Selamat pagi,
Kapanpun kamu membaca ini, surat ini akan selalu
beraroma awal hari. Waktu yang dulu sering kamu habiskan dengan menarik
selimutmu lebih tinggi sampai alarm terkahir berbunyi. Kamu suka waktu ini jika
tak diisi dengan tergesa-gesa.
Jadi, apa kabar? Sudah menghubungi siapa hari ini?
Pastikan nama-nama yang pernah membuatmu sesering itu tersenyum ada di
dalamnya, bukan hanya panggilan atas nama kerja. Jika mereka tak rindu kamu,
bukan kah kamu rindu dibuat tersenyum lagi karena hal-hal kecil yang mereka
lakukan? Melempar lelucon ringan, menemanimu ke banyak tempat, memelukmu dalam
luka, sampai memahami sejuta kekhawatiranmu tentang dunia. Berterimakasilah
sesekali, bahkan ketika kamu tak menemui binar mata atau tanggapan yang sama.
Saya di sini juga ingin berterima kasih kepadamu,
karena kekuatanmu menghadapi segala hal di depan dan belakang. Beberapa orang
akan menyerah setelah sejumlah tetes air mata, tapi buatmu semua yang dimulai
harus selesai tanpa mau berhitung apa yang harus kamu bayarkan. Saya berharap
kamu hari ini masih berjalan dalam mimpimu sendiri yang entah apa lagi, yang
saya tau itu adalah baik bagi dirimu, berguna bagi banyak pihak, dan tak
merugikan orang lain. Semangat ya!
Terakhir, boleh tidak saya meminta tolong? Urus sisa-sisa
luka yang belum sempat saya bereskan. Kamu tau sendiri, bagi kita perkara
memaafkan siapa saja dapat terjadi dalam hitungan hari. Tapi tidak dengan melupakan
apa yang terjadi kan? Bahkan jika kita sendiri penciptanya. Seringkali kemudian
kita tertawakan, namun beberapa menjadi traumamu kemudian. Saya akan berusaha
melepasnya satu-satu sekarang. Jika sampai padamu masih ada yang tertinggal,
saya percaya kamu jauh lebih mampu melapangkan tempat untuk kita berjalan
dengan perasaan ringan.
Sudah dulu ya, jaga kesehatan dan jangan lupa
menuliskan sampai mana kakimu mampu menapak!
Yang
berusaha mencintaimu setiap saat.
Tulisan ini merupakan bagiand dari #30HariBernarasi Hari ke tiga, narasi sebelumnya bisa dibaca di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar