Sabtu, 25 Oktober 2014

Bernegara, sesederhana solat berjama'ah

   Sebenarnya, sudah lama melihat orang malaksanakan solat berjama'ah, kayaknya sejak kecil. Mungkin pun kesadaran ini juga telah banyak dipahami oleh mereka yang lebih banyak ilmunya ketimbang saya yang sadar agak terlambat.
   Solat berjama'ah adalah kegiatan ibadah yang diganjar pahala 27 lebih banyak dibanding solat sendirian, dilakukan oleh minimal 2 orang. Ada imam dan makmumnya, imam yang memimpin dan makmum tentulah yang dipimpin. Semakin banyak makmum yang turut serta, imam hampir selalu mengingatkan untuk merapatkan shaf atau barisan. Sampai pada permulaan solat, ada pesan yang tertangkap untuk seluruh pelaksana solat baik sebagai imam maupun makmum untuk memiliki tujuan yang sama, beribadah kepada Tuhan (Allah). Pemilihan imam pun tak bisa sembarangan, bukan dengan mengeluarkan suara terbanyak sebagai jalan utama tapi dengan melihat siapa yang paling tua diantara para jamaah, atau paling baik bacaan solatnya, itu yang saya tau. Jelaslah perintah Allah bahwa memilih pemimpin harus yang memiliki potensi untuk mencakup semua tipe orang yang dipimpinnya dan meminimalisir kesalahan yang dapat merugikan semua pihak.
   Lalu ketika seorang imam sudah dipilih, para makmum harus menuruti perintah, gerakan, dan bacaan imam seperti yang sudah sebelumnya saya katakan. Merapatkan shaf membuat sela diantara makmum tidak ditempati oleh syeitan dan memberi ruang lebih lapang bagi jamaah yang nantinya menyusul. Ketika bernegara, merapatkan barisan oleh semua elemen masyarakatpun sangat perlu, apapun jabatan dan amanah mereka di lingkungan. Hal ini menurut saya terutama untuk membantu sang pemimpin tentu saja, karena sehebat apapun ia, ia takkan mampu bekerja sendiri. Selain itu, rasanya saling merapatkan dan berpegang teguh satu sama lain dapat membuat semua saling mendukung dan membantu ketika ada satu bagian yang mengalami masalah. Rasa percaya, saling menghargai dan mengasihi pun muncul sebagai individu yang berada dalam satu naungan negara karena semua saling merapat dan bukan lagi mempermasalahkan perbedaan yang ada. Seperti dalam solat berjamaah, tak semua orang mengambil posisi bersedekap yang sama. Tapi baik imam maupun makmum, selama itu tak mengganggu dan masih dalam koridor yang diajarkan agama, semua saling percaya dan bertoleransi bahwa doa terbaik kita tetap akan sampai padaNya. Imam akan tetap memimpin solat di depan makmum dan tak menengok kebelakang saat solat.
   Lalu apakah karena imam telah dipilih dan dipercaya karena kualitasnya, para makmum tak memberi pengawasan saat solat? Tentu saja tidak. Imam adalah teladan, semua ucapan dan gerakannya ditiru makmum saat solat, ia yang akan melaksanakan semuanya lebih dahulu sebelum makmum. Tetapi sebagai manusia, imam pun terkadang membuat kesalahan akibat lupa atau alpa, tugas para makmum lah untuk mengingatkan dengan tepukan tangan atau bacaan tasbih.
   Tentu ini pun bekal bernegara atau bermasyarakat yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah. Tak hanya imam yang harus mendapat kepercayaan makmum, makmum pun sebagai masyarakat juga perlu mendapat kepercayaan pemimpinnya agar semua usaha memajukan negara bisa berjalan maksimal, meskipun pemimpin tak melulu bisa melihat orang-orang yang dipimpinnya. Tunduk dan patuh dengan ketentuan pemimpin menjadi harus sebagai acuan agar tujuan seluruh masyarakat terlaksana. Meski begitu,  pengawasan dan peringatan dari masyarakat pun perlu dilakukan agar tak ada pihak yang akan diunggulkan atau dimenangkan, semua sama rata juga rasa.
   Terakhir, saat salah satu makmum (atau bahkan imam) melakukan hal diluar ketentuan solat. Secara sadar, solat mereka secara individu akan gugur dan harus menerima konsekuensi secara individu pula untuk mengulang solat. Hal ini memberi tanda, bahwa siapapun yang melanggar batasan atau aturan yanng dibuat, siapapun jabatannya melakukan kesalahan hendaklah berusaha tahu diri agar tidak menjadi bibit virus yang menulari orang lain yang tidak berbuat salah disekitarnya dengan ikhlas menerima segala resiko yang harus dihadapi.
   MasyaAllah, begitu sempurna Allah menciptakan sistem dengan contoh yang paling konkrit dan mudah sebeneranya untuk dipahami manusia. Semoga kesalahan saya saat menulis ini dapat Allah perbaiki dengan penangkapan indera yang membaca.  Allahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar