Senin, 22 Juni 2015

Anomali

Tadinya mudah,
Berbicara dengan ragamu
Meski bibir hanya menemukan punggung untuk pecah
Untuk sekejap tawa yang sudah
Hingga prosa hidup manusia berwarna ungu
Atau ceritamu yang hanya mampu tertangkap telinga dan pikirku satu-satu
Aku mampu
Menerima segala baikmu
Tanpa meninggalkan cara untuk mencari celahmu
Aku manusia, tak ingin seseorang berupa sempurna begitu saja
Terlebih kamu
Hanya untuk berpegang agar angin tak turut melayangkan rasa
Rasa yang menjauhkan dari nyata

Satu nyata kemudian
Aku kalah dan terjebak
Satu saja hembusan kecil
Serupa napas lari yang tenang dan panjang milikmu
Menguap sudah menjadi awan
Tak hilang, bergerumul berhenti berarak
Menetap di satu sudut langit pandang yang luas, terkucil
Terjaga dalam hari maupun petang
Agar tak jatuh menjadi hujan dalam kemarau
Menjadi anomali
Hingga kau harus menyadari dan bertanya
Mengapa aku gemar bersusah-susah
Menyembunyikan yang tak pernah ingin kau ketahui
Sepertimu, aku membaca
Lalu melewatkan beberapa baris kata
Alasan ku sederhana
Hanya takut menyuarakan sebuah nama
Bukan tak ingin salah eja
Aku tau kamu akan memafkan, karena namamu satu dari sejuta yang mampu ku lafalkan
Bedanya, warna suaraku tak lagi sama
Dalam ramai sekalipun kuucap
Karena awan akan tetap terbawa lekat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar