Rabu, 10 Juni 2015

Display Picture teman

   Saya menyimpan gambar ini dari salahsatu display picture di kontak list messenger yang saya gunakan. Entah siapa yang memulai melontarkan kalimat ini, tetapi saya setuju dengan pernyataannya dan sudi menjadi bagian dari 'kami'. Terhitung sejak dua tahun lalu saat salahsatu mimpi besar saya di acc Allah.
   Ini perantauan yang pertama bagi saya dan mungkin menjadi tahap awal dari rantauan saya berikutnya kelak, seperti beberapa teman seumuran saya yang sudah lebih dulu merasakan jauh dari rumah dimana keluarga yang terhubung darah berada. Ada beberapa yang merantau sejak SMA, bahkan SMP!

   Beberapa perantau ini atau juga perantau lain yang sudah lebih lama tak tidur di atap yang sama dengan orangtua atau saudara kandung mereka, dibanding dengan saya ini pada akhirnya 'membangun'  rumah mereka sendiri. Mungkin menemukan teman hidup, pendapatan, rasa nyaman, kemudahan atau yang lainnya. Lalu pada akhirnya melihat sesuatu dengan cara yang terbalik. Menemui kedua orangtua atau menyapa kawan lama merupakan sebuah kunjungan, bukan lagi untuk pulang.
   Mungkin bukan sebuah kesalahan, saya tidak mengerti karena belum sampai pada tahap itu atau tak pernah ingin berada dalam kondisi tersebut. Karena memang saya hanya ingin kembali pada satu rumah di dunia ini dengan berisikan banyak orang yang menantikan saya pulang dengan cara dan kerinduannya masing-masing. Rumah itu bisa saja berada di seluruh dunia ketika setiap perantauan yang harus saya jalani membuat bagian hati tertinggal untuk lekas saya kembali.
   Jika saat itu ada nanti, entah bagaimana saya mengelola rindu ^_^. Karena sekarang saja, jalan pulang saya yang masih satu dan akan selalu menjadi prioritas bisa membuat saya sedikit di luar kendali saat terserang rindu. Saya rindu mengobrol banyak dengan ibu, nonton film aksi bersama bapak, bertengkar dengan adik, makan bersama di hari minggu pagi tak peduli setelah itu saya akan pergi makan lagi di luar. Rumah ini juga ketambahan rindu tertawa berdelapan,  menggosip bersebelas (yang jarang terjadi), saling mencela bersembilan (yang kelak hanya bisa berdelapan) atau pergi berdua saja, secara spontan tanpa perencanaan meski hanya sekedar makan atau bahkan jalan-jalan seharian. Ah, pokonya saya rindu pulang ke rumah.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar