Kamis, 30 Oktober 2014

Biru

Bukan satu pulasan yang asing yang mampu tertangkap retinaku. Aku mengenalnya ketika masih kecil dulu, saat ibu mengenalkannya padaku dan kuputuskan mencintainya. Bukan aku tak jatuh hati pada hijau, jingga atau kelabu. Tapi sekejapan mata, aku menemukannya dalam dalam duniaku, ya biru.

Aku mencintainya tanpa paksaan, juga dengan kesederhanaan. Takkan kupaksakan memberikannya pada daun atau batang yang kugambar, karena yang mereka cinta adalah hijau juga cokelat. Aku akan hanya memulaskan langit yang juga sama mencintai biru sepertiku, lalu pohon juga akan mencintainya aku rasa.

Juga pada berbagai imaji tentangku dan mereka yang kuimpikan ada di hari depanku, memasukkan biru adalah ketidak adilan bagi mereka dan juga baginya, karena tak ada keberadaannya bukan berarti mimpiku buruk. Bagian terburuk justru memaksakannya ada padahal ia tak pernah ditakdirkan untuk bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar