Rabu, 09 Agustus 2017

Berbekal Lima Indera

Praktikum, Mengembangkan Keterampilan
Hari ini, saya masih berjalan bersama tugas akhir prasyarat kelulusan sarjana. Apa yang saya teliti berhubungan dengan kemampuan manusia, pelajar SMA lebih tepatnya. Bukan sekedar kemampuan berpikirnya, tapi juga tindakan yang mampu mencermin refleks dalam menemui sesuatu yang baru dihadapannya.


Bila duduk di kelas mendengarkan guru dari gelap hingga gelap paling banyak menuntut telinga, kemampuan ini mensinergi semua indera yang dipunya. Ada 16 aspek keterampilan yang menurut seorang ahli bisa dicipta. Dua diantaranya paling menarik perhatian saya. Mengamati dan mengkomunikasi.


Tidak ada hirarki mana yang lebih dulu harus dikuasai. Hanya saja, apa yang akan disampaikan jika kita sama sekali tidak tau sedang berhadapan dengan apa di perjalanan? Lalu hendak bagaimana menyaji apa yang seluruh indera terima jika tidak mampu menerjemahkan apa yang ditangkap mata, telinga, juga peraba? Bagi saya, keduanya seperti inti.

Sayangnya, belakangan kita lupa belajar ini. Entah memang alpa atau tidak mengerti sama sekali. Sehingga muncul lah seribu benci atau keengganan untuk peduli. Hal yang kini udah sekali dijumpai. Kemudian seperti virus ganas, imunitas mereka yang masih belajar mengenali terserang juga dikemudian hari.

Rasanya resah, lalu mencari siapa yang bisa dipersalah. Padahal semuanya adalah tabungan ego masing-masing pribadi. Mengejar hapal mati sekian teori, lalu lelah karena tak punya pendapat sendiri. Jadilah apa yang tak sepaham dianggap menentang. Ada juga menabung semua kata orang, menyambungkan kemungkinan yang dipaksakan tanpa pernah merasakan. Namun berani menyebarkan dengan lantang. Apa itu aku? Segera peringatkan.


Jadi apa semuanya terlambat? Menurutku belum, tidak tentu saja. Bukankah kita adalah pelajar selamanya? Apalagi, banyak guru hebat tidak menyerah mengembangkan ini bagi anak-anaknya. Dua kemampuan ini menempati posisi teratas untuk keterampilan yang harus dimiliki siswa. Jika adik-adik kita saja mampu, masa kita tidak mau?
Belajar Mengamati dan Mengkomunikasi Di mana saja
Tulisan ini merupakan bagiand dari #30HariBernarasi Hari ke empat, narasi sebelumnya bisa dibaca di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar