Rabu, 10 Juni 2015

Laporan Genetika

sumber
  
   Semester ini hampir saja usai, hanya menyisakan ujian akhir dan tugas-tugasnya yang tiba-tiba datang. Beberapa mata kuliah adalah mata kuliah prasayarat yang harus ditempuh berurutan dari semester sebelumnya jadi untuk menjalaninya saya tak begitu merasa kaget. Beberapa yang lain masih benar-benar baru untuk dipelajari, walaupun pernah saya dapatkan di masa SMP atau SMA. seperti kata orang, kuliah tentu saja beda.
   Salah satu yang berbeda adalah mata kuliah Genetika yang saya ambil semester ini. Jelas, bukan benar-benar baru. Bahkan untuk kebanyakan teman yang kemudian tak melanjutkan di bidang yang sama seperti saya. Apa yang dituntut mata kuliah ini? Jawaban saya adalah ketelitian memberi tanggapan. Mungkin masih banyak hal yang bisa ditangkap, tapi saya memilih jawaban itu untuk merangkum mata kuliah satu ini. Sounds like politic? Biar saja :D
   Genetika seperti orang kebanyakan tau adalah salah satu cabang ilmu Biologi yang membahas habis rupa makhluk hidup termasuk manusia yang terlihat maupun tidak dan memperkirakan kemungkinannya. Kalau dibahasakan secara asal-asalan, ilmu ini adalah ilmu judi dan ilmu sok tahu. Karena seberapapun peneliti berusaha mendaftar kemungkinan-kemungkinan yang terjadi lengkap dengan penjabarannya, Tuhan selalu Yang Maha Teliti dalam meletakkan tiap kode-kode pada inci tubuh hambaNya. Karena tidak mungkin kan setiap keturunan yang diperkirakan akan lahir dan menghuni bumi ini? hee
   Ketelitian memberi tanggapan juga diajarkan melalui pola-pola pewarisan yang kemudian timbul dari beberapa pemisahan juga penyatuan. Penjelasannya  dari proses ini rumit, saya pun masih belajar karenaNya ingun melihat saya tak pernah berhenti bersyukur. Hasilnya? Satu tanda berubah- atau yang kami sebut kode genetik- entah bertukar, tertambah bagian lain  atau malah hilang maka berubah lah rupa juga bagian dari raga makhluk terkecil yang mampu hidup di bumi ini. Sampai di sini saya mengerti mengapa Tuhan juga bernama Al-muqit dan Al-hafidz. 
   Dari seluruh caraNya membiarkan saya mengerti, kelembutanNya memegang hati ini untuk menyimpulkan dan menilai sebagai manusia adalah yang terbaik. Bahwa tiap-tiap manusia (atau mungkin yang lainnya juga) lahir dan bertumbuh adalah pilihan dariNya adalah benar, bukan saya pernah meragukan ucapanNya. Saya hanya begitu takjub dengan cara bagaimana pembuktiannya disodorkan ke hadapan saya. PilihanNya lah mengapa makhluk sekecil lalat mampu mengalami banyak kelainan genetik yang akhirnya dijadikan bahan percobaan kami karena ukuran kromosomnya yang hanya berjumlah delapan dan berukuran lebih besar.
   Menjadi ketetapanNya pun ada pada beberapa saudara kita yang hidup agak berbeda dengan kita yang dianggap para ilmuwan 'normal'. Mereka bukan sakit seperti bayangan saya dulu sampai-sampai beberapa kali ketika bertemu mereka, saya kerap membuat jarak - maafkan-. Mereka memang dicipta berbeda, mungkin dari segi rupa, kelengkapan raga maupun perkiraan usia. Bahkan jika dirunut, makhluk sebesar dan serumit manusia memang tak ada yang benar-benar sama. Tak ada. Seperti jeruk yang memiliki kulit berwarna orange belum tentu memiliki rasa manis yang kita harapkan bukan? Begitupun setiap tubuh yang diberi nyawa olehNya. 
   Terlepas dari banyak kerumitan yang diajarkan dalam mata kuliah ini. Pemahamannya ternyata begitu sederhana, saya hanya seorang hamba tanpa kelebihan yang mampu membuat saya menilai dan menyimpulkan sesuatu hanya melalui satu cara atau satu pandang, apalagi pandangan orang. Karena setidak normal apapun sesuatu yang saya hadapi bukan seluruhnya terbentuk dari banyak penyimpangan, mungkin hanya satu tapi dominan. Tugas saya hanya perlu mempercayai kebaikan yang dijanjikanNya meski dalam bentuk paling resesif. 
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar