Anak KKN masih nyaru kan sama pemuda desa? |
Kuliah Kerja
Nyata (KKN) sebenarnya bertujuan utama sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat dari pihak mahasiswa dan kampus di masyarakat. Program ini biasa
dijalankan kami, para mahasiswa di semester sekian (baca : tua ), yang sudah
menempuh sekian SKS dan merupakan mata kuliah yang wajib. Maka dipastikan,
setiap kampus yang memiliki program ini, mahasiswanya harus menjalani
kegiatan ini untuk bisa sampai pada kelulusan.
Di kampus
tempat saya belajar, pelaksanaan KKN dilakukan selama DUA bulan yang dibarengi oleh kegiatan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) atau magang di sekolah sebagai mahasiswa kependidikan. Dua bulan
ini kapan? Tentu saja sewaktu masa liburan kuliah semester genap + waktu kuliah
selama dua minggu. Di luar negeri, dari film dan buku yang pernah saya baca,
kegiatan semacam ini dan dijalani para remaja (iya, saya masih remaja) biasa
disebut summer camp. Mungkin bedanya,
kami tidak lagi dibimbing setiap hari untuk setiap jadwal kegiatan, karena kami
sendiri lah yang merancang kegiatan apa yang akan dilakukan di lokasi KKN dan
bagaimana pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan yang kami lakukan (diharapkan)
dapat berdaya guna bagi masyarakat sekitar.
mencoba berdaya guna |
Eksperimen Kimia Sederhana a.k.a belajar sulap |
Seperti juga summer camp, disini kami mendapat apa
yang sebelumnya jarang didapat di lingkungan sekolah kecuali memang sudah
terbiasa dengan program seperti ini. Bagi saya pribadi, kegiatan ini
mengajarkan beberapa peran baru yang biasanya dilakoni oleh orangtua saya
apabila berada di lingkungan masyarakat. Saya, menjadi lebih berani
berkomunikasi dengan orang-orang yang dituakan di lingkungan saya berada selama
KKN untuk mensosialisasikan program atau menyampaikan pendapat. Padahal,
lingkungan lokasi KKN yang saya dapat cukup berbeda karakteristiknya dibanding
lingkungan tempat saya tinggal. Status mahasiswa yang sedang mengabdikan diri
mungkin dianggap lebih dewasa ketimbang status putri ibu atau bapak saya :D.
Peran lain
yang tidak terlalu baru bagi saya tetapi memiliki sensasi tersendiri adalah
menjadi seorang legislator dan eksekutor sekaligus dalam tenggat waktu yang
terbatas. Kami bersepuluh diharuskan merancang sekian program untuk
meningkatkan desa terutama sumber daya manusia disana dengan sejumlah waktu
yang harus kami penuhi. Kami juga harus melaksanakan dan menjamin semua
kegiatan tersebut sukses di lingkungan kami KKN. Segala ilmu organisasi yang
pernah saya dapat di kampus, rasanya masih sangat kurang untuk menjadi bekal
dalam peran ini. Bagaimana tidak? Masyarakat kebih heterogen dibanding di lingkungan
kampus, dari mulai gender, usia, pekerjaan sampai kepribadian. Belum lagi
masalah waktu yang terbatas karena kami hanya bisa ada di lokasi pada akhir
pekan selepas kegiatan PPL. Dikenali oleh banyak warga saja sudah alhamdulillah meskipun jarang srawung. Untunglah, di lokasi KKN kami, para
warga sangat kooperatif dan semangat untuk mendapat kegiatan dan ilmu baru.
Terima kasih kerjasamanya, ibu-ibu! |
Jangan tanya studi
kasus apa yang harus kami jalani secara nyata, dua bulan dan sekian banyak
tekanan mulai dari tenggat waktu, ego sampai masalah klasik yaitu dana.
Semuanya ada. Saya pikir, sudah waktunya
ada dana memadai yang dianggarkan dan dapat diakses dengan
mudah dari pemerintah ke desa-desa khusus untuk program ini. Karena kemajuan
masyarakat desa bukankah juga salahsatu cita-cita bangsa dalam pembukaan UUD
1945, Memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa? Program
seperti ini dapat dijadikan salah satu ujung tombak perubahan skala kecil dari
Indonesia. Ada ratusan ribu pelajar tingkat universitas yang mengikuti program
ini setiap tahunnya dan sungguh sayang apabila hanya sedikit yang dapat menjadi
sebuah keberlanjutan karena terbentur dana yang dimiliki mahasiswa dengan
jumlah tidak seberapa.
Dari sekian
banyak studi kasus yang harus dihadapi, saya memiliki bagian terbaik selain
bertemu langsung dengan masyarakat yaitu memiliki keluarga baru. Sepuluh orang
yang mau saling menjaga agar kapal kami tetap selamat dan tak ada sedikitpun
yang cedera. Lewat mereka, saya mempercayai apa yang Anais Nin pernah katakan,
“Each friend represents a world in us, a world not born until they
arrive, and it is only by this meeting that a new world is born”
Bertemu dan
bersama mereka menghadirkan dunia yang baru bagi saya, dunia yang tak selalu
menyuguhkan tawa (altough almost of the
days we have something for make us laugh) tapi selalu menyodorkan
ke-apa-adaan-nya perasaan masing-masing baik secara sembunyi maupun
terang-terangan dengan ego yang sedemikian rupa ditambah-bagi-kurang punya saya
masih paling besar diantara mereka. Ada yang akan diam ketika saya salah sampai
saya mengoreksi diri sendiri, akan ada yang berbicara selepas kesalnya reda,
bahkan ada juga yang akan menertawakan kebodohan saya terang-terangan. Tak ada
yang acuh, kami mau dunia yang kami bangun tetap utuh untuk waktu yang sangat
lama.
Kalau ada yang
bertanya apakah cukup kesempatan dua bulan yang diberikan untuk melaksanakan
kegiatan ini? Jawabannya tidak, apa-apa yang kami kerjakan adalah permulaan
yang saya yakin perlu kesinambungan. Baik di desa lokasi kami mengabdi maupun
perjalanan keluarga baru ini. Ada yang harus melanjutkannya di lokasi yang sama
dengan program yang memang berpotensi untuk membangun masyarakat sehingga tidak
melulu mulai dari nol. Kalau perlu, desa atau kecamatan juga ikut memantau dan
mengarahkan program apa yang harus lebih jauh dikembangkan sehingga tim
selanjutnya tidak terlalu kesusahan untuk memulai dan warga juga bertambah
potensial di bidang tersebut.
Sedangkan
untuk kami bersepuluh? Boleh saya bermimpi masing-masing dari kita tak hanya
abadi dalam kenangan tapi juga bersama dalam banyak perjalanan? Biar saja muluk,
toh program di kelompok ini juga awalnya mimpi saya yang kelewat muluk tapi
kalian yang justru tak mau menyerah dan mau turun tangan repot-repot
mengerjakan ini itu sehingga semuanya tuntas. Terima kasih ya!
Wow.... prokernya masih kurang tuh...
BalasHapuskurang foto tari ya kak?
HapusWow.... prokernya masih kurang tuh...
BalasHapuswah jadi inget masa KKN. kangen juga
BalasHapus