Selasa, 20 Mei 2014

Salah satu cerita, ketika aku pulang

sudah lama sejak  terkahir kali tulisan terakhir dimuat? Semoga masih ada yang setia membaca tulisan ini yang kali ini akan bahas 4 hari ketika saya pulang dari kota rantau ke rumah di Bekasi. Mungkin ini akan jadi postingan terpanjang saya selama saya ngeblog. hehe gapapa ya?


Ini cuma salah satu cerita perjalanan pulang yang Allah hadiahkan banyak sekali semester ini, mau dibilang nge-trip kok ya aneh orang ini perjalanan pulang dari kota rantau saya, Yogyakarta. Sebelumnya, saya hampir gigit jari karena ngga jadi bisa pulang karena satu dan lain hal, tapi Allah emang Mahatau kalau saya diharuskan pulang karena banyak orang yang memendam rindu dan juga saya rindukan keberadaannya hehe.
Saya pulang ngga pakai kereta biasanya, karena tiketnya udah habis dan Alhamdulillah orangtua saya adalah orang yang teramat merindukan kebawelan putri sulungnya di rumah, jadilah saya dibelikan tiket kereta yang lain sebagai pengganti. Berangkatlah saya pada hari Rabu, 14 Mei 2014 jam 18.00 dengan kereta yang berangkat dari stasiun besar Yogyakarta. Ternyata, di  hari itu pula kakak kelas saya yang seorang taruna Akademi Angkatan Udara (AAU) tenyata juga pulang bersama ke 5 orang temannya. Singkat cerita, saya pindah ke kursi yang kosong dengan mereka karena permintaannya dan supaya ada temen ngobrol gitu. Dari mereka, saya jadi agak tau bagaimana kehidupan sehari-hari para taruna dan mensyukuri niatan yang tidak saya lanjutkan untuk menjadi seorang taruna putri. Bukan saya mengartikan sebagai taruna adalah hal yang kurang baik secara umum, saya justru salut dengan  mereka yang bisa berkecimpung di dunia militer baik laki-laki ataupun perempuan tapi jika saya yang jadi mereka, saya rasa saya tidak sanggup. Lha wong, setiap hari pengulangan rutinitasnya hampir sama dengan tempo yang sama pula, yang ada gumoh nanti saya karena saya tidak terlalu suka rutinitas yang sama setiap hari.
Akhirnya setelah 8 jam lebih perjalanan, kami tiba di stasiun Bekasi. Saya dan tiga orang taruna AAU termasuk kakak kelas saya pun turun, saya memperhatikan sejak naik kereta sampai turun tak berhenti orang-orang memandang kearah kami. Saya punya dua spekulasi tentang hal ini, mereka kagum dengan rombongan taruna tersebut karena bagaimana tidak, mereka mau liburan tapi tetap pakai seragam dinas lengkap meskipun perjalanan hingga hampir subuh atau bisa jadi mereka heran dengan saya yang ada ditengah-tengah mereka dengan penampilan seperti anak kecil meskipun saya sudah semester 2 sekarang. Haha entahlah, saya juga malam itu perjalanan saya bak putri presiden yang di kawal 6 ajudan sekaligus. Terimakasih ya kak J.
Sampai di stasiun, ada rindu yang saya harap berbalas seperti biasanya, sebuah seringah kecil yang menyuruh saya langsung naik ke motornya karena sudah malam tak saya dapatkan malam itu. Ya, mimpi sedang memberikan jalan yang tak sama antara saya dengan dia. Jadilah saya dijemput ayah tercinta. Sampai di rumah, selepas mencium tangan keduanya-orangtua saya-. Saya naik ke kamar tapi tak langsung bisa tidur, jadilah saya ,malah menunggu matahari terbit baru selepas itu saya tidur. Pagi menjelang siang saya bangun lalu diminta sarapan oleh ibu, sayur asem dengan ikan lele adalah menu yang istimewa karena saya tau siapa kokinya dan makan bersama menjadi sumber rasa lezatnya yang tiada  tara. :D. hari itu sampai sore saya tak kemana-mana, baru selepas isya 3 orang anak 6 datang ke rumah saya untuk lanjut menjenguk salah satu dari kami berdelapan yang di rawat di rumah sakit yaitu Veliza atau teteh Ai. Kenapa Cuma berempat? Iya, karena Amel juga sedang kurang sehat, Arny ngga pulang waktu itu dan Everson ngga ada kabar.
Sampai disana, sebenernya juga sudah melewati jam besuk sih tapi kita tetap boleh masuk ke kamar inapnya si teteh. Ngga ada satupun dari kita yang pakai masker padahal harusnya kita ngga boleh masuk kalau tidak memakai masker, ya namanya juga 6 ^^. Di ruang rawatnya teteh pun walaupun cuma berlima, kita ngga bisa menahan untuk tidak membuat keributan. Ada saja kehebohan dan tawa yang tidak putus. Setelah om dan adiknya teteh datang, kami  berempat pamit pulang sambil bilang mau beli sosis bakar yang bikin teteh marah-marah karena iri, hehe maaf ya  teh. Sampai di kedai sosis bakar salah satu teman SMP kami, tiga dari kami yaitu saya, Fandri dan Andrian langung dengan senang hati memilih sosis dan makanan yang ingin kami makan, maklum ditraktir bos hehe.
setelah jenguk teh Ai dapet traktiran dari bos :D

Keesokan paginya, lagi-lagi saya bangun kesiangan karena sedang tidak solat padahal saya sudah dititipi ayah untuk mengantarkan bebek pesanan ke rumah makan, jadilah ibu yang menggantikan tugas saya. Akhirnya, saya dan adik saya Ana membereskan rumah sampai siang. Selepas waktu solat Jum’at, salah satu sahabat saya dating kerumah, kangen katanya. Padahal dia memang menyuruh saya pulang untuk membantu pekerjaannya, lumayan sih bisa menambah uang jajan. Malamnya, saya dihampiri oleh Aldilla dan di ajak ke Gerobak Cokelat, sebuah kafe dengan tema cokelat yang baru membuka cabangnya di Bekasi. Suasana dan makanannya cukup enak disana, harganya pun lumayan terjangkau untuk ukuran kafe di dekat pusat perbelanjaan tetapi saya tidak boleh membandingkannya dengan di Jogja kata Aldill, selesai makan kami bertemu Annisa atau biasa dipanggil luyut yang juga anak singit yang kantornya persis di seberang kafe itu, kami sempatkan melepas rindu sejenak dan berfoto. Biasalah cewek
pancake di Gerobak Cokelat

foto depan kantor Luyut, terimakasih mba Aida

Kejadian lucu pun ngga luput dari pertemuan kami malam itu, waktu kami sedang mengobrol tiba-tiba seorang pegawai kafe menghampiri kami dan meminta pin BB saya! Waktu itu  saya belum ngeh kalau yang ia maksud adalah saya sampai ia menyodorkan tangan dan menyebutkan namanya mengajak berkenalan. Kami bertiga bengong dan menahan tawa dan mau tak mau saya menyebutkan nama dan beralasan handphone saya baru saja selesaai diservis, jadi tidak ada aplikasi BB  massangernya haha. Selepas itu kami buru-buru pulang, karena Aldilla mau ke apotek membeli perlengkapan untuk ujian praktiknya. Sampai di rumah, ayah mengajak saya membeli obat dan vitamin untuk ibu karena sedang kurang sehat. Jadilah kami berdua berkeliling ke apotek yang masih buka.
Sabtu pagi, saya bangun lagi-lagi kesiangan padahal sudah berniat mau mendisiplinkan diri untuk lairi pagi, yasudahlah. Lalu, saya teringat malam sebelumnya saya dan seorang sahabat membahas untuk pergi ke Cibodas sebagai denda yang harus ia bayarkan karena sewaktu teman-teman yang lain kesana saya tidak bisa ikut karena saya sedang di Jogja, awalnya bercanda. Tetapi akhirnya, jam 9 pagi itu kami benar-benar berangkat kesana. Perjalanan kami awalnya baik-baik saja sampai hujan turun waktu kami memasuki daerah Sentul, Bogor. Udara jadi dingin, berkabut dan jalanan pun menjadi licin sehingga ia harus menurunkan kecepatan motornya. Hal itu tetap saja tak membuat kawasan Puncak kehilangan pesonanya di mata saya.
yap! entah gambar ini diambil di atas motor pada kecepatan berapa

Pukul 13.30an kami sampai di kebun raya Cibodas, setelah membayar tiket masuk kami mencari pohon pinus yang memang saya jadikan target utama datang ketempat ini, setelah ketemu saya menemaninya melaksanakan solat Dzuhur. Setelah itu, kami pergi ke air terjun Ciimun yang masih berada dalam kawasan kebun raya Cibodas. Tak sampai 300m dari mushola kai tiba di ar terjunnya, saya hanya bisa menyebut asmaNya sesaat setelah sampai disana. Memang tidak seindah air terjun Cibereum yang berada di atasnya, di lereng gunung Gede tetapi rasanya perjalanan 4jam dari Bekasi menuju Cibodas sangat terbayarkan. Apa lagi yang saya lakukan setelah itu? Ya tentu saja berfoto sampai terpeleset ke dalam air padahal saya tidak membawa baju ganti.  Setelahnya, kami kembali ke Mushola untuk membersihkan diri sekedarnya dan sholat Ashar. Setelah itu kami pulang dan kembali harus menempuh waktu perjalanan 4 jam bahkan lebih karena setelah hujan, jalanan semain licin dan jalan raya banyak yang berlubang ketimbang yang bisa dilewati. Jadilah sesampai di rumah, baju, sepatu,  motor hingga tas kami kotor bukan main. 
 
untuk ini, saya mau berlelah


Ciismun Waterfall
Keesokan paginya, saya jutru terbangun jam 4 pagi padahal badan masih terasa pegal dan letih. Tiba-tiba ada rasa yang berebeda ketika mengingat perjalanan hari sebelumnya, saya senang dan tak bisa melupakan warna-warni bunga juga deru air disana tapi rasa rindu menyerang saya lebih dalam, karena orang yang pertama beerjanji unuk mengajak saya kesana belum juga menutaskan janjinya. Bang, although I visited there before our planning realize, I’m still waiting for the time make it realized with u and it can be first time for me. Tapi tetap saja, termakasih buat super partners saya yang mau berelah-lelah mengantarkan saya kesana untuk megintip seklumit kuasa Tuhan J.
Hari itu saya tak punya rencana kemana-mana namun menjelang sianng, seorang teman datang kerumah dan kami mengobrol. Benar kan yang saya bilang di awal? :p. Setelah  itu saya dikabari oleh sahabat sekaligus atasan saya di organisasi semasa SMA bahwa ia sedang di sekolah bersama seoang senior dan juga adik-adik kelas yang sedang rapat, karena atas nama rindu sekolah saya memutuskan menyusul ke skolaah bersama sahabat saya yang seblumnya sudah di ruma saya. Senang rasanya mendapati kegiatan yang saya senangi dilanjutkan oleh adik-adik kelas dengan pemikiran yang inovatif dan semagat yang tinggi, terimakasih ya dik, kalian mengingatkan saya untuk terus produktif  dan kreatif tannpa kenal lelah meskipun banyak kendala disana. Sorenya saya dikabari seorang sahabat kecil akan ada reuni kecil-kecilan di salah satu mall, sayangnya saya sudah terlanjur memiliki janji denga sahabat saya yang lain yang mau mentraktir saya atas keberhasilannya dan juga mendengar cerita dan pengalamannya. Jadilah saya tak ikut sore itu. Malamnya, saya diajak oleh sahabat saya itu memcari tempat makan yang dulu pernah ia datangi tapi ternyata sudah tidak ada, alhasil kami makan di restoran fastfood padahal awalnya ia mau mengajak saya makan makanan yang belum  pernah saya makan di Bekasi. Tapi buat saya bukan masalah, karena tujuan saya adalah mendengar cerita dan pengalamannya mengikuti sebuah ajang perlombaan yang diikutinya secara diam-diam bahkkan tempat belajarnya sekarang pun tidak tahu. Keren! 
Enaknya makanan gratis dari seorang sahabat yang hebat!

Setelah dia mengantakan saya pulang, saya langsung beristirahat dan itulah akhir dari 4  hari yang tak lepas dari rasaa syukur yang saya dapatkan di Bekasi. Saatnya kembali ke Jogja, bismillah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar