Selasa, 30 Juni 2015

Tempat Sampah

Seberapa penting?
Seberapa jauh cintanya?
Seberapa akrab?
Pada akhirnya diantarkannya kau pada peluk ku
Lebih sering tanpa mata yang harus berkaca-kaca
Seluruh kisah dan saripati  kepunyaanmu, dulu
Menguar dalam rongga
Penuh gaungnya merayapi setiap sisi
Tak apa
Desah rintih bahkan amuk, hanya milik dengarku
Bersenandunglah dalam kidung laramu
Tak ada yang lebih lekat dengan tabah kecuali aku, kau tau?
Jika lagu-lagu mu kemudian diam
Tubuhmu endap
Aku menyimpan seluruhnya
Cerita masyhur hingga tangismu sendirian
Kemungkinan lain, masih saja ada yang coba memisahkan
Memeras sekali lagi
Katanya, kamu terlalu jelita
Apa aku terlalu buruk rupa?
Tak tau saja,
Hanya bersamaku, kau bisa diperebutkan

Senin, 22 Juni 2015

Anomali

Tadinya mudah,
Berbicara dengan ragamu
Meski bibir hanya menemukan punggung untuk pecah
Untuk sekejap tawa yang sudah
Hingga prosa hidup manusia berwarna ungu
Atau ceritamu yang hanya mampu tertangkap telinga dan pikirku satu-satu
Aku mampu
Menerima segala baikmu
Tanpa meninggalkan cara untuk mencari celahmu
Aku manusia, tak ingin seseorang berupa sempurna begitu saja
Terlebih kamu
Hanya untuk berpegang agar angin tak turut melayangkan rasa
Rasa yang menjauhkan dari nyata

Jumat, 19 Juni 2015

Ayah - Andrea Hirata : Berjanji Membacanya Lagi

Membaca karyanya dalam bentuk asli tanpa perantara adalah hal yang seringkali saya hindari. Sejak terakhir kali saya menggebu membaca karyanya, Laskar Pelangi, saya kemudian hanya berani mengintip sastra yang ia ciptakan lewat sudut pandang orang lain yang lebih berani membaca atau paling mentok menikmatinya dalam bentuk visual, film yang diadaptasi dari beberapa miliknya.
Alasannya, saya tak ingin stuck di satu buku fiksi yang sama untuk waktu yang cukup lama karena banyak yang harus diimajinasikan ditambah memahami bahasa yang jarang saya temukan di buku lain. Intinya, saya masih jadi pembaca yang malas.
Namun akhirnya toh saya luluh juga pada buku ini karena perjuangan teman baik saya mendapatkan buku dan tanda tangan penulisnya sampai tercetak dua di bukunya. Iya, saya hanya pinjam kali ini. Judulnya yang memakai kata "Ayah" sangat familiar tak seperti novelnya yang lain juga membuat saya jumawa berani untuk membaca. Bahkan di tengah minggu Ujian Akhir Semester yang harus saya jalani! Paling ceritanya tak terlalu berat dan bisa dijadikan selingan membaca materi UAS, pikir saya waktu itu.
Bisa ditebak, dugaan saya meleset. Andrea Hirata tetaplah seorang penulis yang rumit dan serius, mengingat proses setiap bukunya adalah hasil riset yang amat panjang untuk sebuah karya fiksi. Tak biasa. Teringat membaca Laskar Pelangi, saya membutuhkan satu minggu untuk menghabiskannya, membaca novel ini saya harus merelakan 4 hari untuk tuntas membaca novel setebal 400an halaman ini. Bukan sebuah kemajuan saya rasa, karena ini tuntutan akibat buku ini hanyalah pinjaman seorang teman sehingga banyak bagian yang saya lewatkan terutama bagian sajak-sajak tokoh utama, sang ayah dan anaknya yang terwarisi kemampuan tersebut, demi bisa menyelesaikan novel yang memiliki alur cerita maju-mundur ini.
Seperti laskar pelangi, buku ini mengambil lokasi di Belitong dalam gambaran krisis setelah masa jayanya sebagai penghasil timah. Bertokoh utama juga sama, seorang laki-laki. Bedanya bukan lagi anak-anak, tapi bujang yang jatuh cinta mati-matian pada pandangan pertamanya sepanjang hidup, Sabari namanya. Tentu saja, tokoh ini ditemani sahabat baiknya. Dua orang dengan seluruh gambaran keunikannya akibat prinsip hidup hingga lingkungan dan budaya yang membentuk mereka bertiga. Dalam segala musim, ide, duka maupun suka.
Tak hanya sang tokoh utama juga kedua temannya, tokoh yang lewat dalam buku ini pun di deskripsikan dengan apik dan cukup rinci oleh si empu kisah, dalam sudut pandangnya. Sudut pandang ke tiga. Satu tokoh, diceritakan rincinya dalam satu bab yang sama tapi tak jarang berlaku bertolak belakang di bab lain, kebanyakan cinta penyebabnya.
Ini bukan novel roman bagi saya meski penuh puisi dan jungkir balik kehidupan nyaris setiap tokoh, bukan hanya tokoh utama karena cinta dari bab pertama hingga akhir. Ini fiksi dengan humor cerdas, kaya kearifan lokal juga sejarah sekaligus naif, untuk saya sendiri.
Kalau om Hirata menginginkan saya menangis di akhir cerita, ekspresi saya tetap sama Om. Mengerutkan kening dan berjanji untuk kembali membaca buku ini. Karena buku ini sukses membuat saya konsentrasi sepanjang diksi hanya agar saya mengerti setiap kejutan dari urutan kisah yang harus saya susun sendiri setiap selesai membaca satu bab. Tambahan kerutan, beberapa puisi yang sempat terbaca dan sebutan dalam bahasa daerah yang tak terunut dalam catatan kaki.

