Jumat, 23 Mei 2014

Sekotak Puisi Dengan Pita yang Kubuat Sendiri

Ini malam -atau pagi- ketiga selepas tanggal lahirmu
Agak terlambat, bahkan aku membungkusnya diujung rasa kantukku
Tak apa, kata dan frasanya telah menari untukmu
Semoga baitnya mampu menerbitkan senyummu.

Ini tanggal yang sama di tahun ketiga
Dulu Bekasi, lalu Bandung-Jogja kini
Jika nalar kita atau mereka yang berbicara mungkin kita bisa satu kota lagi
Tapi tetap takdir Tuhan yang hakiki.
Aku senang, setidaknya kita masih mampu mensyukuri
Menjadikan jarak untuk menyeret salah satu dari kita (atau keduanya) untuk cepat kembali

Aku belum tau, mengapa sepertinya tanggalmu yang terlihat lebih istimewa
Dan delapan bulan setelahnya kerap kali terlewati
Benarkah rasaku? Ah, semoga tidak tentu saja
Apa ini karena ada tanggal yang sama di bulan lain yang dulu pernah sama-sama kita senyumi
Haha bagian itu mari kita tertawakan saja bersama

Lalu apalagi?
Oh iya, maukah kamu mengamini?
Selarik doa yang kususun dalam puisi, kapan lagi kamu bisa mendapati
Maka selelah atau sedingin apapun Bandung di minggu pagi, sempatkanlah berlari
Siapa tau di salahsatu putaran alun-alun sana ada mojang yang tersenyum manis pagi nanti
Jangan membantah, itu bisa saja terjadi!

Mungkin pula kah aku bermimpi?
Di satu hari nanti, kita akan berkabar melalui berlembar kartu pos yang berbeda rupa
Aku mau ke Turki tentu saja. Jadi kamu mau kemana?
Semoga tetap saling mengabari
Makin pandai pula lah mensyukuri dan jangan lupa berbagi
Ku berdoa persahabatan ini kan abadi

                           Seseorang yang bisa menjadi apapun yang kau mau, tentu dengan satu katakecuali    :)

P.S. aku juga bermimpi satu dari kita mampu menghadiri wisuda yang lain nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar