Tau mau kemana? |
Melakukan perjalanan bagi banyak orang hari ini adalah
perkara seberapa jauh dan tersembunyi. Menapakkan kaki di pantai, goa, atau
bangunan yang orang lain belum mampu lihat atau ceritakan mungkin menjadi
prestasi. Saya menjadi satu bagian yang ikut mengagumi orang-orang ini, tapi
tidak begitu saja menjadi iri.
Sebab saya jauh lebih sering mengagumi diri sendiri
ketika mampu berjalan tanpa tersesat membaca arah. Karena bukan satu dua kali
saya bertanya panik untuk menuju tempat-tempat yang mudah. Saya pernah
menerobos jalan satu arah di daerah Malioboro untuk mendapat jalan pulang. Iya,
di Kota Jogja yang jalannya ramai marka dan ramah pendatang. Itu cerita jika
saya memutuskan berpetualang sendirian. Bagaimana bila bersama orang dan saya
yang diminta menunjukkan jalan atau membaca peta karena kami sama-sama tak
paham jalan? Di perjalanan, berkali-kali saya akan mengkonfirmasi instruksi
saya sendiri dengan menujukkan peta atau melihat tanda-tanda lain sejauh yang
mampu saya ingat.
Merepotkan? Tentu saja. Untuk sekali berhasil,
biasanya saya sudah melewati rute yang sama berkali-kali. Jika kemudian saya mampu
sampai dalam sekali tandang, saya catatkan baik-baik bagaimana caranya dalam
hati. Prestasi ini memang tak bisa diukur menggunakan trofi. Tapi dengan
begini, saya tak hanya membahagiakan diri sendiri.
Jalan2 bareng yuk
BalasHapusYok sist, yook
Hapus