Napak tilas sebuah lisan yang berbicara lewat baris-baris kata tentang sebuah perjalanan
Minggu, 21 Desember 2014
Bagaimana Saya Hanya Diharuskan Menempuh Jalan Berbeda OlehNya (2)
Sabtu, 06 Desember 2014
rindu kata rindu
Ku kata rindu caramu mengabarkan rindu pada ujung ujung telinga dengan nada ceria
Cukupkah rindu membuatnya hadir meski sebisik?
Terlayangkan rindu ketika pandang beradu bayang tentang bagaimana rindu membuat kita hanya sama-sama saling menatap tanpa sedikitpun bait kata ada
Menyesakkan memang mengetahui rindumu adalah kata rindu
Rinduku pada rindu ketika bertemu adalah hilang segala resah yang dibawanya
Rinduku pada rindu membuatku tau detik juga tak ingin terabai ketika aku sibuk merindui rindu milik kita
Bagaimana rindu? Cukupkah mengejekku hingga tumpah risau ini pada dunia yang sering tak kentara?
Jumat, 21 November 2014
Jadi buruh? Kenapa tidak?
Tak heran, jika investor asing seluruh dunia memutuskan membuat pabrik besar bahkan beberapa pemilik saham besar menjadikan Indonesia sebagai pusat produksinya, seperti salahsatu produk boneka paling terkenal di dunia. Maka cukupkah kita berbangga karena hal ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dari masyarakat kita dan membuat negara memiliki pendapatan yang banyak?
Boleh jadi iya, karena masyarakat kita tertolong, mereka yang berada dalam kondisi terdesak karena ekonomi, fisik, atau sebagainya bisa tetap produktif, terutama yang berada pada usia muda. Keadaan ini juga mengurangi angka pengangguran yang konon tiap tahun meningkat di Indonesia seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Pertanyannya, mau sampai kapan?
Sabtu, 08 November 2014
Visualisasi semesta
Sekali ini aku berkaca pada arakan awan yang tak biasanya bergulung cepat. Aku bahkan tak sempat kabarkan cerita, lalu begitu saja semuanya jatuh.
Rupanya, semesta juga ingin bercerita atau sekedar memvisualisasikan rasa. Melalui kecup tetes yang datang meminta perhatian. Menepikan bingar agar ia terdengar, sekali saja pertemuannya dengan tanah ingin sekali dirayakan, katanya.
Aku mengangguk, berterimakasih dalam tetes yang lalu kusimpan. Tak usahlah kubagi, Tuhan mungkin isyaratkan terlalu remeh merapuh dalam pertemuan. Biar semsesta saja yang lengkapkan
Selasa, 04 November 2014
Lemahkan aku
Terbiasakah kaki ini berdiri dalam pijak kepongahan yang terlalu rumit untuk dikikis? Tinggi menjulang merasai tahta imajiner yang dibentuk sendiri.
Layak kah? Hanya dengan kaki yang tak kokoh menopang, begitu lancang melalaikan cagak yang menguatkan sampai pada tahap langkah hari ini.
Jika begitu adanya, aku hanya ingin dilemahkan. Lemahkan dalam kesombongan yang hanya membuat runtuh dalam satu tepukan saja. Berdiri satu garis yang sama membuatku merasa lebih berada dalam dunia yang dicintaiNya, karena IA yang akan mengangkat. Menaikkan dan menempatkan tanpa pernah meluputkan rasa peduli meski sedikit saja
Kamis, 30 Oktober 2014
Biru
Bukan satu pulasan yang asing yang mampu tertangkap retinaku. Aku mengenalnya ketika masih kecil dulu, saat ibu mengenalkannya padaku dan kuputuskan mencintainya. Bukan aku tak jatuh hati pada hijau, jingga atau kelabu. Tapi sekejapan mata, aku menemukannya dalam dalam duniaku, ya biru.
Aku mencintainya tanpa paksaan, juga dengan kesederhanaan. Takkan kupaksakan memberikannya pada daun atau batang yang kugambar, karena yang mereka cinta adalah hijau juga cokelat. Aku akan hanya memulaskan langit yang juga sama mencintai biru sepertiku, lalu pohon juga akan mencintainya aku rasa.
Juga pada berbagai imaji tentangku dan mereka yang kuimpikan ada di hari depanku, memasukkan biru adalah ketidak adilan bagi mereka dan juga baginya, karena tak ada keberadaannya bukan berarti mimpiku buruk. Bagian terburuk justru memaksakannya ada padahal ia tak pernah ditakdirkan untuk bisa.
Sabtu, 25 Oktober 2014
Bernegara, sesederhana solat berjama'ah
Sebenarnya, sudah lama melihat orang malaksanakan solat berjama'ah, kayaknya sejak kecil. Mungkin pun kesadaran ini juga telah banyak dipahami oleh mereka yang lebih banyak ilmunya ketimbang saya yang sadar agak terlambat.
Solat berjama'ah adalah kegiatan ibadah yang diganjar pahala 27 lebih banyak dibanding solat sendirian, dilakukan oleh minimal 2 orang. Ada imam dan makmumnya, imam yang memimpin dan makmum tentulah yang dipimpin. Semakin banyak makmum yang turut serta, imam hampir selalu mengingatkan untuk merapatkan shaf atau barisan. Sampai pada permulaan solat, ada pesan yang tertangkap untuk seluruh pelaksana solat baik sebagai imam maupun makmum untuk memiliki tujuan yang sama, beribadah kepada Tuhan (Allah). Pemilihan imam pun tak bisa sembarangan, bukan dengan mengeluarkan suara terbanyak sebagai jalan utama tapi dengan melihat siapa yang paling tua diantara para jamaah, atau paling baik bacaan solatnya, itu yang saya tau. Jelaslah perintah Allah bahwa memilih pemimpin harus yang memiliki potensi untuk mencakup semua tipe orang yang dipimpinnya dan meminimalisir kesalahan yang dapat merugikan semua pihak.
Lalu ketika seorang imam sudah dipilih, para makmum harus menuruti perintah, gerakan, dan bacaan imam seperti yang sudah sebelumnya saya katakan. Merapatkan shaf membuat sela diantara makmum tidak ditempati oleh syeitan dan memberi ruang lebih lapang bagi jamaah yang nantinya menyusul. Ketika bernegara, merapatkan barisan oleh semua elemen masyarakatpun sangat perlu, apapun jabatan dan amanah mereka di lingkungan. Hal ini menurut saya terutama untuk membantu sang pemimpin tentu saja, karena sehebat apapun ia, ia takkan mampu bekerja sendiri. Selain itu, rasanya saling merapatkan dan berpegang teguh satu sama lain dapat membuat semua saling mendukung dan membantu ketika ada satu bagian yang mengalami masalah. Rasa percaya, saling menghargai dan mengasihi pun muncul sebagai individu yang berada dalam satu naungan negara karena semua saling merapat dan bukan lagi mempermasalahkan perbedaan yang ada. Seperti dalam solat berjamaah, tak semua orang mengambil posisi bersedekap yang sama. Tapi baik imam maupun makmum, selama itu tak mengganggu dan masih dalam koridor yang diajarkan agama, semua saling percaya dan bertoleransi bahwa doa terbaik kita tetap akan sampai padaNya. Imam akan tetap memimpin solat di depan makmum dan tak menengok kebelakang saat solat.
Lalu apakah karena imam telah dipilih dan dipercaya karena kualitasnya, para makmum tak memberi pengawasan saat solat? Tentu saja tidak. Imam adalah teladan, semua ucapan dan gerakannya ditiru makmum saat solat, ia yang akan melaksanakan semuanya lebih dahulu sebelum makmum. Tetapi sebagai manusia, imam pun terkadang membuat kesalahan akibat lupa atau alpa, tugas para makmum lah untuk mengingatkan dengan tepukan tangan atau bacaan tasbih.
Tentu ini pun bekal bernegara atau bermasyarakat yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah. Tak hanya imam yang harus mendapat kepercayaan makmum, makmum pun sebagai masyarakat juga perlu mendapat kepercayaan pemimpinnya agar semua usaha memajukan negara bisa berjalan maksimal, meskipun pemimpin tak melulu bisa melihat orang-orang yang dipimpinnya. Tunduk dan patuh dengan ketentuan pemimpin menjadi harus sebagai acuan agar tujuan seluruh masyarakat terlaksana. Meski begitu, pengawasan dan peringatan dari masyarakat pun perlu dilakukan agar tak ada pihak yang akan diunggulkan atau dimenangkan, semua sama rata juga rasa.
Terakhir, saat salah satu makmum (atau bahkan imam) melakukan hal diluar ketentuan solat. Secara sadar, solat mereka secara individu akan gugur dan harus menerima konsekuensi secara individu pula untuk mengulang solat. Hal ini memberi tanda, bahwa siapapun yang melanggar batasan atau aturan yanng dibuat, siapapun jabatannya melakukan kesalahan hendaklah berusaha tahu diri agar tidak menjadi bibit virus yang menulari orang lain yang tidak berbuat salah disekitarnya dengan ikhlas menerima segala resiko yang harus dihadapi.
MasyaAllah, begitu sempurna Allah menciptakan sistem dengan contoh yang paling konkrit dan mudah sebeneranya untuk dipahami manusia. Semoga kesalahan saya saat menulis ini dapat Allah perbaiki dengan penangkapan indera yang membaca. Allahu'alam
Selasa, 14 Oktober 2014
Cuma mau bilang
Ngga ada niat buat ngeblog tapi tabungan elektron rindu rumah tiap kali merasa cukup penat terus menunjukkan kenaikan sampai membuat saya berhenti sesaat di tengah belajar.
Ini minggu ke enam di semester ini, tugas yang mulai terus menggila, laporan, makalah, jurnal, presentasi sampai berbagai agenda di luar kegiatan akademik melingkupi hari saat mata terbuka hingga mau menutup lagi sejenak untuk memenuhi hak tubuh. Rutinitas ini membuat rumah menjadi sesuatu yang istimewa untuk dimimpikan, nggak lagi seperti semester-semester terdahulu. Tapi di sisi lain ya itu, tabungan rindunya terus bergerak. Semoga limitnya masih cukup tinggi, hingga bisa diendap sampai nanti waktunya.
Pelajaran berharga enam minggu kuliah ini menghasilkan pemahaman yang mungkin terlambat didapat tapi ngga akan disesali, yaitu
"Tekanan takkan mampu melenyapkan, justru hadirnya membuat segala hal yang paling sederhana dapat menjadi sebuah kenikmatan, maka bersyukurlah"
Sabtu, 11 Oktober 2014
selarik kebelakang wajahmu dulu dan kini
Kenapa maunya dibeliin?
![]() | |
buku yang ada dalam daftar doa :p |
Kamis, 07 Agustus 2014
Tahun kedua
4 Agustus 2014
Pernah kita lalui masa saling tertawa Memandang dua dunia di belakang punggung lawan bicara saat kita bertemu muka
Menjadikannya perlahan satu rasa sama rata
Pernah kita menerbangkan asa yang berbeda
Seringkali orang kata tak berpikir kita tentang berbagai resikonya
Lalu yang kita pinta hanya bagaimana DIA merestuinya
Karena kita percaya semesta selalu punya ruang bagi kita
Pernah juga kita tak saling bicara
Padahal rindu ada dari mega hingga senja
Membiarkan pesan-pesan tak terbaca
Tapi tak bisa mengabaikan racauan di dunia maya
Ah, rasi bintang apa yang menaungi kita sebenarnya?
Karena rasanya setiap perjalanan selalu ada yang istimewa
Satu dua kali kita pernah mempecundangi apa yang kita sebut bersama
Selebihnya mensyukuri rasanya lebih pas bagi kita
Kita tetap dua kepala dan rasa yang berbeda
Bertahun-tahun nanti pun tak ada yang bisa mengubahnya
Memberi warna juga detak pada langkah yang akan semakin sama
Meski pengungkapan kerap kali berbeda
Bisa jadi indah ataupun sebaliknya
Tanpa banyak cara, kita tau bahwa kita saling cinta
Selamat berjumpa pada tahun yang kedua, selamat menikmati tahun-tahun berikutnya.
Dikutip dari note dengan perubahan seperlunya :)
Rabu, 30 Juli 2014
Teh Kid
Selalu saja ada yang berharga dalam hidup ketika satu pertemuan tersambung dengan jalinan persaudaraan yang tak pernah takut akan perpisahan. Perasaan takjub terus mengiringi ketika hati diam-diam menyebut namaNya karena begitu besar cinta yang mampu dihadirkan olehNya.
Adalah saya yang merasa beruntung bertemu takdir dipertemukan dengan seorang kakak perempuan yang hadir tak terlambat menjadi teladan ketika kaki membutuhkan arah, Kidung Wulandari namanya. Iya, nyanyian sang rembulan ternyata bisa menjadikan matahari tetap bersinar seletih apapun ia.
Terpaut 3 tahun umur kami tak menjadikan saya sungkan berbicara banyak dihadapannya, bahkan tentang mereka yang ada dalam lingkaran saya hari ini dan tidak ada dalam lingkaran yang sama dengannya. Ia yang mengajarkan saya untuk nyaman berbagi cerita, sekaligus mengenal teman-temannya dan menjadikannya pelajaran bagi saya.
Pertama kali mengenalnya, ia adalah sosok yang disegani (bahkan ditakuti) adik kelasnya dengan mata yang memang tajam meski telah dibingkai kacamata coklatnya. Tapi mengenalnya sampai hari ini membuat saya tau, dia seseorang yang amat supel dan ceria bahkan menampakkan sedihnya adalah tabu baginya.
Tak heran banyak orang yang mengenalnya mudah menyayanginya karena lembut dan juga hangat pribadinya. Visioner dan mau menerima masukkan atas apa yang dilakukannya tapi tegas pada prinsip yang dipegangnya, ah semakin mengenalmu, makin banyak yang bisa ku curi teh dari pribadi dan pengalamanmu.
Satu pelajaran nyata darinya adalah ikhlas, ya keikhlasannya terus diasah oleh Sang Pencipta hingga ia tak ingin berlama sedih ketika dihadiahi banyak pelajaran.
Banyak sudah yang ia rasa, sedih pastinya. Tapi ikhlas yang tertanam kuat pada hati, pikir juga lisannya membuatnya tak ingin lama berurai airmata. Kehilangan harta benda dari hasil jeri payahnya , bahkan orang yang teramat dicintainya tak mengubahnya menjadi pribadi mundur. Justru sebaliknya. Mulianya hatimu teh Kid.
Lalu pada akhir kata ini apa yang membuat saya menulis tentang sosoknya? Sebagai pengingat tentunya. Ketika banyak udara disekeliling saya menjadi begitu muram, masih ada orang yang saya cintai yang berdiri beberapa langkah di depan saya menanti untuk mengikuti jejak kebaikannya. Alhamdulillah :)
Allahu akbar!
Senin, 28 Juli 2014
Ingatkan
Ingatkan saya,
-menulis tentang trip ke bogor
-menulis tentang cara 6 berbagi
-lebaran 1435H
-berkumpul
Hari ini masih mau libur dulu, karena idul fitri saya mengucapkan selamat lebaran ya bagi yang merayakan. Mohon maaf ya atas segala salah :)
Kamis, 24 Juli 2014
Untuk satu di tahun lalu
Ajarkan saya untuk berani
Ketika satu kejahatan membuat saya begitu ngeri melanjutkan langkah
Meski luka saya tekan kuat-kuat agar tak terasa
Tak pernah kubuka
Selain pada kejadiannya di satu waktu yang nyaris sama di masa lalu
Hati berkata bahwa ini caraNya mencintai
Nalar berdiskusi bahwa yang hilang takkan bisa kembali
Hanya akan ada yang baru yang datang lagi
Aku percaya
Tapi jelaskan maknanya
Mengapa pada genap di satu tahunnya
Hal itu terus menjadi bayang?
Bukankah mega sudah ribuan hari menyiram sinar lalu bulan tak alfa menenangkan?
Tak ikhlas kah artinya? Atau aku yang tak mau mengampuni?
Selasa, 08 Juli 2014
Saya menangis
Sebabnya sangat sederhana sebenarnya, salahsatu adik yang mengikuti kompetisi tersebut harus pulang karena keliru membaca ayat yang diminta. Saya patah hati dibuatnya. Bukan karena kesalahannya, tapi karena kehilangannya lalu saya tak bisa lagi mendengar lantunan ayat suci dari bibir mungilnya dengan tilawah yang begitu indah.
Rasa kehilangan yang sama ketika saya tak lagi bisa menjumpai tuntunan teman-teman saya semasa SMA yang setiap pagi atau siang memimpin tadarus Al-Qur'an satu sekolahan sebelum pelajaran dilaksanakan.
Ya rabb, bolehkah aku menjumpai, mendengar dan terus mengikuti lantunan indah yang mereka baca dan hapalkan agar rindu tak lagi datang? Dengan kemurahanMu, biarkan itu menjadi salahsatu doa yang KAU makbulkan di RamadhanMu kali ini. Amiin
Senin, 07 Juli 2014
Sebelum aku terlelap
Senin, 30 Juni 2014
Tentang istilah yang asing di telinga
Ada hal menarik yang saya amati setelah 3 kali dilaksanakannya debat capres dan cawapres ini. Pada layar televisi, terdapat sebuah kotak kecil disebelah kiri bawah yang mempertontonkan penerjemah bahasa isyarat yang membantu saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus agar bisa juga mengerti jalannya debat. Ternyata menjalani tugas sebagai penerjemah bahasa isyarat itu tidaklah mudah, ini yang saya pahami setelah membaca sebuah artikel di sini .
Sebuah tanggungjawab yang besar bagi mereka karena harus bisa menyampaikan semua isyarat sesuai dengan perkataan para pelaku debat sampai dengan ekspresinya. Selain itu merekapun harus selalu menunjukkan bahwa mereka tidak memihak kepada salahsatu pihak dengan indikasi isyarat tertentu. Sulit bukan? Saya kagum dengan mereka karena mampu mengahafal dan menerjemahkannya cukup baik dengan hitungan waktu yang sangat singkat. Disisi lain, saya juga merasa kasihan kepada mereka dan juga pada diri saya sendiri pada acara tersebut berlangsung. Kenapa?
Sebagai orang awam sekaligus pemilih pemula pada tanggal 9 Juli 2014 nanti, saya belum begitu mengerti tentang riwayat kerja dan perpolitikan kedua calon pasangan tersebut, maka acara debat keduanya menjadi salahsatu pilihan untuk mengenal kedua pasangan ini selain tentunya membaca berita dari berbagai media (yang kebanyakan sekarang sudah dimanipulasi untuk keuntungan salahsatu pihak) dan berdiskusi dengan orang-orang disekitar saya. Namun yang disayangkan, pada acara debat tersebut masing-masing dari mereka beberapa kali menyebut istilah yang tidak dipakai secara umum dan hanya dimengerti oleh beberapa kalangan tanpa sebuah penjelasan singkat tentang arti kata-kata tersebut dengan bahasa yang lebih mudah. Kalau sudah begitu, jika saya penasaran selepas acara saya harus mencari arti dari istilah tersebut. Itu kalau ketemu, kalau tidak yasudah. Hehe
Lalu apa hubungannya oleh para penerjemah bahasa isyarat dan mengapa saya juga mengasihani sekaligus salut kepada kerja mereka? Karena kata-kata sulit tersebut -yang susah saya cerna meski saya mendengarnya sendiri- harus mereka sampaikan dengan berbagai macam alternatif cara agar yang menerima isyarat mereka mengerti dan paham. Itu sulit bukan?
Adanya istilah sulit tersebut baik dalam bahasa asing ataupun bahas kita sendiri, tak hanya mempengaruhi saya dan menjadi cobaan bagi penerjemah bahasa isyarat tapi juga mendapat berbagai respon dari berbagai kalangan. Mungkin ada yang mengatakan, penyebutan istilah-istilah tersebut menjadikan isi debat lebih keren atau berbobot karena diselipkan disana-sini lalu dengan mudahnya membanggakan sang calon pasangan capres dan cawapres dan menghujat sesukanya pada pasangan lain. Atau banyak pula yang akhirnya justru malas menonton acara tersebut akibat ketidaktahuan terhadap istilah-istilah tersebut dan keterkaitannya dengan hidup mereka yang akhirnya sampai pada pilpres nanti pun mereka tetap buta pada kedua pilihan yang ada.
Terlepas dari semua kekaguman, kesalutan dan kekhawatiran saya sebagai masyarakat biasa, semoga kemungkinan ini adalah yang paling banyak dilakukan, yaitu menngikuti jalannya ketiga debat yang sudah dilakukan dan memperhatikan jawaban termasuk istilah asing bagi telinganya dan mengakaji secara sederhana dari hasil pemaparan kedua kubu mana yang lebih baik bagi bangsa ini menurut mereka dan mebawa pilihannya pada saat pilpres nanti dan bukan malah menjatuhkan pihak lain apalagi sampai ajang ini menjadi ajang saling menjatuhkan dan bukan menguatkan. Apalagi mengingat kini masyarakat Indonesia sudah banyak yang bisa mengakses berbagai media juga berpikir kritis bagi kemajuan Indonesia. Karena siapapun pemimpinnya, yang hebat adalah rakyat.
Rabu, 04 Juni 2014
Bauty reminder
Jika bukan masa lalu yang membiarkan kita tenggelam karena diam
Ada saja arus yang terlihat tenang, menyeret kita pada haluan yang bukan kita impikan
Karena sebuah kesalahan
Karena sebuah kealpaan
Karena kekufuran
Karena kebodohan
Karena kesdaran yang dilupakan
Karena tanda yang kerap kali diabaikan
Bahkan ketika sudah ada peringatan
Selasa, 27 Mei 2014
Bagaimana saya hanya diharuskan menempuh jalan berbeda olehNya (1)
Ini bukan pengalaman yang baru saja saya alami, tapi rasanya saya masih sangat mengingatnya. Pelajaran 1 tahun lalu yang akhirnya mengarahkan saya melangkah keluar rumah dan menemukan 'rumah' baru untuk berjuang mengabdi di jalanNya. Ya Yogyakarta. Ini adalah seklumit cerita saya bagaimana saya bisa dipercaya oleh Yang Maha Pengasih melangkah disini sampai hari ini.
Sejak tahun 2010 dimana saya memasuki bangku SMA, memang saya sudah bercita-cita untuk bisa masuk ke jurusan pendidikan ketika saya berkuliah nanti meskipun belum tau pendidikan apa yang akan saya pilih. Seiring waktu, karena saya juga diamanahkan berada di jurusan IPA, saya memilih untuk ke jurusan pendidikan biologi dengan banyak pertimbangan. Kala itu, UNJ adalah pilihan saya karena saya tidak mau berpisah jauh dengan orangtua. Itu pikiran saya dulu, selain itu ada 2 kota yang memang tidak diperbolehkan menjadi tujuan saya waktu itu oleh banyak teman dekat saya karena banyak bahaya, katanya. Kota itu termasuk kota yang saya tinggali sekarang.
Jumat, 23 Mei 2014
Sekotak Puisi Dengan Pita yang Kubuat Sendiri
Ini malam -atau pagi- ketiga selepas tanggal lahirmu
Agak terlambat, bahkan aku membungkusnya diujung rasa kantukku
Tak apa, kata dan frasanya telah menari untukmu
Semoga baitnya mampu menerbitkan senyummu.
Ini tanggal yang sama di tahun ketiga
Dulu Bekasi, lalu Bandung-Jogja kini
Jika nalar kita atau mereka yang berbicara mungkin kita bisa satu kota lagi
Tapi tetap takdir Tuhan yang hakiki.
Aku senang, setidaknya kita masih mampu mensyukuri
Menjadikan jarak untuk menyeret salah satu dari kita (atau keduanya) untuk cepat kembali
Aku belum tau, mengapa sepertinya tanggalmu yang terlihat lebih istimewa
Dan delapan bulan setelahnya kerap kali terlewati
Benarkah rasaku? Ah, semoga tidak tentu saja
Apa ini karena ada tanggal yang sama di bulan lain yang dulu pernah sama-sama kita senyumi
Haha bagian itu mari kita tertawakan saja bersama
Lalu apalagi?
Oh iya, maukah kamu mengamini?
Selarik doa yang kususun dalam puisi, kapan lagi kamu bisa mendapati
Maka selelah atau sedingin apapun Bandung di minggu pagi, sempatkanlah berlari
Siapa tau di salahsatu putaran alun-alun sana ada mojang yang tersenyum manis pagi nanti
Jangan membantah, itu bisa saja terjadi!
Mungkin pula kah aku bermimpi?
Di satu hari nanti, kita akan berkabar melalui berlembar kartu pos yang berbeda rupa
Aku mau ke Turki tentu saja. Jadi kamu mau kemana?
Semoga tetap saling mengabari
Makin pandai pula lah mensyukuri dan jangan lupa berbagi
Ku berdoa persahabatan ini kan abadi
Seseorang yang bisa menjadi apapun yang kau mau, tentu dengan satu katakecuali :)
P.S. aku juga bermimpi satu dari kita mampu menghadiri wisuda yang lain nanti.
Kamis, 22 Mei 2014
List yang saya cita-citakan selama libur semester 2
Sebentar lagi, saya akan menuntaskan kewajiban saya di semsester 2 yang artinya sudah satu tahun saya berada di dunia perkuliahan . Alhamdulillah. Doakan semoga hasilnya bisa meninkat dibandingkan semester kemarin ya ^^
Nah, setelah menuntuskan kewajiban Ujian Akhir Semester 2, pada bulan Juni nanti saya akan dihadapkan pada libur superduper panjang selama saya belajar di instansi formal :D. Baiklah, liburan yang (katanya) akan menghabiskan sekitar 2-3bulan ini sudah menari-nari di otak saya untuk diisi rencana sebelum saya hanya menimbun bobot tubuh dan menghitamkan lingkar mata nantinya. Jadi apa rencana yg sudah terpikirkan?
1. Saya ingin belajar (kursus) menari tradisional secara intensif, paling tidak saya kuasai 2 tarian selama libur nanti. Kenapa tari? Saya melihatnya sebagai seni yang indah untuk dipelajari dengan aturan dan budaya yg berbeda setiap daerah. Selain itu, setiap orang sangat memungkinkan bisa menari meski tidak memiliki modal seperti yang diharuskan pada kegiatan menyanyi. Menari pula lah, yang akan membuat berat badan saya tetap pada porsinya, semoga.
2. Merealisasikan tabungan sedekah a la saya dan sahabat-ahabat saya tercinta (6). Tabungan yang kami kumpulkan sejak bulan Februari insyaAllah akan disalurkan bagi saudara kami yang membutuhkan.
3. Kerja parttime atau menjalankan usaha bersama, tentu saja hal ini guna menyehatkan kantong dan dompet saya juga mendukung mimpi saya yang lain. Hehe
4. Membuka kelas belajar hijaiyah, hapalan surat pendek dan mengaji Al-Qur'an di rumah bagi adik-adik kecil disekitar rumah. Juga bersama para sahabat.
5. Membereskan koleksi buku yang masih bertahan dan mulai merancang perpustakaan mini yang ingin saya buka sebelum saya lulus kuliah. The last but not least,
6. Nge-trip. Kalau dana memadai dan ada barengannya saya mau coba PulauSeribu atau Pangandaran (?). Paling tidak, saya mau nge-trip bersama 6 atau singit.
Saya menuliskan 6 mimpi (sementara) bukan atas dasar apapun. Tulisan ini akan menjadi pengingat bagi saya apa yang harus saya kerjakan selama liburan. Selain itu juga, siapa tau diantara yang berkenan membaca tulisan ini dapat membantu saya mewujudkannya paling tidak dalam doa. Saya akan berusaha menuliskan detailnya sesaat setelah satu persatu mimpi ini menjadi nyata. Doakan saya ya, teman :)