Kamis, 18 Juni 2015

Menjadi Kuat

Datang lagi,
Gemanya lembut terdengar
Serupa pijar, satu-satu kemudian segala urusan menjadi terang
Sebab seringkali berbenah bukan perkara lumrah
Tapi waktu menjadi tau, bahwa ini adalah detaknya yang ditunggu
Ramadhan

Satu dua kali aku pernah meracau
Menjadi manusia kuat adalah tak mengungkung bebasnya manusia lain
Benar memang
Tapi kuat bukan hanya perkara aku saja
Kamu, juga kita

Kalau bukan karena cinta, tentu saja
Aku ingin menjadi kuat sendiri saja
Paling tidak hanya bersama adik kecilku yang tengah belajar meraba
Seberapa tegar ia bisa berjalan, tanpa berpegangan kala kita mesti berpapasan

Sulit?
Tentu, maka aku tau cintamu genap pada kami
Sehingga sudi pun kamu belajar, meski hanya lewat kisi
Membumikan hati untuk mengerti
Tak ada yang lebih hebat dari kemampuan memahami

Terimakasih tak mengizinkanku kuat sendiri
Membiarkanku mudah tanpa harus meminta
Karena kamu tau aku selalu menunggu
Dalam sebelas berbanding satu untuk bertemu

Dalam kurun yang sama
Aku pun berguru pada peduli mu
Untuk tak menjadikan celah dalam berbeda
Karena tak ada perintahNya untuk tak baik pada sesama

Rabu, 10 Juni 2015

Tulisan Pindahan : Penasaran dan Kota Bogor


 Beberapa perjalanan sebelum ini pernah saya lakukan, tapi biarkan saya memilih cerita ini sebagai awalan perjalanan yang saya tuliskan dalam catatan kecil ini. Perjalanan itu terjadi atas nama rasa penasaran yang sudah susah saya redakan dan seorang teman yang mau begitu saja dimafaatkan di repotkan menemani saya menyanggupi rasa penasaran itu, berburu melihat anggrek.
Demi apapun juga, jangan bayangkan kami pergi ke hutan yang jalurnya belum dibuka hanya untuk menuntaskan rasa penasaran saya itu, saya takkan seberani itu. Jadilah wilayah Kebun Raya Bogor menjadi pelampiasan kami. Kenapa? Karena letaknya bisa dijangkau dalam satu hari pulang pergi dan koleksi anggrek disana cukup lengkap.
Saya lupa hari apa saya kesana, yang jelas itu adalah saahsatu hari di bulan Ramadhan yang hujan seharian dan bukan pada saat weekend karena sewaktu kami tiba disana kami hanya disambut hujan dan beberapa wisatawan dan kebanyakan adalah bule yang sedang jogging. Sampai disana pun kami sudah lewat dari jam makan siang dan harus berkeliling  cukuuup jauh untuk menemukan rumah anggrek dari pintu masuk komplek Kebun Raya Bogor.


si kantong mana mau muncul di lingkungan sebersih ini ?:)



Tulisan Pindahan : Emon, sampai jua ke pantai


Ini cerita ketika  dua orang sahabat saya jauh-jauh datang dari kota (provinsi) sebelah. Pemenuhan janji ketika semasa SMA untuk kerap bisa mengunjungi saya di kota rantau ini, nyatanya baru terpenuhi saat kami sudah mau menginjak tahun kedua. Tak apa, saya tetap senang dikunjungi seorang kawan, terlebih seperti mereka.
Mereka sampai di Yogya diwaktu yang sangat tepat, saat panas-panasnya matahari sedang brlimpah, setelah waktu dzuhur kalau saya tidak salah ingat. Sesampainya di depan kost-kostan saya, mereka mengajak saya makan siang di salahsatu tempat makan ramen di dekat tugu (yang memberi tau tempat itu, justru ia yang jauh dari Yogya) dan saya hanya mengekor saja tentunya. Sampai disana, saya baru tau kalau (mungkin) itu tempat makan ramen yang cukup popular karena waktu kami kesana, tempat itu ramai penuh pengunjung baik di lantati satu atau di lantai dua nya yang seluruh ruangan berisi hal-hal khas Jepang.

Laporan Genetika

sumber
  
   Semester ini hampir saja usai, hanya menyisakan ujian akhir dan tugas-tugasnya yang tiba-tiba datang. Beberapa mata kuliah adalah mata kuliah prasayarat yang harus ditempuh berurutan dari semester sebelumnya jadi untuk menjalaninya saya tak begitu merasa kaget. Beberapa yang lain masih benar-benar baru untuk dipelajari, walaupun pernah saya dapatkan di masa SMP atau SMA. seperti kata orang, kuliah tentu saja beda.
   Salah satu yang berbeda adalah mata kuliah Genetika yang saya ambil semester ini. Jelas, bukan benar-benar baru. Bahkan untuk kebanyakan teman yang kemudian tak melanjutkan di bidang yang sama seperti saya. Apa yang dituntut mata kuliah ini? Jawaban saya adalah ketelitian memberi tanggapan. Mungkin masih banyak hal yang bisa ditangkap, tapi saya memilih jawaban itu untuk merangkum mata kuliah satu ini. Sounds like politic? Biar saja :D

Display Picture teman

   Saya menyimpan gambar ini dari salahsatu display picture di kontak list messenger yang saya gunakan. Entah siapa yang memulai melontarkan kalimat ini, tetapi saya setuju dengan pernyataannya dan sudi menjadi bagian dari 'kami'. Terhitung sejak dua tahun lalu saat salahsatu mimpi besar saya di acc Allah.
   Ini perantauan yang pertama bagi saya dan mungkin menjadi tahap awal dari rantauan saya berikutnya kelak, seperti beberapa teman seumuran saya yang sudah lebih dulu merasakan jauh dari rumah dimana keluarga yang terhubung darah berada. Ada beberapa yang merantau sejak SMA, bahkan SMP!