Rabu, 10 Juni 2015

Tulisan Pindahan : Emon, sampai jua ke pantai


Ini cerita ketika  dua orang sahabat saya jauh-jauh datang dari kota (provinsi) sebelah. Pemenuhan janji ketika semasa SMA untuk kerap bisa mengunjungi saya di kota rantau ini, nyatanya baru terpenuhi saat kami sudah mau menginjak tahun kedua. Tak apa, saya tetap senang dikunjungi seorang kawan, terlebih seperti mereka.
Mereka sampai di Yogya diwaktu yang sangat tepat, saat panas-panasnya matahari sedang brlimpah, setelah waktu dzuhur kalau saya tidak salah ingat. Sesampainya di depan kost-kostan saya, mereka mengajak saya makan siang di salahsatu tempat makan ramen di dekat tugu (yang memberi tau tempat itu, justru ia yang jauh dari Yogya) dan saya hanya mengekor saja tentunya. Sampai disana, saya baru tau kalau (mungkin) itu tempat makan ramen yang cukup popular karena waktu kami kesana, tempat itu ramai penuh pengunjung baik di lantati satu atau di lantai dua nya yang seluruh ruangan berisi hal-hal khas Jepang.
Bagian terlama dari sesi makan ini adalah memilih menu! Ya ini selalu terjadi pada saya saat mencoba satu tempat makan baru (dan ternyata juga pada mereka). Setelah memilih menu dn tak berapa lama, makanan kami datang dalam porsi yang cukup besar (bagi saya tentunya). Kenapa Cuma bagi saya? Karena kedua sahabat saya berhasil menghasbiskan seluruh ramennya hingga tandas lalu saya hanya berhasil menghabiskan ¾ nya saja, pun rasanya tidak terlalu cocok dengan saya.
Selesai urusan makan, kami berunding dan memutuskan mengunjungi pantai dengan sebelumnya menghubungi salah satu sahabat kami yang kostnya tak seberapa jauh dari tempat makan kami untuk ikut juga, supaya pas maksudnya karena kami sudah membawa dua mtor (salahsatunya Emon). Sedikit saya beritahu siapa Emon, iya dia adalah motor saya yang berwarna biru dan terdapat stiker Doraemon di depannya, maka saya namakan Emon -doraemon-.
Singkat cerita kami sudah berhasil menjemput satu orang untuk diajak ke pantai. Tetapi lalu muncul pertanyaan, apa ngga kesorean ke pantai yang memkan waktu tempuh 1 jam lebih dari tempat kami karena waktu itu sudah hamper jam 2 siang. Dan benarkah motor saya bisa sampai kesana? Mengingat jalan kesana banyak tanjakan dan turunannya? Lalu mereka bilang, bisa, yasudah kami cus kesana.

Apa yang saya lihat diperjalanan ke pantai di daerah Gunung Kidulpasti sudah banyak yang menceritakannya tentu saja dengan cerita yang lebih bagus, jadi biarkan saya hanya memberi tau pantai mana yang akhirnya kami kunjungi, yaitu pantai Sepanjang yang tidak terlalu jauh keberadaannya. Sampai disana, teman saya yang membawa Emon berkata, “bisa kan motormu yang kamu bilang sudah tua ini sampai kesini?” Ah iya maafkan pemilikmu ya, Mon yang neragukan ketangguhanmu.
bangga!!

Setelah solat ashar, kami turun mendekati bibir pantai yang sebenarnya sedang surut dan sudah sepi karena mungkin sudah sore sewaktu kami sampai. Tapi, itu bukan halangan kami untuk bermain di pantai yang memiliki pasir berupa pecahan cangkang dari banyak biota laut dan karang yang cukup bagus. Terlebih keadaan disana, minim bahkan kayaknya ngga ada sampah berserakan, yang membuat tugas si kantong plastk hitam tidak dinas di kawasan pantai ini.  Saya dan seorang kawan yang sama-sama anak jogja sudah tidak asing lagi dengan pantai, meskipun kami tetap saja berkali-kali menghela napas dan tersenyum saking mata begitu banyak menangkap keindahan. Kesenangan kami ternyata mungkin hanya, setengah kesenangan kedua teman saya yang tidak pernah bertemu pantai, baik di rumah (Bekasi) maupun di kota tempat mereka belajar. Saya senang bisa membuat mereka sesenang hari itu.
semoga tetapsecantik ini

Senja pun hampir turun dan kami memutuskan sudah waktunya pulang karena ngga mau terlalu malam tiba di bawah. Malangnya, saya dan salahsatu kawan harus membawa pulang oleh-oleh keslusuban (ada benda yang sangaaattt kecil masuk di dalam kulit kami)  di telapak kami masing masing yang sudah pasti membuat saya meringis ketika berjalan, kalau dia? Tetap stay cool -_-.

Tiba di bawah (daerah kota) kami menncari tempat untuk makan, karena kami sudah lelah dan lapar. Tapi ternyata kami lupa bahwa hari itu adalah sabtu malam alias malam minggu, ya otomatis tempat makan yang kami tuju memiliki waiting list amat panjang, akhirnya kami memutuskan makan a la turis di sekitar jalan Malioboro yang ramai dan macetnya cukupluar biasa untuk ukuran Jogja. Kami memilih makan di lesehan dan memiilih menu gudeg yang paling tidak bisa mengisi perut keroncongan kami. Setelah selesai makan dan sebentar melepas penat, kami memutuskan pulang karena malam semakin larut. 
Terimakasih sudah mengunjungi dan jutru memandu saya (dan Emon) jalan-jalan di Yogya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar