Rasanya aku masih terus rindu
Maka izinkan sekali lagi mengenang wajahmu sejak pertama
kita bertemu
Apakah kamu juga rindu?
Mari kawan, kuingatkan lagi tentang itu
Kita bertemu waktu itu saat usiamu masih saja baru, sama
sepertiku
Baru saja satu tahun kalau perhitunganku tak salah waktu itu
Masih begitu hijau untuk sebuah gelar kota yang disandangmu
Tak banyak yang ingin bertemu denganmu kala itu
Karena ada lebih dari seribu kerlip lebih megah disebelahmu
Sedang kamu? Hanya tanah lapang kecoklatan tak bertuan
Warna lain, hanya hijau menhampar depan mata
Dengan deret rumah-rumah sederhana
Jangan tanya dimana para pengendara
Karena bapak ibu kita lebih senang berjalan atau bersepeda
Jangan juga bertanya dimana deru angkkutan bernomor empat
lima
Karen hanya ada saat orang-orang dewasa pulang dan pergi
bekerja
Lalu siapa yang mau melewat jalan rusak penuh licak?
Hanya para gembala dan domba-domba setiap pagi dana senja
Lalu tahun-tahun pun berlari
Membesarkan, menguatkan kita
Pertumbuhanmu menyediakan apa yang kuperlu
Tubuhmu penuh berderet tembok dan menara baru
Kamu begitu saja, tau-tau sudah menjadi primadona
Terimakasih sudah membesarkanku dalam masa beliamu
Menyediakan kelapangan pada masa laluku
Meski semakin besar kita semakin sedikit pula aku bisa
mencumbumu dalam hijau yang kurindu
Dan musibah datang satu-satu
Tenang sayang, ini bukan salahmu
Yang terbaik bagiku adalah keinginanmu, maka penuh lubangpun
kau sudi menerima
Berbaik-baiklah pada ibu, bapakku juga ribuan cerita pada
tiap jengkalmu
Tuhan akan tetap menyinarimu degan matahari yang sama
Yang pernah menghangangatkan kita dan takkan pernahh
membumihanguskan kita
Puisi
ini dibuat pada ulangtahun Kota Bekasi yang ke-17 di buku catatan kuliah dan
baru saja dibaca ulang lalu diketikkan
pada blog disaat yang sama saat diposkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar