Sejujurnya saya akan membuka
surat ini dengan penyesalan, karena keberadaannya adalah buah dari permintaan
yang tak bisa saya tolak. Kesalahan saya juga sih, menawarkan semena-mena
seakan saya tau harus menulis apa tentang kamu. Sekarang saya kena bala, apa
yang saya pikirkan untuk menjadi surat ini adalah siapa saya sebenarnya di
hadapan banyak mata yang kelak akan membaca.
Kemari, baca ini jelas-jelas.
Bertemu denganmu adalah kesalahan yang sengaja saya teruskan. Karena denganmu,
membaca seluruh rupaku adalah hal yang terlalu gamblang. Saya kerap ingin
menjauh dan enyah tapi sayangnya saya masih menjadi manusia pada umumnya.
Seperti jutaan lainnya, salahsatu kegemaran tak terelakkan adalah mematut diri
dan berkaca. Akhirnya, saya merelakanmu tetap disini juga demi kewarasan yang
tak dapat dibeli.
Padamu cermin yang lantang
berbicara, saya membuka seluruhnya. Kemampuanmu mengeja lewat airmata tanpa
harus bertanya kenapa duka-duka itu hampir membuatku kalah, kadang boleh juga.
Kamu, bayang yang berani berhadapan pada muka bertemu muka menegaskan saya tak
pernah tertawa sendiri meski seringkali alasan-alasan yang dibuat semesta
terlalu sederhana, dan suara tawa itu selalu nyata. Mungkin memang
dongeng-dongeng masa lampau adalah benar adanya. Bedanya, saya tak pernah
terlahir dari ayah seorang raja, maka kamu pastilah tak akan memuji saya
sebagai perempuan paling cantik di dunia. Bahkan sekalipun jika saya berani
meminta, kamu hanya akan menanggapi bahwa itu tugas ksatria yang kelak mendampingi
hidup saya selamanya.
Teruslah berbicara kepada saya
apa saja, seperti hari-hari kita pernah sangat dekat hingga harus berjauhan.
Semoga kamu tidak lelah, menyebutkan kembali banyak sekali mimpi yang pernah
saya tuturkan satu-satu bahkan memerankannya untuk menjadi sebuah nyata. Keluh
juga sesal kita seringkali sama, jelas lah mengungkapnya di hadapan muka.
Karena kamu tau, seringkali saya tak pernah selesai bercerita dan hanya
merangkumnya dalam tangis-tangis yang berisik di telinga. Tolong, sesekali
hadapi mereka jika saya hanya ingin berhadapan dengan kamu. Seperti biasa, saya
selalu percaya kamu mampu memposisikan saya hingga terhindarlah saya dari
banyak cela dan basa-basi.
Yang
Selalu Memastikan Tampilan Terbaik di Hadapanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar