“Selama kau menulis, suaramu
takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari” (Pramoedya Ananta Toer)
Kalimat motivasi dari penulis kenamaan, terdengar
indah tapi tidak mudah. Menulis, mengalirkan isi kepala (dan hati) yang sempat
dibungkam dengan pilihan kata sendiri menjadi cukup melelahkan bagi saya
beberapa waktu yang lalu.
Tapi ternyata menghindarinya jauh lebih sulit dan
merepotkan. Diksi-diksi dalam tulisan mungkin lebih sering terbaca kaku
dibanding kata-kata dari mulut saya, tapi setidaknya saya mampu merunut kepala
yang kusut.
Beberapa mata pembaca yang seringkali ribut memprotes atau kebingungan
tidak mengerti di kemarin hari menjadi bagian sibuk pertimbangan saya menulis
berikutnya, kali ini kesibukan itu akan saya pinggirkan. Bukan menjadi angkuh, tapi
tulisan ini tidak disulap untuk menyentuh atau mengerti semua orang.
30 Hari Menulis |
Maka perjalanan ini akan saya lanjutkan lagi, tentu
tidak sendiri. Seseorang dalam #ProjectBerdua, sekali lagi mau menemani saya
yang berhenti melangkah.
Demi eksistensi blog yang sudah megap-megap, kami
merancang 30 hari menulis. 30 hal yang kami pilih berdua untuk dituliskan entah
akan jadi apa nantinya, kami hanya berdoa sanggup menjalaninya samapi 30 hari
ke depan. Jadi selamat datang di perjalanan kali ini, semua masukkan dapat
ditampung dalam kolom komentar yang ada.
Tidak usah sungkan, bahkan kalau mau
ikut boleh juga. Kepala ini juga butuh asupan baru dari kepala-kepala lainnya.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar