Selasa, 27 Mei 2014

Bagaimana saya hanya diharuskan menempuh jalan berbeda olehNya (1)

Bismillahirrohmanirrohiim...
   Ini bukan pengalaman yang baru saja saya alami, tapi rasanya saya masih sangat mengingatnya. Pelajaran 1 tahun lalu yang akhirnya mengarahkan saya melangkah keluar rumah dan menemukan 'rumah' baru untuk berjuang mengabdi di jalanNya. Ya Yogyakarta. Ini adalah seklumit cerita saya bagaimana saya bisa dipercaya oleh Yang Maha Pengasih melangkah disini sampai hari ini.
   Sejak tahun 2010 dimana saya memasuki bangku SMA, memang saya sudah bercita-cita untuk bisa masuk ke jurusan pendidikan ketika saya berkuliah nanti meskipun belum tau pendidikan apa yang akan saya pilih. Seiring waktu, karena saya juga diamanahkan berada di jurusan IPA, saya memilih untuk ke jurusan pendidikan biologi dengan banyak pertimbangan. Kala itu, UNJ adalah pilihan saya karena saya tidak mau berpisah jauh dengan orangtua. Itu pikiran saya dulu, selain itu ada 2 kota yang memang tidak diperbolehkan menjadi tujuan saya waktu itu oleh banyak teman dekat saya karena banyak bahaya, katanya. Kota itu termasuk kota yang saya tinggali sekarang.

   Awal tahun 2013 waktu itu adalah kesempatan pertama dan saya pikir adalah kesempatan satu-satunya untuk menjadi tiket saya sampai ke bangku kuliah karena seleksinya menggunakan nilai rapor, yang dikenal dengan jalur SNMPTN. Tetapi taukah? Pilihan saya, saya ubah ke kedua universitas negeri yang berada di dua kota yang tadinya harus saya hindari. Salah satunya di Yogya, yang saya tau kampus dan reputasinya dari seorang tentor di tempat saya mengikuti bimbingan belajar, Kak Rofi'ah. Terimakasih banyak kak :).
   Sekitar bulan Mei, pengumuman SNMPTN pun tiba. Entah apa yang saya rasa tapi saya tidak sama sekali merasa deg-degan seperti teman-teman yang lain. Ketika saya buka di internet, ya saya tidak diterima di empat jurusan yang saya pilih yang ada di dua universitas tujuan saya. Kecewa? Jujur awalnya tidak, saya masih bisa tertawa seperti pasrah saja sudah. Ketika ibu bertanya hasilnya barulah saya merasa patah hati. Di sorot mata ibu, sebersit rasa kecewa pun sepertinya muncul meski waktu itu beliau berkata tidak apa-apa karena juga masih ada jalur tes tulis dan juga 1 jalur yang sama yang saya ikuti di poltekkes dan  sebenarnya saya dinyatakan lolos di salahsatu universitas islam negeri di jurusan pendidikan bahasa inggris. Namun setelah beliau berbicara begitu, yang terbayang bagaimana saya bisa ikut tes tulis? Padahal kemampuan saya pada saat mengerjakan soal ujicoba saja masih tergolong masih kurang. Pengumuman lain masih saya nantikan waktu itu sambil tak terlalu berharap diterima, apa yang saya rasa baru berani saya ungkap disini sekarang, terutama seleksi untuk yang di PTAIN waktu itu meskipun sudah diterima karena ya saya merasa tidak sreg (saya tak berani menceritakannya waktu itu takut direspon negatif). Ada rasa iri waktu itu rasanya, karena melihat teman-teman saya diterima.
   Meskipun begitu, pada waktu itu justru saya berniat tidak ingin mengikuti seleksi tulis lagi karena merasa tidak sanggup menghadapi soal-soalnya. Pikiran saya biar saja saya berkuliah di universitas lain dengan jurusan yang saya tuju pada awalnya. Toh sama saja, saya sudah seharusnya bersyukur waktu itu.
   Tetapi ternyata Allah tak menjadikannya sampai disana, cerita selanjutnya saya lanjutkan di tulisan saya berikutnya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar