Jumat, 18 November 2016

[Review] Dr. Strange, Film yang Jarang-Jarang


Review ini dibuat sebagai penonton yang benar-benar awam pengetahuannya  dan sering nonton tanpa liat trailer terlebih dulu. Bermula dari rajinnya ke bisokop dan download film setahun ini dan menimbulkan efek excited  tersendiri setelah film selesai tapi lupa lagi kalau ada yang cerita. Jadi kalau memang agak beda dari punya tetangga-tetangga sebelah ya maaf ya. Mata sama uang yang buat nonon kan juga ngga pinjem punya mereka.


Nah, kenapa Dr. Strange yang dibahas kali ini? Simply, baru liat film ini beberapa hari yang lalu dan belum lupa keseluruhan film hehe. Film ini juga masih in dimana-mana sampai mengalahkan beberapa film Indonesia yang kebagian sedikit layar (lagi). Filmnya sendiri ringan tapi bermakna buat ditonton jam berapapun kalau lagi selo. Oh iya, seperti film garapan Marvel Studio yang lain, film ini masih menceritakan  salah satu superhero yang memang sudah diceritakan di komik sebelumya. Saya ngga tau apakah cerita dari komik ini sama seperti yang diceritakan di filmnya, karena saya ngga suka baca komik dan ngga terlalu suka cerita tentang superhero begini. Iya, ini bahkan saya baru pernah menonton film asal mulanya superhero kayak gini 2 kali.

Apa yang menarik dari Dr. Strange buat saya? Salah satunya adalah karakter si tokoh utama sendiri. Jika jagoan lain biasanya berangkat dari seseorang yang pekerjaannya ngga hero-hero amat seperti mahasiswa, wartawan bahkan tukang pukul, tokoh ini sudah menjadi jagoan di kehidupan normalnya. Bagi saya, seorang dokter secara naluri memiliki jiwa penolong yang cukup besar meskipun dengan sifat menyebalkan dan sombong, ya namanya juga manusia. Menariknya karena perpaduan ini, konflik yang ada justru lebih mengena ke saya. Bukan lagi sekedar dari bukan siapa-siapa menjadi seseorang dengan kemampuan super, tetapi mengingatkan orang untuk kembali bertanya pada kepala dan hati masing-masing untuk apa atau siapa kita menjadi berarti.

Selain itu, karakter si dokter cukup kuat di benak saya karena om yang main ganteng dan dapet muka tengilnya. Jarang-jarang juga rasanya ada karakter superhero yang sudah berumur gini, iya ngga sih? Jadi masuk akal juga buat saya si om strange punya rumah bagus dan mobil yang bagus banget! Sayang, harus jadi akibat dari masalah dan mobilnya terjun ke sungai.  Karakter lain yang juga kuat menurut saya adalah sang leluhur yang diperankan oleh Tilda Swinton dan mengingatkan saya dengan Master Shifu dari film Kungfu Panda :).
Di luar para pemainnya, hal menarik buat saya adalah beberapa potong dunia yang disajikan di film ini, mulai dari daerah pengunungan Nepal  di India, China, Amerika sampai Paris. Keadaan yang terekam disana tidak menonjolkan landscape kota, tetapi lebih ke keseharian penduduk sana meski ya cuma orang lalu lalang saja. Jangan lupa, tata ruang yang bisa dimanipulasi oleh kekuatan mistik dari sang leluhur dan Kaeclius juga ngga kalah menarik dan bikin geli sendiri apalagi kalau ditonton versi 3D seperti saya waktu itu.

Meskipun saya harus beberapa kali mengerutkan kening karena banyaknya kebetulan yang ada di film ini dan juga beberapa hal teknis dalam dunia rumah sakit, yang mau tidak mau membuat saya membandingkan dengan beberapa drama Korea yang lebih detil masalah begini. Film tetap ini cukup menghibur dan masuk ke ingatan lah menurut saya. Tambahan pusing saya juga hilang, setelah ‘diobati’  om Cumberbatch selama dua jam. Kamu mau?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar