Napak tilas sebuah lisan yang berbicara lewat baris-baris kata tentang sebuah perjalanan
Minggu, 25 Desember 2016
Pengakuan
Selasa, 13 Desember 2016
Ketika Kita
Jumat, 18 November 2016
[Review] Dr. Strange, Film yang Jarang-Jarang
Review ini dibuat sebagai penonton yang benar-benar awam pengetahuannya dan sering nonton tanpa liat trailer terlebih dulu. Bermula dari rajinnya ke bisokop dan download film setahun ini dan menimbulkan efek excited tersendiri setelah film selesai tapi lupa lagi kalau ada yang cerita. Jadi kalau memang agak beda dari punya tetangga-tetangga sebelah ya maaf ya. Mata sama uang yang buat nonon kan juga ngga pinjem punya mereka.
Minggu, 30 Oktober 2016
Mengambil Ancang-ancang
![]() |
Berhadapan dengan mereka, berarti berlatih mengambil ancang-ancang |
Percakapan dengan Laut
Selasa, 04 Oktober 2016
KKN? Most Likely Super Summer Camp!
![]() |
Anak KKN masih nyaru kan sama pemuda desa? |
Kamis, 25 Agustus 2016
Kenyang dan Bahagia di Pasar Tradisional
Selasa, 16 Agustus 2016
#ProjectBerdua : Aku, Kamu yang Tak Pernah Menjadi Kita
Sabtu, 18 Juni 2016
#ProjectBerdua : Hadiah Bagi si Pelupa
Kamis, 02 Juni 2016
#ProjectBerdua : Meski Bukan Satu-Satunya
Sabtu, 21 Mei 2016
Makan Malam Terenak
![]() |
source |
Senin, 16 Mei 2016
Yang kamu lakukan itu jahat, Rangga
Selasa, 10 Mei 2016
Jogja, Kenapa Main ke Candi?
![]() |
sumberr |
Sebagai orang yang cepat bosan dengan dengan rutinitas apalagi tugas-tugas yang tak selesai-selesai biarpun sudah disambi dengan begadang, plesir adalah jawaban paling pas selain pulang ke rumah yang jaraknya ratusan kilometer dari kota ini. Tapi sebagai pelajar dengan kantong yang masih disubsidi sana sini dan tak terlalu punya banyak waktu longgar untuk jalan-jalan, maka jadilah tempat tujuan yang harus menyesuaikan. Untungnya, Jogja adalah provinsi dengan banyak destinasi wisata, salah satunya adalah candi.
Gunung Andong, Pertama Untuk (tak) Seterusnya
Minggu, 10 April 2016
Sudah malam
Tentang sesiangan yang teramat megah
Seperti bukan panggungku
Aku kelu
Padahal biasanya mulutku menyemburkan apapun, sekalipun hanya gerutu
Kau pasti tau
Kini sudah malam
Saatnya tak lagi memikirkan ketuntasan yang mengejar kata pasti
Esok saja masih ada kelebihan sepersekian detik untuk melanjutkan asa, katamu
Merebah pada pelukmu
Pulang
Permintaanmu hanya itu
Dan aku setuju
Selasa, 05 April 2016
Mencicipi Masa Kecil di Jurug Gede
Jurug Gede, Gunungkidul, Yogyakarta |
Kamis, 31 Maret 2016
Saya (tak) cemburu
Minggu, 28 Februari 2016
Hei, Kakak Singa
Hei kak, terimakasih mau dengan sabar mengirimkan belasan surat musim pertama bagiku ini. Tentang tenggat yang hampir lewat atau kiriman mendesak pagi buta tolong dimaafkan. Aku tak selalu bisa punya jam yang sama untuk mengirimkan tanda cinta bagi para penerima. Senang rasanya dikenalkan bosse kepada kamu, bertambah satu lagi peredam sekaligus perpanjangan pikiranku di dunia maya yang ku bawa dalam nyata.
Meski sepertinya kamu sibuk sekali ya, kak. Sebulan pertama perkenalan denganmu, isi twittermu penuh dengan surat-surat yang harus lekas sampai. Hanya satu dua kali menjumpai percakapan atau kata-katamu sendiri yang tumpah disana. Apapun yang kamu kerjakan, semoga selalu membawamu pada bahagia. Seperti orang-orang yang lega suratnya sampai dengan jasa baikmu.
Satu yang langsung membuatku tertarik saat bosse menunjuk kamu sebagai kangposlingku, namamu. Liony ya kak? Lio. Singa. Apa rasanya menjadi seorang 'singa' kak? Dan seperti apa singa hidup dalam dirimu? Hee. Maaf jika sebagai orang baru aku terlalu ingin tau. Tapi kata singa dalam namamu terdengar kuat dan menyenangkan. Semoga di kali lain, kita bisa berjumpa seutuhnya raga ya kak. Sepertinya kita sekota :)
Pangapurane yo kak, jika suratku tak utuh 30 seperti orang-orang lain yang begitu rajin. Untuk menuliskan yang sudah ada saja, beberapa diantaranya perlu kurangkai-hapus berkali-kali. Mungkin aku akan menjadi coretan merah dalam rapormu pada bosse, sampaikan salam dan maafku juga untuknya ya. Bagaimanapun kalian menjadikanku mau berusaha, semoga pahala balasannya.
Salam sayang dari jogja yang hujan.
Terimakasih, pak
Jumat, 26 Februari 2016
Jika Rindu
Kemana seharusnya anakan sungai yang meluap ini beralamat?
Tak pernah ada cukup waktu untuk bersabar menemukan lautan kering menyisakan garam
Segala kenang tumpah ruah membanjiri jalan yang ditempeli tawa kita di hari kemarin
Tak ada sesal bila itu membawa aroma tubuhmu yang tak pernah berganti dalam ingatanku
Sulit untuk meminta rindu agar berhenti mengetuk-ngetuk
Maka ku bukakan pintu yang membawa dingin pada telapak kaki
Membiarkan ingatan tentang percakapan yang tak selesai diantara kita menyelesaikan kalimatnya sendiri
Aku menonton dengan kelu
Disini masa dorman bagi cerita bersamamu tak lagi berlagu
Akan menjadi panjang dan tak menemukan tetas benih seperti dalam cita-cita
Tak ada yang bisa berhitung berapa kali aku akan kembali dikunjungi
Aku sudah bersiap menampung semuanya sendiri
Bukan berlagak kuat menangkup bah
Aku hanya tak bisa lagi berjalan menujumu untuk pulang
Dan sebuah andai tak lagi mampu menjadi bintang terang
Minggu, 21 Februari 2016
Kerap Kali Takut
Sabtu, 20 Februari 2016
Catatan Indera
Banyak manusia dibekali dua telinga untuk membaca berbagai jenis suara
Punya dua mata yang mungkin tak selalu sempurna tapi bisa digunakan untuk mendengar berbagai mimik dan gerak yang berebut menyita perhatian
Tapi saat mulut dan pesan kerap kali gemar menjatuhkan cibir dan anggapan, kecacatan seperti apa yang memutuskan penghubung antara segala indera dengan pikir dan hati sebelum sampai pada kata?
Tuhan, kami perlu meminta seperti apa agar simpanan kepekaan dan peduli yang luas tak begitu saja usang membusuk dalam dada?
Balasan
Kamis, 18 Februari 2016
Cermin yang Berbicara
Rabu, 10 Februari 2016
Kepada Aku
![]() |
http://photobotic.blogspot.co.id/2009/08/wet-window.html |
Senin, 08 Februari 2016
Menyurati Senja
#30HariMenulisSuratCinta
Dengan apa ku ketuk agar kamu datang?
Aku disini hampir lelah dengan hari yang hujan
Bukan tak mencintai, kamu selalu tau mereka datang berbarengan menutup banyak terang
Seperti milikmu yang aku rindu
Mencintai gelap tak sepenuhnya harus bersama kan?
Banyak yang mungkin mengabaikan kamu
Tapi aku berusaha tak sekalipun melakukannya
Sejak pertama kali kamu mengajakku berkenalan
Dengan merah, jingga juga keuunguan menghadap barat
Setelahnya, aku tau banyak hari yang harus ku tebus
Untuk hari-hari lengkap bersamamu yang urung kusadari
Sini senja,
Seperti biasa, ada luka-luka yang harus digelapkan lebih awal
Juga erang yang akan samar oleh semburatmu
Disurukkan padamu sebelum malam tau
Biar lelah sisanya kemudian diurus malam
Aku merindumu
Minggu, 07 Februari 2016
Katamu, Bermimpi itu Perlu
Jumat, 05 Februari 2016
Titip Cium Buat Kamu
Selasa, 02 Februari 2016
Dua Laki-laki di Tahun ke Empat
Akang, begitu saya memanggil sebelum nama kalian. Tak ada laki-laki lain yang berjuluk seperti iti di hidup saya setidaknya jika kemudian ada hanya kalian yang menjadi dua di dunia, lainnya cuma lewat.
Tak Ada yang Perlu Cemburu
Sekali lagi, aku masih mendengar banyak yang cemburu melihat kita. Bahkan gadis yang hapal mati seluruh cerita tentang hari-harimu termasuk luka yang tak pernah kamu tampakkan di depanku. Apa dia ributkan? Perihal aku yang merindui temu denganmu untuk sekedar memuntahkan isi kepala yang tak bisa dikeuarkan sembarang. Tak tau kah ia, bahwa kerap kali aku terang-terangan melontarkan nada iri sekaligus kagum terhadap kamu yag berjuang bersamanya agar tetap waras menjaga apa yang kalian punya pada jarak dan rutinitas yang ritmenya seringkali tak sama. Sampaikan padanya, cemburunya hanya membuang-buang fokus yang kalian punya untuk hari yang masih panjang. Sampai hari ini, tak sekalipun aku berpikir mencemburui balik yang juga menurutku berharga.
Senin, 01 Februari 2016
Untuk yang menjadikanku dewasa
Untuk seseorag yang dekat, sangat dekat. Banyak hal yang kita bagi berdua dengan atau tanpa kompromi. Bahkan kurasa nyaris semua yang bisa maupun tidak untuk diminta telah berbagi. Wajah yang nyaris setiap orang bilang sama meski alis, tulang pipi, hidung dan rambutmu adalah ayah dan milikku serupa ibu. Lalu mata dan bibir adalah sebaliknya. Belum lagi bagian tubuh dan pola-pola yang terlihat sama meski kita tetap berbeda lainnya. Hei, kini pun tinggi badan kita sama, sejajar. Terbagi sama rata.
Beberapa tahun belakangan adalah tahun-taun tersibuk bagi kita. Apalagi dengan aku yang sudah sangat jarang mendengarmu bercerita lucu menjelang tidur seperti dulu. Terimakasih sudah menjadikan masa kanakku menyenangkan dengan imajimu dalam dongeng yang tak pernah dibacakan ibu. Masih ingat?
Aku tau kamu malas membaca setelah dua paragraf apa-banget di atas. Tapi tolong, sekali saja habiskan seluruh tulisan ini masuk dalam matamu yang memang tak terlatih mencerna banyak baris kata tanpa angka, gambar dan warna. Biar kepalamu mengenal, seperti inilah caraku mencinta apa yang kupunya. Ini perbedaan kita yang tak bisa terelakkan, aku akan berhenti memaksamu untuk lebih rajin membaca seperti saat kamu di sekolah dasar dulu. Sebagai gantinya, ku pastikan selalu ada buku baru dalam lemariku yang tak pernah ku kunci atau di bawah meja belajarku. Bacalah jika senggang atau tugas dan kegiatan tak sedang mendesakmu. Agar kamu tau ada yang lebih mengasyikkan dibanding menonton televisi berisi banyak iklan untuk kamu rengekkan produknya ada di tanganmu.
Ah, tau apa pula aku yang kerap menyibukkan diri sejak bertahun-tahun lalu. Telingakukah yang nyaris tuli tentang cerita-cerita remajamu yang seru? Atau memang seperti ini kah karma untukku yang menyembunyikan diri sendiri dan membiarkanmu melalui banyak hal tak mengenakkan mampir dalam masa kembangmu? Kamu yamg menutup mulut dan kerap cepat bermuka masam setiap waktu memperbolehkan kita berdua dari rutinitas yang terpisah. Ceritalah, aku ingin mengenali lukamu juga apa yang membuatmu tertawa dengan mata berbinar terang.
Untukmu yang ada pada masa-masa laluku, menjadi saksi beriringan di masa sekarangku dan kemudian yang akan melihat masa depanku. Jauh memang sempurna yang kupunya sebagai orang yang seharusnya menjadi contoh baik dalam hidupmu kemudian. Tapi banyak hal baik yang telah kamu sakiskan adalah bagian dari usah yang mampu aku laksanakan, masih terlalu sedikit dan kecil ya? Iya, memang justru kamu yang kerap kali ibu jadikan contoh untuk hidup lebih benar dan aku mengakuinya. Terimakasih ya.
Untuk itu, kamu tak perlu iri bahkan takut tak mampu sepertiku nanti. Tak usah lah lebih tepatnya. Jadilah kamu yang mampu membahagiakan dirimu sendiri dan tak lelah berbuat baik saja. Aku, ayah dan juga ibu akan bahagia dengan sendirinya. Kamu ingat? Seperti saat kamu baru berusia tiga dan kukuh mengatakan angka kesukaanmu adalah tiga dan oranye adalah warna terbaik di dunia. Ceritamu lantang dengan tawa meski sampai kini aku tak pernah tau alasannya tapi melihatmu bertahan dengan pilihan yang kamu senangi di usia belia membuatku juga bahagia. Untuk saat ini ku tafsirkan sendiri, tiga adalah perwujudan cinta juga doa yang tak pernah putus dari ibu, aku dan juga ayah. Lalu oranye? Bolehkan ku artikan sebagai warna senja? Menambah daftar panjang kesamaan kita. Kalau tak suka, silakan kemukakakan langsung alsannya dan kita akan berdebat panjang dengan eskrim besar di masing-masing tangan.
Kakak yang banyak menuntut
P
#30harimenulissuratcinta