Kamis, 25 Agustus 2016

Kenyang dan Bahagia di Pasar Tradisional



Untuk kebanyakan perempuan, berbelanja adalah kegiatan yang menyenangkan meskipun barang-barang incaran tiap perempuan berbeda. Saya adalah salah satu perempuan yang menikmati kegiatan ini untuk mencari keperluan yang saya butuhkan. Bahkan dari daftar tempat favorit  saya, dua diantaranya adalah tempat untuk berbelanja yaitu toko buku dan supermarket bagian bahan pangan basah seperti daging dan buah.
Dari tempat kesukaan saya, kemudian muncul ajakan untuk menyambangai pasar tradisional di salah satu kabupaten di Jogja sewaktu saya menginap disana. Pertanyaan “mau ngapain sih?” langsung muncul ketika ajakan tersebut dilontarkan. Sebab, sejak kecil dan masih suka ikut ibu berbelanja di pasar saya pasti langsung meminta pulang apabila jajanan yang saya mau sudah didapat karena tidak tahan berjubelan dan becek di sekitaran pasar. Tapi demi jajanan-jajanan yang sudah lama tidak saya dengar namanya sebagai jawaban, saya nurut saja dibonceng dengan mata mengantuk.
Sampai di pasar dan parkir motor, saya sempat terdiam sebentar dan bertanya dalam hati apakah mereka salah tempat atau tidak. Karena bagian depan pasar terlihat besar dan bagus. Karena tidak tau apa-apa, mengekorlah saya ke tiga teman saya yang sudah lebih dulu jalan. Terlihat memang, bahwa pasar ini baru saja selesai dibangun. Bangunanannya apik dan besar untuk ukuran pasar yang berada di tengah kabupaten.  Lewat bagian depan, saya menggumam paling hanya bagian depan yang dibuat bagus.

Ternyata, setelah berkeliling los-los pedagang buah dan sayur yang berada di bagian belakang juga tertata rapih dan bersih. Padahal kami kesana sewaktu pagi mulai tinggi. Saya yang punya hobi berlama-lama di depan tumpukan sayuran dan buah kegirangan melihat dagangan mbok-mbok disana. Mereka juga ramah memberi tahu berbagai bahan makanan yang saya tidak tau nama atau rasanya. Sayur dan buah yang dijual pun masih banyak yang bagus meskipun matahari agak terik. Sampah juga tidak ada yang berceceran di sekitar kios.
jajan!
Hal lain yang membuat saya menjadi jatuh hati, tentu saja jajanan pasar yang untungnya masih ada sewaktu kami kesana. Ada lopis, pengananan berbahan dasar beras ketan yang dilumuri gula jawa cair dan parutan kelapa , chenil yang berwarna-warni dan kenyal, juga gethuk tak luput dari perhatian saya. Karena sudah agak siang pula, kami diberi banyak bonus oleh si mbah yang menjual.  Padahal harganya juga sudah murah. Kami berempat hanya menghabiskan uang sekitar Rp 20.000 untuk jajan sampai kekenyangan. Sewaktu asyik memburu jajanan pasar, saya juga melirik mbok  jamu tradisional yang berdagang di sebelahnya. Tanpa menyia-nyiakan waktu langsung saja segelas kunyit asam dan air jahe memenuhi kerongkongan  saya kering karena tertawa-tawa sepanjang berada disana.
Minum jamu buatan tanagan simbok

Pasar tradisional kini benar-benar berganti wajah, hampir tak ada kesan kumuh dan  jorok. Lorong pasar juga lumayan besar untuk dilalui para pengunjung dan pedagang. Beruntungnya kami sewaktu kesana juga bukan pada hari pasar yang menurut sumber , jatuh setiap hari kliwon jadi tidak begitu ramai. Tapi saya rasa walapun pasar sedang ramai, pengunjung tetap dapat berbelanja dengan nyaman karena jalan cukup lebar. Barang-barang yang dijual juga semakin lengkap, tak hanya kebutuhan dapur saja dan sudah dikelompokkan menurut jenis barangnya, sehingga lebih terjaga kebersihan dan higeinitasnya.
Mungkin pergantian wajah di pasar tradisional seperti ini sudah lama dilakukan pemerintah utnuk tetap menggiatkan daya saing dengan supermarket yang kian menjamur. Saya yang sudah terlalu lama antipati terhadap pasar tradisional sepeti ini sehingga baru tau belakangan ini. Padahal para si mbok dan pedagang lain di pasar justru adalah yang paling dekat dengan kita. Di supermarket atau hypermart mungkin kita sudah biasa mendapat keramahan hasil training pihak manajemen, meskipun bukan hal yang salah tetapi menurut saya berinteraksi dan meminta dipilihkan barang terbaik di pasar-pasar tradisional hasil pengalaman para pedagang menjadi sesuatu yang menyenangkan. Apalagi bagi saya yang lebih sering hidup di lingkungan dengan kemahalan ramah tamah yang spontan dan tulus. Untuk pemula yang baru ingin lirilk-lirik dapur atau belajar memasak, pasar tradisional juga bisa dijadikan tempat belajar. Karena seringkali para pedagang disana juga memberi saran masakan apa yang dapat dibuat berbekal sedikit bahan dan cara masak yang mudah. Tak usah malu, coba saja bertanya pada mereka sewaktu kios tak terlalu ramai agar kita dapat berinteraksi lebih banyak dan juga tak malu dilihat pembeli lain tentunya.
Saya bahkan bercita-cita bisa mengajak adik-adik ketempat ini nantinya untuk belajar banyak pengetahuan baru dengan cara yang menyenangkan. Menyenangkan kalau mereka tau bahwa setiap pagi buta truk-truk menurunkan suplai kebutuhan pangan dan sandang, tau bedanya kangkung, bayam dan katuk sebelum di masak di dapur atau menghidu berbagai bau rempah yang baru saja dipanen. Oh satu yang penting, membeli sendiri dan mencicipi jajanan pasar yang berbagai jenis dan rasa agar mereka tau bahwa makanan enak bukan hanya cheesecake  berharga puluhan ribu per potongnya tapi juga gethuk yaang bisa dibeli dengan harga dua ribu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar