebaliknya. Belum lagi bagian tubuh dan pola-pola yang terlihat sama meski kita tetap berbeda lainnya. Hei, kini pun tinggi badan kita sama, sejajar. Terbagi sama rata.
Beberapa tahun belakangan adalah tahun-taun tersibuk bagi kita. Apalagi dengan aku yang sudah sangat jarang mendengarmu bercerita lucu menjelang tidur seperti dulu. Terimakasih sudah menjadikan masa kanakku menyenangkan dengan imajimu dalam dongeng yang tak pernah dibacakan ibu. Masih ingat?
Sejak dulu, kamu adalah anak manis yang ikut saja apa keinginanku tentang jenis permainan yang harus kita mainkan untuk kemudian kita ributkan sehingga ibu marah. Kamu selalu menjadi kawan main yang asyik sepanjang sejarah. Meski kini, ajakanku lebih banyak kamu tanggapi dengan kata terserah. Apa kamu sudah jengah?
Aku tau kamu malas membaca setelah dua paragraf apa-banget di atas. Tapi tolong, sekali saja habiskan seluruh tulisan ini masuk dalam matamu yang memang tak terlatih mencerna banyak baris kata tanpa angka, gambar dan warna. Biar kepalamu mengenal, seperti inilah caraku mencinta apa yang kupunya. Ini perbedaan kita yang tak bisa terelakkan, aku akan berhenti memaksamu untuk lebih rajin membaca seperti saat kamu di sekolah dasar dulu. Sebagai gantinya, ku pastikan selalu ada buku baru dalam lemariku yang tak pernah ku kunci atau di bawah meja belajarku. Bacalah jika senggang atau tugas dan kegiatan tak sedang mendesakmu. Agar kamu tau ada yang lebih mengasyikkan dibanding menonton televisi berisi banyak iklan untuk kamu rengekkan produknya ada di tanganmu.
Ah, tau apa pula aku yang kerap menyibukkan diri sejak bertahun-tahun lalu. Telingakukah yang nyaris tuli tentang cerita-cerita remajamu yang seru? Atau memang seperti ini kah karma untukku yang menyembunyikan diri sendiri dan membiarkanmu melalui banyak hal tak mengenakkan mampir dalam masa kembangmu? Kamu yamg menutup mulut dan kerap cepat bermuka masam setiap waktu memperbolehkan kita berdua dari rutinitas yang terpisah. Ceritalah, aku ingin mengenali lukamu juga apa yang membuatmu tertawa dengan mata berbinar terang.
Untukmu yang ada pada masa-masa laluku, menjadi saksi beriringan di masa sekarangku dan kemudian yang akan melihat masa depanku. Jauh memang sempurna yang kupunya sebagai orang yang seharusnya menjadi contoh baik dalam hidupmu kemudian. Tapi banyak hal baik yang telah kamu sakiskan adalah bagian dari usah yang mampu aku laksanakan, masih terlalu sedikit dan kecil ya? Iya, memang justru kamu yang kerap kali ibu jadikan contoh untuk hidup lebih benar dan aku mengakuinya. Terimakasih ya.
Untuk itu, kamu tak perlu iri bahkan takut tak mampu sepertiku nanti. Tak usah lah lebih tepatnya. Jadilah kamu yang mampu membahagiakan dirimu sendiri dan tak lelah berbuat baik saja. Aku, ayah dan juga ibu akan bahagia dengan sendirinya. Kamu ingat? Seperti saat kamu baru berusia tiga dan kukuh mengatakan angka kesukaanmu adalah tiga dan oranye adalah warna terbaik di dunia. Ceritamu lantang dengan tawa meski sampai kini aku tak pernah tau alasannya tapi melihatmu bertahan dengan pilihan yang kamu senangi di usia belia membuatku juga bahagia. Untuk saat ini ku tafsirkan sendiri, tiga adalah perwujudan cinta juga doa yang tak pernah putus dari ibu, aku dan juga ayah. Lalu oranye? Bolehkan ku artikan sebagai warna senja? Menambah daftar panjang kesamaan kita. Kalau tak suka, silakan kemukakakan langsung alsannya dan kita akan berdebat panjang dengan eskrim besar di masing-masing tangan.
Kakak yang banyak menuntut
P
#30harimenulissuratcinta