Praktikum, Mengembangkan Keterampilan |
Hari ini, saya masih berjalan bersama tugas akhir
prasyarat kelulusan sarjana. Apa yang saya teliti berhubungan dengan kemampuan
manusia, pelajar SMA lebih tepatnya. Bukan sekedar kemampuan berpikirnya, tapi
juga tindakan yang mampu mencermin refleks dalam menemui sesuatu yang baru
dihadapannya.
Bila duduk di kelas mendengarkan guru dari gelap
hingga gelap paling banyak menuntut telinga, kemampuan ini mensinergi semua
indera yang dipunya. Ada 16 aspek keterampilan yang menurut seorang ahli bisa
dicipta. Dua diantaranya paling menarik perhatian saya. Mengamati dan
mengkomunikasi.
Tidak ada hirarki mana yang lebih dulu harus dikuasai.
Hanya saja, apa yang akan disampaikan jika kita sama sekali tidak tau sedang
berhadapan dengan apa di perjalanan? Lalu hendak bagaimana menyaji apa yang
seluruh indera terima jika tidak mampu menerjemahkan apa yang ditangkap mata,
telinga, juga peraba? Bagi saya, keduanya seperti inti.
Sayangnya, belakangan kita lupa belajar ini. Entah
memang alpa atau tidak mengerti sama sekali. Sehingga muncul lah seribu benci
atau keengganan untuk peduli. Hal yang kini udah sekali dijumpai. Kemudian
seperti virus ganas, imunitas mereka yang masih belajar mengenali terserang
juga dikemudian hari.
Rasanya resah, lalu mencari siapa yang bisa
dipersalah. Padahal semuanya adalah tabungan ego masing-masing pribadi.
Mengejar hapal mati sekian teori, lalu lelah karena tak punya pendapat sendiri.
Jadilah apa yang tak sepaham dianggap menentang. Ada juga menabung semua kata
orang, menyambungkan kemungkinan yang dipaksakan tanpa pernah merasakan. Namun
berani menyebarkan dengan lantang. Apa itu aku? Segera peringatkan.
Jadi apa semuanya terlambat? Menurutku belum, tidak tentu
saja. Bukankah kita adalah pelajar selamanya? Apalagi, banyak guru hebat tidak
menyerah mengembangkan ini bagi anak-anaknya. Dua kemampuan ini menempati
posisi teratas untuk keterampilan yang harus dimiliki siswa. Jika adik-adik
kita saja mampu, masa kita tidak mau?
Belajar Mengamati dan Mengkomunikasi Di mana saja |
Tulisan ini merupakan bagiand dari #30HariBernarasi Hari ke empat, narasi sebelumnya bisa dibaca di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar