Rabu, 30 Juli 2014

Teh Kid

   Selalu saja ada yang berharga dalam hidup ketika satu pertemuan tersambung dengan jalinan persaudaraan yang tak pernah takut akan perpisahan. Perasaan takjub terus mengiringi ketika hati diam-diam menyebut namaNya karena begitu besar cinta yang mampu dihadirkan olehNya.
   Adalah saya yang merasa beruntung bertemu takdir dipertemukan dengan seorang kakak perempuan yang hadir tak terlambat menjadi teladan ketika kaki membutuhkan arah, Kidung Wulandari namanya. Iya, nyanyian sang rembulan ternyata bisa menjadikan matahari tetap bersinar seletih apapun ia.
   Terpaut 3 tahun umur kami tak menjadikan saya sungkan berbicara banyak dihadapannya, bahkan tentang mereka yang ada dalam lingkaran saya hari ini dan tidak ada dalam lingkaran yang sama dengannya. Ia yang mengajarkan saya untuk nyaman berbagi cerita, sekaligus mengenal teman-temannya dan menjadikannya pelajaran bagi saya.
   Pertama kali mengenalnya, ia adalah sosok yang disegani (bahkan ditakuti) adik kelasnya dengan mata yang memang tajam meski telah dibingkai kacamata coklatnya. Tapi mengenalnya sampai hari ini membuat saya tau, dia seseorang yang amat supel dan ceria bahkan menampakkan sedihnya adalah tabu baginya.
  Tak heran banyak orang yang mengenalnya mudah menyayanginya karena lembut dan juga hangat pribadinya. Visioner dan mau menerima masukkan atas apa yang dilakukannya tapi tegas pada prinsip yang dipegangnya, ah semakin mengenalmu, makin banyak yang bisa ku curi teh dari pribadi dan pengalamanmu.
  Satu pelajaran nyata darinya adalah ikhlas, ya keikhlasannya terus diasah oleh Sang Pencipta hingga ia tak ingin berlama sedih ketika dihadiahi banyak pelajaran.
  Banyak sudah yang ia rasa, sedih pastinya. Tapi ikhlas yang tertanam kuat pada hati, pikir juga lisannya membuatnya tak ingin lama berurai airmata. Kehilangan harta benda dari hasil jeri payahnya , bahkan orang yang teramat dicintainya tak mengubahnya menjadi pribadi mundur. Justru sebaliknya. Mulianya hatimu teh Kid.
  Lalu pada akhir kata ini apa yang membuat saya menulis tentang sosoknya? Sebagai pengingat tentunya. Ketika banyak udara disekeliling saya menjadi begitu muram, masih ada orang yang saya cintai yang berdiri beberapa langkah di depan saya menanti untuk mengikuti jejak kebaikannya. Alhamdulillah :)
  Allahu akbar!

Senin, 28 Juli 2014

Ingatkan

Ingatkan saya,
-menulis tentang trip ke bogor
-menulis tentang cara 6 berbagi
-lebaran 1435H
-berkumpul
Hari ini masih mau libur dulu, karena idul fitri saya mengucapkan selamat lebaran ya bagi yang merayakan. Mohon maaf ya atas segala salah :)

Kamis, 24 Juli 2014

Untuk satu di tahun lalu

Ajarkan saya untuk berani
Ketika satu kejahatan membuat saya begitu ngeri melanjutkan langkah
Meski luka saya tekan kuat-kuat agar tak terasa

Tak pernah kubuka
Selain pada kejadiannya di satu waktu yang nyaris sama di masa lalu
Hati berkata bahwa ini caraNya mencintai
Nalar berdiskusi bahwa yang hilang takkan bisa kembali
Hanya akan ada yang baru yang datang lagi

Aku percaya

Tapi jelaskan maknanya
Mengapa pada genap di satu tahunnya
Hal itu terus menjadi bayang?
Bukankah mega sudah ribuan hari menyiram sinar lalu bulan tak alfa menenangkan?
Tak ikhlas kah artinya? Atau aku yang tak mau mengampuni?

Selasa, 08 Juli 2014

Saya menangis

Sore ini baru saja sebuah tayangan kompetisi menghapal Al-Qur'an selelsai tayang ketika adzan Ashar di masji dekat rumah berkumandang dan saya masih menangis. Kehilangan.
Sebabnya sangat sederhana sebenarnya, salahsatu adik yang mengikuti kompetisi tersebut harus pulang karena keliru membaca ayat yang diminta. Saya patah hati dibuatnya. Bukan karena kesalahannya, tapi karena kehilangannya lalu saya tak bisa lagi mendengar lantunan ayat suci dari bibir mungilnya dengan tilawah yang begitu indah.
Rasa kehilangan yang sama ketika saya tak lagi bisa menjumpai tuntunan teman-teman saya semasa SMA yang setiap pagi atau siang memimpin tadarus Al-Qur'an satu sekolahan sebelum pelajaran dilaksanakan.
    Ya rabb, bolehkah aku menjumpai, mendengar dan terus mengikuti lantunan indah yang mereka baca dan hapalkan agar rindu tak lagi datang?  Dengan kemurahanMu, biarkan itu menjadi salahsatu doa yang KAU makbulkan di RamadhanMu kali ini. Amiin

Senin, 07 Juli 2014

Sebelum aku terlelap

Sebuah pesan masuk di ponselku ketika malam jatuh hampir persis ditengah. Nomernya tak bernama, tetapi apa yang ingin kuingkari, aku hapal mati siapa pengirimnya. Tak ada sebenarnya arti pesan (yang mungkin) salah kirim tersebut. Tapi mengetahui siapa yang mengirimnya, aku bergidik. Banyak rasa berebut tak ingin menjadi resesif. Tapi bahagia? Tak ada rupanya.