Selasa, 02 Februari 2016

Tak Ada yang Perlu Cemburu

   Apa sebenarnya dicemburui orang-orang tentang kita yang berulangkali tertawa di tempat berbeda? Padahal kita sering kali menertawai kebodohan yang terulang sebagai manusia, biarpun lebih banyak kebodohanku sih. Mereka cuma melihat tawa memang sepertinya, karena hanya itu yang bisa terbaca saat tak sengaja memergoki tiap-tiap pertemuan kita yang singkat di sudut gedung kuliah atau wajah ngantuk setelah seharian di jalanan Jogja. Ah, tak tau kah bersamamu memang menyenangkan bagiku? Walau tak jarang aku akan berpura-pura marah bila candamu mengarah menyebalkan.
Sekali lagi, aku masih mendengar banyak yang cemburu melihat kita. Bahkan gadis yang hapal mati seluruh cerita tentang hari-harimu termasuk luka yang tak pernah kamu tampakkan di depanku. Apa dia ributkan? Perihal aku yang merindui temu denganmu untuk sekedar memuntahkan isi kepala yang tak bisa dikeuarkan sembarang. Tak tau kah ia, bahwa kerap kali aku terang-terangan melontarkan nada iri sekaligus kagum terhadap kamu yag berjuang bersamanya agar tetap waras menjaga apa yang kalian punya pada jarak dan rutinitas yang ritmenya seringkali tak sama. Sampaikan padanya, cemburunya hanya membuang-buang fokus yang kalian punya untuk hari yang masih panjang. Sampai hari ini, tak sekalipun aku berpikir mencemburui balik yang juga menurutku berharga.

Mungkin orang-orang sampai hati untuk cemburu kepada aku, yang kerap bersamamu. Ditanggapi sedemikian penting jam berapapun aku ingin bicara. Tak tau kah mereka bahwa jam-jam tak lazim untuk membuka sebuah obrolan hanya beragkat dari kesulitan kita terlelap selagi semua bermimpi atau hanya itu waktu yang tersisa setelah semua orang mengambil waktu terbaik untuk kita duduk bersama. Hanya setelah semua kewajiban berbasa-basi tuntas, seringkali itu waktu yang kerap kali ku sediakan khusus untuk membuka isi kepalaku yang berantakan di hadapanmu dan kau akan membantu menatanya pelan-pelan dengan sabar. Tentu saja, sabarmu selalu luas untuk banyak orang tapi tetap saja sering kuuji ketahanannya. Itukah juga yang membuat mereka cemburu? Oh ayolah, aku tau kalau bisa kamu pasti dengan senang hati menukar posisimu untuk bagian ini kan?
Mas, kupanggil kamu begitu karena ini kesepakatan yang sudah kita buat sejak lama. Terserah ketika banyak orang berkata aku hanya terjebak pada zona yang sedang marak di kalangan anak muda sekarang. Nyatanya, kamu memang kakak lekakiku yang ‘lahir’ di kota ini. Satu dari sedikit orang yang paham mengapa aku bisa sedemikian dekat dengan pertemanan antar gender dengan tetap menjagaku agar tetap siap menjadi singa betina yang besar suatu hari nanti. Penjagaanmu seringkali begitu longgar, memebaskanku pada pertemanan macam apapun hingga kamu diam. Diam yang menandai aku harus berbalik arah, atau tetap di tempat untuk memastikan aku tetap aman dan tidak tersakiti. Sayangnya ya, aku sering lupa dan tak peka – kelemahanku yang sering kamu herankan – sampai kamu hanya bisa menghela napas panjang mendapati adik permepuanmu terluka, atau kebingungan mencari jawaban.  Ujungnya, kamu yang akan bersusah lagi meringankan semuanya. Bersyukurlah, tak banyak yang tau bagian baikmu ini kalau tidak, aku yang akan cemburu karena bertambah banyak saja adik-adikmu nanti.
Mas, terimakasih ya untuk banyak kecemburuan yang berhasil kita tangkap. Sekedar pengingat bahwa ini adalah persaudaraan yang tak semua orang punya. Pengingat, temanku semakin banyak yang ngambek bila pergiku hanya dengan kamu. Mereka juga mau diingat katanya, tolong tak usah mencemburui mereka balik, toh  pada kenyataannya banyak rencana akhirnya terkabul karena kamu menuntaskannya karena bisingku berteriak penuh ingin. Apa kamu juga mau berterimakasih karena adanya kita, perempuanmu tak pernah berhenti waspada di kejauhan sana? Hehe. Aku yang berterimakasih, ia sudah tangguh membagi marahnya dan tetap menemanimu dengan rasa percaya. Sampaikan, aku akan selalu berusaha tak merusak kepercayaan yang secara tak langsung melimpah padaku.
                                                                                                                     Your blessed sister
#30HariMenulisSuratCinta

2 komentar:

  1. Hei kamu, aku juga 'mas' -mu, 'mas' dari pinggiran kota. Kalau ku katakan bahwa aku menyayangimu mungkin sulit untuk dipahami arti kata sayang itu apalagi cemburu-ku akan tulisanmu diatas, 'mas'-mu yang itu selalu hadir di hari-harimu, sedangkan aku hanya iseng dengan id anonim ini.

    BalasHapus
  2. Hei mas dari pinggiran kota, sebutlah namamu dan kamu pasti punya cara menghubungiku dengan lebih baik untuk menyampaikan semuanya dibanding dengan menjadi anonim, jadi ayo berhenti iseng dan hubungi adikmu segera :)

    BalasHapus