Senin, 23 Januari 2012

hanya iblis yang terganggu oleh kumandang Adzan

               REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT— Pemerintah Israel mencari cara agar suara volume suara adzan dari berbagai Masjid di wilayah perbatasan Israel-Palestina dapat dikecilkan atau dimatikan. Hal ini dikarenakan para pemukim Yahudi yang mengeluh, adzan itu menyebabkan kebisingan ketika mereka sedang tidur.
              Dalam laman Haaretz, Rabu (18/1), Administrasi Pemerintahan Sipil Israel di Tepi Barat mencari cara penggunaan teknologi untuk mematikan volume suara panggilan muadzin tersebut.
              Kepala Administrasi Pemerintahan Sipil Israel, Brigjen Moti Almoz mengadakan pertemuan dengan beberapa ahli teknis militer. Agar dapat dicari teknologi untuk dapat mematikan secara otomatis volume adzan dari wilayah Palestina.
              Pejabat Administrasi Sipil beranggapan tidak perlu meminta persetujuan otoritas palestina. “Pemerintah Palestina akan menyambut baik hal ini, banyak juga warga Palestina juga mengeluhkan tentang suara keras ini,” ujarnya.
              Ternyata teknologi juga dapat berdampak bagi masjid di wilayah Israel. Bulan lalu, Pejabat Israel dari Partai Yisrael Beiteinu, Anastassia Michaeli mengajukan RUU untuk melarang penggunaan sistem suara oleh muadzin di Masjid. Karena alasan yang sama kebisingan. RUU ini awalnya didukung oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tapi akhirnya gagal karena keberatan dari pejabat lain dari partai Likud.
             Di wilayah Hebron, Pemukim Yahudi bahkan membalas suara adzan dengan membunyikan musik Hasid khas Yahudi dengan pengeras suara sekencang-kencangnya. Namun akhirnya dapat dimediasi oleh Departemen Perlindungan Lingkungan, dengan alasan wilayah masjid di dekat pemukiman yahudi ini berada dalam makam leluhur yang berada diwilayah kendali Israel.

Selasa, 10 Januari 2012

.....Dengar

Ingin aku menyapa, tapi lewat apa?
Sedangkan hujan tak lagi mampu sampaikan pesanku
Dan pelangi tak kunjung menghias megamu disana

Seringkali tak ingin ku terbungkam
Namun untuk kesekian kali aku terjebak diantara tanyaku yang belum sempat ku utarakan
Menggantung diujung lidah yang kelu karena teramat takut tak kamu dengar
Meski hanya sebuah sapaan

Merindumu dalam diam, mungkin hanyalah hal yang mampu aku perbuat
Nampakmu, telah jauh diujung batas senja yang kemilau
Jangan tanyakan aku seberapa kuat aku bertahan meski hadirmu kadang tak tergapai
Karena kan embun diujung pagi kan tunjukkannya