Minggu, 21 Desember 2014

Bagaimana Saya Hanya Diharuskan Menempuh Jalan Berbeda OlehNya (2)

   Ini bagian kedua dari cerita yang saya alami satu tahun lalu untuk sebuah perjuangan baru.
   Setelah pengumuman dan saya tidak diterima di universitas yang menjadi tujuan saya (meskipun, Alhamdulillah sudah ada satu cadangan universitas lain), saya masih menunggu satu pengumuman lagi, yaitu penerimaan salahsatu politeknik kesehatan yang saya cadangkan untuk kelanjutan study saya. Alhamdulillah saya diterima disana tanpa tes juga, penerimaan ini ngga terlepas dari dukungan dan dorongan Ibu Dinni selaku guru BK saya di sekolah dan juga orangtua agar mencari alternatif lain agar waktu itu saya tidak terlalu stuck karena satu kegagalan, terimakasih. Hal itu membuat saya waktu itu memutuskan untuk tidak mengikuti tes tulis atau disebut SBMPTN kala itu. 
   Saya malah dengan santainya mengikuti lomba paskibra dan meninggalkan bimbingan intensif di tempat bimbel karena sudah tidak berniat ikut tes lagi. Latihan demi latihan kami lakukan dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Di pasukkan tersebut, tak hanya saya yang merupakan siswa kelas XII. Kondisi kami berbeda-beda waktu itu, ada yang seperti saya sudah diterima di universitas, atau sekolah tinggi, ada yang masih menunggu pengumuman ada pula yang belum tau mau melanjutkan kemana. Tetapi, pada saat latihan, pelatih kami mengajarkan untuk berlatih fokus pada satu tujuan yang ingin kami tuju, jadi meskipun sebagian dari kami masih resah, saat latihan kami hanya memikirkan tentang lomba tersebut.

Sabtu, 06 Desember 2014

rindu kata rindu

Ku kata rindu caramu mengabarkan rindu pada ujung ujung telinga dengan nada ceria
Cukupkah rindu membuatnya hadir meski sebisik?
Terlayangkan rindu ketika pandang beradu bayang tentang bagaimana rindu membuat kita hanya sama-sama saling menatap tanpa sedikitpun bait kata ada
Menyesakkan memang mengetahui rindumu adalah kata rindu
Rinduku pada rindu ketika bertemu adalah hilang segala resah yang dibawanya
Rinduku pada rindu membuatku tau detik juga tak ingin terabai ketika aku sibuk merindui rindu milik kita
Bagaimana rindu? Cukupkah mengejekku hingga tumpah risau ini pada dunia yang sering tak kentara?

Jumat, 21 November 2014

Jadi buruh? Kenapa tidak?

   Indonesia yang memiliki populasi manusia beratus-ratus juta mempunyai potensi sumberdaya manusia yang tak bisa dianggap remeh dunia, terutama dunia industri.
   Tak heran, jika investor asing seluruh dunia memutuskan membuat pabrik besar bahkan beberapa pemilik saham besar menjadikan Indonesia sebagai pusat produksinya, seperti salahsatu produk boneka paling terkenal di dunia. Maka cukupkah kita berbangga karena hal ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dari masyarakat kita dan membuat negara memiliki pendapatan yang banyak?
   Boleh jadi iya, karena masyarakat kita tertolong, mereka yang berada dalam kondisi terdesak karena ekonomi, fisik, atau sebagainya bisa tetap produktif, terutama yang berada pada usia muda. Keadaan ini juga mengurangi angka pengangguran yang konon tiap tahun meningkat di Indonesia seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Pertanyannya, mau sampai kapan?

Sabtu, 08 November 2014

Visualisasi semesta

Sekali ini aku berkaca pada arakan awan yang tak biasanya bergulung cepat. Aku bahkan tak sempat kabarkan cerita, lalu begitu saja semuanya jatuh.
Rupanya, semesta juga ingin bercerita atau sekedar memvisualisasikan rasa. Melalui kecup tetes yang datang meminta perhatian. Menepikan bingar agar ia terdengar, sekali saja pertemuannya dengan tanah ingin sekali dirayakan, katanya.
Aku mengangguk, berterimakasih dalam tetes yang lalu kusimpan. Tak usahlah kubagi, Tuhan mungkin isyaratkan terlalu remeh merapuh dalam pertemuan. Biar semsesta saja yang lengkapkan

Selasa, 04 November 2014

Lemahkan aku

Terbiasakah kaki ini berdiri dalam pijak kepongahan yang terlalu rumit untuk dikikis? Tinggi menjulang merasai tahta imajiner yang dibentuk sendiri.
Layak kah? Hanya dengan kaki yang tak kokoh menopang, begitu lancang melalaikan cagak yang menguatkan sampai pada tahap langkah hari ini.
Jika begitu adanya, aku hanya ingin dilemahkan. Lemahkan dalam kesombongan yang hanya membuat runtuh dalam satu tepukan saja. Berdiri satu garis yang sama membuatku merasa lebih berada dalam dunia yang dicintaiNya, karena IA yang akan mengangkat. Menaikkan dan menempatkan tanpa pernah meluputkan rasa peduli meski sedikit saja

Kamis, 30 Oktober 2014

Biru

Bukan satu pulasan yang asing yang mampu tertangkap retinaku. Aku mengenalnya ketika masih kecil dulu, saat ibu mengenalkannya padaku dan kuputuskan mencintainya. Bukan aku tak jatuh hati pada hijau, jingga atau kelabu. Tapi sekejapan mata, aku menemukannya dalam dalam duniaku, ya biru.

Aku mencintainya tanpa paksaan, juga dengan kesederhanaan. Takkan kupaksakan memberikannya pada daun atau batang yang kugambar, karena yang mereka cinta adalah hijau juga cokelat. Aku akan hanya memulaskan langit yang juga sama mencintai biru sepertiku, lalu pohon juga akan mencintainya aku rasa.

Juga pada berbagai imaji tentangku dan mereka yang kuimpikan ada di hari depanku, memasukkan biru adalah ketidak adilan bagi mereka dan juga baginya, karena tak ada keberadaannya bukan berarti mimpiku buruk. Bagian terburuk justru memaksakannya ada padahal ia tak pernah ditakdirkan untuk bisa.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Bernegara, sesederhana solat berjama'ah

   Sebenarnya, sudah lama melihat orang malaksanakan solat berjama'ah, kayaknya sejak kecil. Mungkin pun kesadaran ini juga telah banyak dipahami oleh mereka yang lebih banyak ilmunya ketimbang saya yang sadar agak terlambat.
   Solat berjama'ah adalah kegiatan ibadah yang diganjar pahala 27 lebih banyak dibanding solat sendirian, dilakukan oleh minimal 2 orang. Ada imam dan makmumnya, imam yang memimpin dan makmum tentulah yang dipimpin. Semakin banyak makmum yang turut serta, imam hampir selalu mengingatkan untuk merapatkan shaf atau barisan. Sampai pada permulaan solat, ada pesan yang tertangkap untuk seluruh pelaksana solat baik sebagai imam maupun makmum untuk memiliki tujuan yang sama, beribadah kepada Tuhan (Allah). Pemilihan imam pun tak bisa sembarangan, bukan dengan mengeluarkan suara terbanyak sebagai jalan utama tapi dengan melihat siapa yang paling tua diantara para jamaah, atau paling baik bacaan solatnya, itu yang saya tau. Jelaslah perintah Allah bahwa memilih pemimpin harus yang memiliki potensi untuk mencakup semua tipe orang yang dipimpinnya dan meminimalisir kesalahan yang dapat merugikan semua pihak.
   Lalu ketika seorang imam sudah dipilih, para makmum harus menuruti perintah, gerakan, dan bacaan imam seperti yang sudah sebelumnya saya katakan. Merapatkan shaf membuat sela diantara makmum tidak ditempati oleh syeitan dan memberi ruang lebih lapang bagi jamaah yang nantinya menyusul. Ketika bernegara, merapatkan barisan oleh semua elemen masyarakatpun sangat perlu, apapun jabatan dan amanah mereka di lingkungan. Hal ini menurut saya terutama untuk membantu sang pemimpin tentu saja, karena sehebat apapun ia, ia takkan mampu bekerja sendiri. Selain itu, rasanya saling merapatkan dan berpegang teguh satu sama lain dapat membuat semua saling mendukung dan membantu ketika ada satu bagian yang mengalami masalah. Rasa percaya, saling menghargai dan mengasihi pun muncul sebagai individu yang berada dalam satu naungan negara karena semua saling merapat dan bukan lagi mempermasalahkan perbedaan yang ada. Seperti dalam solat berjamaah, tak semua orang mengambil posisi bersedekap yang sama. Tapi baik imam maupun makmum, selama itu tak mengganggu dan masih dalam koridor yang diajarkan agama, semua saling percaya dan bertoleransi bahwa doa terbaik kita tetap akan sampai padaNya. Imam akan tetap memimpin solat di depan makmum dan tak menengok kebelakang saat solat.
   Lalu apakah karena imam telah dipilih dan dipercaya karena kualitasnya, para makmum tak memberi pengawasan saat solat? Tentu saja tidak. Imam adalah teladan, semua ucapan dan gerakannya ditiru makmum saat solat, ia yang akan melaksanakan semuanya lebih dahulu sebelum makmum. Tetapi sebagai manusia, imam pun terkadang membuat kesalahan akibat lupa atau alpa, tugas para makmum lah untuk mengingatkan dengan tepukan tangan atau bacaan tasbih.
   Tentu ini pun bekal bernegara atau bermasyarakat yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah. Tak hanya imam yang harus mendapat kepercayaan makmum, makmum pun sebagai masyarakat juga perlu mendapat kepercayaan pemimpinnya agar semua usaha memajukan negara bisa berjalan maksimal, meskipun pemimpin tak melulu bisa melihat orang-orang yang dipimpinnya. Tunduk dan patuh dengan ketentuan pemimpin menjadi harus sebagai acuan agar tujuan seluruh masyarakat terlaksana. Meski begitu,  pengawasan dan peringatan dari masyarakat pun perlu dilakukan agar tak ada pihak yang akan diunggulkan atau dimenangkan, semua sama rata juga rasa.
   Terakhir, saat salah satu makmum (atau bahkan imam) melakukan hal diluar ketentuan solat. Secara sadar, solat mereka secara individu akan gugur dan harus menerima konsekuensi secara individu pula untuk mengulang solat. Hal ini memberi tanda, bahwa siapapun yang melanggar batasan atau aturan yanng dibuat, siapapun jabatannya melakukan kesalahan hendaklah berusaha tahu diri agar tidak menjadi bibit virus yang menulari orang lain yang tidak berbuat salah disekitarnya dengan ikhlas menerima segala resiko yang harus dihadapi.
   MasyaAllah, begitu sempurna Allah menciptakan sistem dengan contoh yang paling konkrit dan mudah sebeneranya untuk dipahami manusia. Semoga kesalahan saya saat menulis ini dapat Allah perbaiki dengan penangkapan indera yang membaca.  Allahu'alam

Selasa, 14 Oktober 2014

Cuma mau bilang

Ngga ada niat buat ngeblog tapi tabungan elektron rindu rumah tiap kali merasa cukup penat terus menunjukkan kenaikan sampai membuat saya berhenti sesaat di tengah belajar.
Ini minggu ke enam di semester ini, tugas yang mulai terus menggila, laporan, makalah, jurnal, presentasi sampai berbagai agenda di luar kegiatan akademik melingkupi hari saat mata terbuka hingga mau menutup lagi sejenak untuk memenuhi hak tubuh. Rutinitas ini membuat rumah menjadi sesuatu yang istimewa untuk dimimpikan, nggak lagi seperti semester-semester terdahulu. Tapi di sisi lain ya itu, tabungan rindunya terus bergerak. Semoga limitnya masih cukup tinggi, hingga bisa diendap sampai nanti waktunya.
Pelajaran berharga enam minggu kuliah ini menghasilkan pemahaman yang mungkin terlambat didapat tapi ngga akan disesali, yaitu
     "Tekanan takkan mampu melenyapkan, justru hadirnya membuat segala hal yang paling sederhana dapat menjadi sebuah kenikmatan, maka bersyukurlah"

Sabtu, 11 Oktober 2014

selarik kebelakang wajahmu dulu dan kini



Rasanya aku masih terus rindu
Maka izinkan sekali lagi mengenang wajahmu sejak pertama kita bertemu
Apakah kamu juga rindu?
Atau justru telah lupa pada wajahmu?

Kenapa maunya dibeliin?

   Beberapa hari yang lalu salahsatu penulis favorit saya berkabar bahwa ia telah rampung menulis sebuah buku yang berisi 'bocoran' bagaimana ia beliau bisa mendapatkan beasiswa dari 10 lembaga yang berbeda selama kurun waktu perjalanan hidupnya. Tidak sampai hanya bagaimana beliau bisa meraih mimpi-mimpi bersekolah di luar negeri secara gratis, bukunya juga membeberkan bagaimana caranya bertahan jauh dari orangtua, saudara bahkan negara tempatnya dilahirkan dalam kurun waktu yang tak sebentar. Bagian terakhir yang kemudian saya lupa tentang pertanyaan yang belum pernah terpikirkan justru sudah beliau tunjukkan, yaitu untuk apa ilmu yang sebegitu jauh kita kejar  ketika kita sudah harus kembali ke tanah ini.
 
buku yang ada dalam daftar doa :p
Jangan tanya seberapa inginnya saya membaca dan memiliki buku hebat ini, yang mungkin sudah ada pendahulunya. Tetapi tetap saja saya mengincar yang satu ini karena saya sudah pernah membaca 3 buku karyanya yang tida pernah bisa berhenti memotivasi hidup saya sampai pada tahap ini. Tetapi nyatanya, sampai hari ini, buku itu blum juga berhasil ada di tangan saya. Kenapa? Karena saya tidakk membelinya dan tidak akan membelinya.
Mungkin beberapa orang yang mengenal saya cukup dekat akan heran kenapa kalauu saya tertarik tapi saya tidak mau membelinya? Sederhana sekali alasannya, saya ingin ada seseorang yang menghadiahkannya kepada saya karena uang saya belum cukup orang tersebut tau bahwa mimpi saya bisa menyusul jejak om Fuadi sudah lama berakar.
Bisa jadi sepele memang, tapi bagi saya hal itu justru kekuatan besar bagi saya untuk tetap memegang mimpi itu, karena ternyata selain saya dan kedua orangtua saya, ada orang yang tak terhubung darah mendengar apa yang selama ini sering saya teriakkan lalu mau membantu saya melangkah menuju apa yang saya cita-citakan melalui pemberiannya dan orang tersebut adalah sahabat.
Bukan lantas saya mengucilkan mereka yang selama ini telah mengaggap saya  sebagai sahabat atau sebaliknya, tidak sama sekali. Arti mereka pun besar bagi saya sampai hari ini. Tidak sepicik itu penjelasannya.  Justru dalam hal ini, saya ingin mengoreksi seberapa jauh saya telah peduli pada orang-orang disekitar saya terutama para sahabat dan saudara tentang apa yang mereka impikan, rasakan, dan takutkan.
Lalu berhasilkah saya mendapatkan buku itu? Sampai hari ini belum, hehe. Kecewa? Mungkin iya pada diri saya, karena itu berarti saya pun tak tanggap terhadap apa yang dirasa mereka. Tetapi doa saya tetap yang terbaik untuk para saudara dan sahabat yang tak tertali darah, semoga bila saya belum menjadi seorang yang baik, ada sahabat mereka yang memiliki rasa peduli lebih untuk menjaga mereka disana dalam susah dan senangnya dan rezeki selalu mengalir cukup bagi mereka agar saya bisa membaca buku itu hehe. Ngarep sedikit ngga apa-apa lah ya, namanya juga usaha.

Kamis, 07 Agustus 2014

Tahun kedua

4 Agustus 2014
Pernah kita lalui masa saling tertawa Memandang dua dunia di belakang punggung lawan bicara saat kita bertemu muka
Menjadikannya perlahan satu rasa sama rata

Pernah kita menerbangkan asa yang berbeda
Seringkali orang kata tak berpikir kita tentang berbagai resikonya
Lalu yang kita pinta hanya bagaimana DIA merestuinya
Karena kita percaya semesta selalu punya ruang bagi kita

Pernah juga kita tak saling bicara
Padahal rindu ada dari mega hingga senja
Membiarkan pesan-pesan tak terbaca
Tapi tak bisa mengabaikan racauan di dunia maya

Ah, rasi bintang apa yang menaungi kita sebenarnya?
Karena rasanya setiap perjalanan selalu ada yang istimewa

Satu dua kali kita pernah mempecundangi apa yang kita sebut bersama
Selebihnya mensyukuri rasanya lebih pas bagi kita

Kita tetap dua kepala dan rasa yang berbeda
Bertahun-tahun nanti pun tak ada yang bisa mengubahnya
Memberi warna juga detak pada langkah yang akan semakin sama

Meski pengungkapan kerap kali berbeda
Bisa jadi indah ataupun sebaliknya
Tanpa banyak cara, kita tau bahwa kita saling cinta

                            Selamat berjumpa pada tahun yang kedua, selamat menikmati tahun-tahun berikutnya.

Dikutip dari note dengan perubahan seperlunya :)

Rabu, 30 Juli 2014

Teh Kid

   Selalu saja ada yang berharga dalam hidup ketika satu pertemuan tersambung dengan jalinan persaudaraan yang tak pernah takut akan perpisahan. Perasaan takjub terus mengiringi ketika hati diam-diam menyebut namaNya karena begitu besar cinta yang mampu dihadirkan olehNya.
   Adalah saya yang merasa beruntung bertemu takdir dipertemukan dengan seorang kakak perempuan yang hadir tak terlambat menjadi teladan ketika kaki membutuhkan arah, Kidung Wulandari namanya. Iya, nyanyian sang rembulan ternyata bisa menjadikan matahari tetap bersinar seletih apapun ia.
   Terpaut 3 tahun umur kami tak menjadikan saya sungkan berbicara banyak dihadapannya, bahkan tentang mereka yang ada dalam lingkaran saya hari ini dan tidak ada dalam lingkaran yang sama dengannya. Ia yang mengajarkan saya untuk nyaman berbagi cerita, sekaligus mengenal teman-temannya dan menjadikannya pelajaran bagi saya.
   Pertama kali mengenalnya, ia adalah sosok yang disegani (bahkan ditakuti) adik kelasnya dengan mata yang memang tajam meski telah dibingkai kacamata coklatnya. Tapi mengenalnya sampai hari ini membuat saya tau, dia seseorang yang amat supel dan ceria bahkan menampakkan sedihnya adalah tabu baginya.
  Tak heran banyak orang yang mengenalnya mudah menyayanginya karena lembut dan juga hangat pribadinya. Visioner dan mau menerima masukkan atas apa yang dilakukannya tapi tegas pada prinsip yang dipegangnya, ah semakin mengenalmu, makin banyak yang bisa ku curi teh dari pribadi dan pengalamanmu.
  Satu pelajaran nyata darinya adalah ikhlas, ya keikhlasannya terus diasah oleh Sang Pencipta hingga ia tak ingin berlama sedih ketika dihadiahi banyak pelajaran.
  Banyak sudah yang ia rasa, sedih pastinya. Tapi ikhlas yang tertanam kuat pada hati, pikir juga lisannya membuatnya tak ingin lama berurai airmata. Kehilangan harta benda dari hasil jeri payahnya , bahkan orang yang teramat dicintainya tak mengubahnya menjadi pribadi mundur. Justru sebaliknya. Mulianya hatimu teh Kid.
  Lalu pada akhir kata ini apa yang membuat saya menulis tentang sosoknya? Sebagai pengingat tentunya. Ketika banyak udara disekeliling saya menjadi begitu muram, masih ada orang yang saya cintai yang berdiri beberapa langkah di depan saya menanti untuk mengikuti jejak kebaikannya. Alhamdulillah :)
  Allahu akbar!

Senin, 28 Juli 2014

Ingatkan

Ingatkan saya,
-menulis tentang trip ke bogor
-menulis tentang cara 6 berbagi
-lebaran 1435H
-berkumpul
Hari ini masih mau libur dulu, karena idul fitri saya mengucapkan selamat lebaran ya bagi yang merayakan. Mohon maaf ya atas segala salah :)

Kamis, 24 Juli 2014

Untuk satu di tahun lalu

Ajarkan saya untuk berani
Ketika satu kejahatan membuat saya begitu ngeri melanjutkan langkah
Meski luka saya tekan kuat-kuat agar tak terasa

Tak pernah kubuka
Selain pada kejadiannya di satu waktu yang nyaris sama di masa lalu
Hati berkata bahwa ini caraNya mencintai
Nalar berdiskusi bahwa yang hilang takkan bisa kembali
Hanya akan ada yang baru yang datang lagi

Aku percaya

Tapi jelaskan maknanya
Mengapa pada genap di satu tahunnya
Hal itu terus menjadi bayang?
Bukankah mega sudah ribuan hari menyiram sinar lalu bulan tak alfa menenangkan?
Tak ikhlas kah artinya? Atau aku yang tak mau mengampuni?

Selasa, 08 Juli 2014

Saya menangis

Sore ini baru saja sebuah tayangan kompetisi menghapal Al-Qur'an selelsai tayang ketika adzan Ashar di masji dekat rumah berkumandang dan saya masih menangis. Kehilangan.
Sebabnya sangat sederhana sebenarnya, salahsatu adik yang mengikuti kompetisi tersebut harus pulang karena keliru membaca ayat yang diminta. Saya patah hati dibuatnya. Bukan karena kesalahannya, tapi karena kehilangannya lalu saya tak bisa lagi mendengar lantunan ayat suci dari bibir mungilnya dengan tilawah yang begitu indah.
Rasa kehilangan yang sama ketika saya tak lagi bisa menjumpai tuntunan teman-teman saya semasa SMA yang setiap pagi atau siang memimpin tadarus Al-Qur'an satu sekolahan sebelum pelajaran dilaksanakan.
    Ya rabb, bolehkah aku menjumpai, mendengar dan terus mengikuti lantunan indah yang mereka baca dan hapalkan agar rindu tak lagi datang?  Dengan kemurahanMu, biarkan itu menjadi salahsatu doa yang KAU makbulkan di RamadhanMu kali ini. Amiin

Senin, 07 Juli 2014

Sebelum aku terlelap

Sebuah pesan masuk di ponselku ketika malam jatuh hampir persis ditengah. Nomernya tak bernama, tetapi apa yang ingin kuingkari, aku hapal mati siapa pengirimnya. Tak ada sebenarnya arti pesan (yang mungkin) salah kirim tersebut. Tapi mengetahui siapa yang mengirimnya, aku bergidik. Banyak rasa berebut tak ingin menjadi resesif. Tapi bahagia? Tak ada rupanya.

Senin, 30 Juni 2014

Tentang istilah yang asing di telinga

    Pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 yang tak lama lagi dilaksanakan kali ini di'ramaikan' dengan adanya debat capres dan cawapres dari dua kubu yang akan bertanding.  Debat yang sudah 3 kali dihelat oleh pihak KPU bertujuan agar publik lebih mengenal masing-masing calon yang salahsatu pasangan nantinya akan memimpin negara ini. Debat ini sendiri kebanyakan berisi bagaimana para calon capres dan cawapres menyusun strategi guna memajukan bangsa ini 5 tahun yang akan datang.
    Ada hal menarik yang saya amati setelah 3 kali dilaksanakannya debat capres dan cawapres ini. Pada layar televisi, terdapat sebuah kotak kecil disebelah kiri bawah yang mempertontonkan penerjemah bahasa isyarat yang membantu saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus agar bisa juga mengerti jalannya debat. Ternyata menjalani tugas sebagai penerjemah bahasa isyarat itu tidaklah mudah, ini yang saya pahami setelah membaca sebuah artikel di sini .
    Sebuah tanggungjawab yang besar bagi mereka karena harus bisa menyampaikan semua isyarat sesuai dengan perkataan para pelaku debat sampai dengan ekspresinya. Selain itu merekapun harus selalu menunjukkan bahwa mereka tidak memihak kepada salahsatu pihak dengan indikasi isyarat tertentu. Sulit bukan?  Saya kagum dengan mereka karena mampu mengahafal dan menerjemahkannya cukup baik dengan hitungan waktu yang sangat singkat. Disisi lain, saya juga merasa kasihan kepada mereka dan juga pada diri saya sendiri pada acara tersebut berlangsung. Kenapa?
    Sebagai orang awam sekaligus pemilih pemula pada tanggal 9 Juli 2014 nanti, saya belum begitu mengerti tentang riwayat kerja dan perpolitikan kedua calon pasangan tersebut, maka acara debat keduanya menjadi salahsatu pilihan untuk mengenal  kedua pasangan ini selain tentunya membaca berita dari berbagai media (yang kebanyakan sekarang sudah dimanipulasi untuk keuntungan salahsatu pihak) dan berdiskusi dengan orang-orang disekitar saya. Namun yang disayangkan, pada acara debat tersebut masing-masing dari mereka beberapa kali menyebut istilah yang tidak dipakai secara umum dan hanya dimengerti oleh beberapa kalangan tanpa sebuah penjelasan singkat tentang arti kata-kata tersebut dengan bahasa yang lebih mudah. Kalau sudah begitu, jika saya penasaran selepas acara saya harus mencari arti dari istilah tersebut. Itu kalau ketemu, kalau tidak yasudah. Hehe

    Lalu apa hubungannya oleh para penerjemah bahasa isyarat dan mengapa saya juga mengasihani sekaligus salut kepada kerja mereka? Karena kata-kata sulit tersebut -yang susah saya cerna meski saya mendengarnya sendiri- harus mereka sampaikan dengan berbagai macam alternatif cara agar yang menerima isyarat mereka mengerti dan paham. Itu sulit bukan?
    Adanya istilah sulit tersebut baik dalam bahasa asing ataupun bahas kita sendiri, tak hanya mempengaruhi saya dan menjadi cobaan bagi penerjemah bahasa isyarat tapi juga mendapat berbagai respon dari berbagai kalangan. Mungkin ada yang mengatakan, penyebutan istilah-istilah tersebut menjadikan isi debat lebih keren atau berbobot karena diselipkan disana-sini lalu dengan mudahnya membanggakan sang calon pasangan capres dan cawapres dan menghujat sesukanya pada pasangan lain. Atau banyak pula yang akhirnya justru malas menonton acara tersebut akibat ketidaktahuan terhadap istilah-istilah tersebut dan keterkaitannya dengan hidup mereka yang akhirnya sampai pada pilpres nanti pun mereka tetap buta pada kedua pilihan yang ada.
    Terlepas dari semua kekaguman, kesalutan dan kekhawatiran saya sebagai masyarakat biasa, semoga kemungkinan ini adalah yang paling banyak dilakukan, yaitu menngikuti jalannya ketiga debat yang sudah dilakukan dan memperhatikan jawaban termasuk istilah asing bagi telinganya dan mengakaji secara sederhana dari hasil pemaparan kedua kubu mana yang lebih baik bagi bangsa ini menurut mereka dan mebawa pilihannya pada saat pilpres nanti dan bukan malah menjatuhkan pihak lain apalagi sampai ajang ini menjadi ajang saling menjatuhkan dan bukan menguatkan. Apalagi  mengingat kini masyarakat Indonesia sudah banyak yang bisa mengakses berbagai media juga berpikir kritis bagi kemajuan Indonesia. Karena siapapun pemimpinnya, yang hebat adalah rakyat.

Rabu, 04 Juni 2014

Bauty reminder

Entah bagaimana caranya, terkadang waktu melenakan kita
Jika bukan masa lalu yang membiarkan kita tenggelam karena diam
Ada saja arus yang terlihat tenang, menyeret kita pada haluan yang bukan kita impikan
Karena sebuah kesalahan
Karena sebuah kealpaan
Karena kekufuran
Karena kebodohan
Karena kesdaran yang dilupakan
Karena tanda yang kerap kali diabaikan
Bahkan ketika sudah ada peringatan
Dan semoga kali ini aku belum terlambat

Selasa, 27 Mei 2014

Bagaimana saya hanya diharuskan menempuh jalan berbeda olehNya (1)

Bismillahirrohmanirrohiim...
   Ini bukan pengalaman yang baru saja saya alami, tapi rasanya saya masih sangat mengingatnya. Pelajaran 1 tahun lalu yang akhirnya mengarahkan saya melangkah keluar rumah dan menemukan 'rumah' baru untuk berjuang mengabdi di jalanNya. Ya Yogyakarta. Ini adalah seklumit cerita saya bagaimana saya bisa dipercaya oleh Yang Maha Pengasih melangkah disini sampai hari ini.
   Sejak tahun 2010 dimana saya memasuki bangku SMA, memang saya sudah bercita-cita untuk bisa masuk ke jurusan pendidikan ketika saya berkuliah nanti meskipun belum tau pendidikan apa yang akan saya pilih. Seiring waktu, karena saya juga diamanahkan berada di jurusan IPA, saya memilih untuk ke jurusan pendidikan biologi dengan banyak pertimbangan. Kala itu, UNJ adalah pilihan saya karena saya tidak mau berpisah jauh dengan orangtua. Itu pikiran saya dulu, selain itu ada 2 kota yang memang tidak diperbolehkan menjadi tujuan saya waktu itu oleh banyak teman dekat saya karena banyak bahaya, katanya. Kota itu termasuk kota yang saya tinggali sekarang.

Jumat, 23 Mei 2014

Sekotak Puisi Dengan Pita yang Kubuat Sendiri

Ini malam -atau pagi- ketiga selepas tanggal lahirmu
Agak terlambat, bahkan aku membungkusnya diujung rasa kantukku
Tak apa, kata dan frasanya telah menari untukmu
Semoga baitnya mampu menerbitkan senyummu.

Ini tanggal yang sama di tahun ketiga
Dulu Bekasi, lalu Bandung-Jogja kini
Jika nalar kita atau mereka yang berbicara mungkin kita bisa satu kota lagi
Tapi tetap takdir Tuhan yang hakiki.
Aku senang, setidaknya kita masih mampu mensyukuri
Menjadikan jarak untuk menyeret salah satu dari kita (atau keduanya) untuk cepat kembali

Aku belum tau, mengapa sepertinya tanggalmu yang terlihat lebih istimewa
Dan delapan bulan setelahnya kerap kali terlewati
Benarkah rasaku? Ah, semoga tidak tentu saja
Apa ini karena ada tanggal yang sama di bulan lain yang dulu pernah sama-sama kita senyumi
Haha bagian itu mari kita tertawakan saja bersama

Lalu apalagi?
Oh iya, maukah kamu mengamini?
Selarik doa yang kususun dalam puisi, kapan lagi kamu bisa mendapati
Maka selelah atau sedingin apapun Bandung di minggu pagi, sempatkanlah berlari
Siapa tau di salahsatu putaran alun-alun sana ada mojang yang tersenyum manis pagi nanti
Jangan membantah, itu bisa saja terjadi!

Mungkin pula kah aku bermimpi?
Di satu hari nanti, kita akan berkabar melalui berlembar kartu pos yang berbeda rupa
Aku mau ke Turki tentu saja. Jadi kamu mau kemana?
Semoga tetap saling mengabari
Makin pandai pula lah mensyukuri dan jangan lupa berbagi
Ku berdoa persahabatan ini kan abadi

                           Seseorang yang bisa menjadi apapun yang kau mau, tentu dengan satu katakecuali    :)

P.S. aku juga bermimpi satu dari kita mampu menghadiri wisuda yang lain nanti.

Kamis, 22 Mei 2014

List yang saya cita-citakan selama libur semester 2

   Sebentar lagi, saya akan menuntaskan kewajiban saya di semsester 2 yang artinya sudah satu tahun saya berada di dunia perkuliahan . Alhamdulillah. Doakan semoga hasilnya bisa meninkat dibandingkan semester kemarin ya ^^
   Nah, setelah menuntuskan kewajiban Ujian Akhir Semester 2, pada bulan Juni nanti saya akan dihadapkan pada libur superduper panjang selama saya belajar di instansi formal :D. Baiklah, liburan yang (katanya) akan menghabiskan sekitar 2-3bulan ini sudah menari-nari di otak saya untuk diisi rencana sebelum saya hanya menimbun bobot tubuh dan menghitamkan lingkar mata nantinya. Jadi apa rencana yg sudah terpikirkan?
     1. Saya ingin belajar (kursus) menari tradisional secara intensif, paling tidak saya kuasai 2 tarian selama libur nanti. Kenapa tari? Saya melihatnya sebagai seni yang indah untuk dipelajari dengan aturan dan budaya yg berbeda setiap daerah. Selain itu, setiap orang sangat memungkinkan bisa menari meski tidak memiliki modal seperti yang diharuskan pada kegiatan menyanyi. Menari pula lah, yang akan membuat berat badan saya tetap pada porsinya, semoga.
    2. Merealisasikan tabungan sedekah a la saya dan sahabat-ahabat saya tercinta (6). Tabungan yang kami kumpulkan sejak bulan Februari insyaAllah akan disalurkan bagi saudara kami yang membutuhkan.
    3. Kerja parttime atau menjalankan usaha bersama, tentu saja hal ini guna menyehatkan kantong dan dompet saya juga mendukung mimpi saya yang lain. Hehe
    4. Membuka kelas belajar hijaiyah, hapalan surat pendek dan mengaji Al-Qur'an di rumah bagi adik-adik kecil disekitar rumah. Juga bersama para sahabat.
    5. Membereskan koleksi buku yang masih bertahan dan mulai merancang perpustakaan mini yang ingin saya buka sebelum saya lulus kuliah. The last but not least,
    6. Nge-trip. Kalau dana memadai dan ada barengannya saya mau coba PulauSeribu atau Pangandaran (?). Paling tidak, saya mau nge-trip bersama 6 atau singit.
   Saya menuliskan 6 mimpi (sementara) bukan atas dasar apapun. Tulisan ini akan menjadi pengingat bagi saya apa yang harus saya kerjakan selama liburan. Selain itu juga, siapa tau diantara yang berkenan membaca tulisan ini dapat membantu saya mewujudkannya paling tidak dalam doa. Saya akan berusaha menuliskan detailnya sesaat setelah satu persatu mimpi ini menjadi nyata. Doakan saya ya, teman :)

Selasa, 20 Mei 2014

Izinkan aku mengucap syukur



Yogyakarta,1 November 2013
Kali ini langkahku sejalan dengan mimpi yang dulu pernah kusuratkan padaMu.KAU bawa aku jauh dari tempat yang bertahun-tahun tak pernah ku jauhi lebih dari sebulan meskipun sering kukeluhkan sebagai balasan tunai atas surat-suratku di hari terdahulu. Dengan kuasaMu yang begitu luas Ya Mughni, rasanya benar-benar tak mungkin tanpa kuasaMu aku mampu berpijak pada kakiku sendiri diatas tanah yang bukan tanahku dihari kemarin. Menjadi bagian sebuah keluarga baru, mengambil peran dalam keterasingan.
Rasanya ada yang kulupakan pada hari kemarin aku menuliskan suratku agara mampu menempuh langkah di tempat ini. Aku lupa untuk meminta kekuatan ketika aku akan dijauhkan dari tatapan penuh awas ayahku dan pesan singkat serta telepon dari ibu ketika aku terlambat pulang. Aku lupa memohon untuk ketegaranku agar aku tak lekas rindu rumah saat jam-jam perkuliahan berlangsung yang membuatku ingin berlari kala itu juga menaiki apa saja agar aku cepat sampai di rumah seperti saat aku takut akan terlambat tiba di rumah setelah seharian tak berada di dalam hangatnya rumah itu. Aku lupa menuliskan bahwa aku bisa begitu saja  mudah terserang rindu pada hal-hal yang sering ku keluhkan , menyebalkan rasanya ketika rasa itu tiba. Aku pun lupa menyertakan untuk kuat dan tak cepat iri saat teman-temanku yang lain bisa dengan mudah dan lebih sering pulang ke rumah mereka. Aku lupa, karena kupikir dulu rasanya tak akan serumit ini untuk menetap di tempat yang asing, aku hanya merasa seperti sedang berlibur yang esok atau lusa lekas naik kereta ke stasiun terdekat lalu pulang, kembali ke rumah.
Namun, sungguh hanya aku yang lupa. Karena KAU menyertakannya pada surat yang tersertakan paket disampingnya. Hanya butuh sebuah kunci berbahan kepercayaan dengan lapisan kesabaran pada permukaannya  untuk membuka dan mengambil semua isinya, semauku. Berapapun yang aku butuhkan.Lalu ketika aku cukup, membaginya adalah kewajiban yang harus ditunaikan.Diwaktu-waktu yang lain, saat pertahanannku hampir saja jatuh. KemurahanMu tak pernah berhenti, selalu saja KAU memelukku dan seolah berkata untuk mengambil lebih banyak paket itu yang isinya takkan pernah habis  tanpa harus meminta lagi apa yang pernah kubagi selagi aku mampu memiliki kuncinya, seringkih apapun bentuk kunci yang kupegang saat itu.
Hari ini, kuncup-kuncup melati bermekaran disapa hujan setelah lama ia menanti tanpa pernah seharipun kehilangan harapnya pada titik-titik air yang dirasa agak sedikit terlambat datang. Padahal sungguh tak pernah, hujan tak pernah terlambat datang. Kutulis suratku pula hari ini, berharap kau izinkan aku mampu seperti melati dan hujan. Melati tak pernah iri ketika bebungaan lain telah menunjukkan indahnya bahkan yang lain berbuah ranum mengundang selera, ia tetap bersabar. Mengagunkan hanya namaMu pada masa-masa dormansinya. Meyakini hanya dengan tanganMu ia mampu hidup, membuat kuncupnya terbuka dengan kuasaMu melalui hujan yang meneduhkan. Lalu ketika saatnya ia merekah, ia tak pernah sendiri. Selalu saja berbagi putihnya sama rata dan semuanya indah dalam segerombol nikmat yang bisa mensyukuri keberadaannya. Dengan harumnya, ia bersyukur membagi wanginya karuniaMu pada siapa yang berada di dekatnya. Tak peduli kenalkah ia atau tidak.
Aku pun berdoa mampu meneladani hujan dalam langkah pengabdianku untukMu. Ia pun patuh seperti melati, tak akan turun bulirnya meski dalam formasi awan ia sungguh sudah ingin meluruh. Ketika turun, beribu bahkan juta titik ainya adalah tasbih yang beritme menyenangkan, membangunkan sebanyak mungkin tetumbuhan, mememnuhi sumur-sumur yang hampir saja kerontaang, membasahi tanah untuk menyentuh sisi-sisi terbaiknya menentramkan dan membuat yang mendengar cucurannya bersyukur seirama tasbih dalam gema-gema pikiran yang mengendur ketegangannya. Ah, sungguh hanya syukur yang ingin kuucap ketika banyak betul  nikmat luar biasa yang hari kemarin pernah ku anggap biasa. Sungguh, maafkan aku. Ketika kakiku KAU percayakan untuk menopang diri ini sepenuhnya dalam langkah ini, tanpa tempat bersandar selain diriMu yang Mahabaik. Aku ingin terus mengucap sykur tanpa henti. Dengan cara ini, KAU bukakan mataku merambah apa yang belum pernah benar-benar kuperhatikan. Dan sungguh hanya pada pengabdianMu aku ingin berjalan. Maka izinkan aku mengucap syukur.

Salah satu cerita, ketika aku pulang

sudah lama sejak  terkahir kali tulisan terakhir dimuat? Semoga masih ada yang setia membaca tulisan ini yang kali ini akan bahas 4 hari ketika saya pulang dari kota rantau ke rumah di Bekasi. Mungkin ini akan jadi postingan terpanjang saya selama saya ngeblog. hehe gapapa ya?


Ini cuma salah satu cerita perjalanan pulang yang Allah hadiahkan banyak sekali semester ini, mau dibilang nge-trip kok ya aneh orang ini perjalanan pulang dari kota rantau saya, Yogyakarta. Sebelumnya, saya hampir gigit jari karena ngga jadi bisa pulang karena satu dan lain hal, tapi Allah emang Mahatau kalau saya diharuskan pulang karena banyak orang yang memendam rindu dan juga saya rindukan keberadaannya hehe.