Senin, 02 Januari 2017

Ya ? Tunggu Dulu

Banyak dari orang-orang yang mengenal saya bilang saya super sibuk, susah ditemui, dan cenderung sombong hingga enggan kembali melontarkan ajakan. Sesering itu juga saya berusaha melakukan pengelakan yang sia-sia. Hal ini kerap terjadi dari banyaknya bentrok jadwal dan kata iya yang cukup mudah keluar dari mulut saya. Ulah si pelupa atau mudah tergiur berbagai ajakan terutama yang bersifat senang-senang mengakibatkan banyak jam-jam melenceng dari rencana dalam kepala yang sering membuat urusan saya bertambah banyak di kemudian hari.

Berbagai cara yang coba saya lakukan untuk meminimalisir kejadian-kejadian seperti ini dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada. Tapi kemudian saya berhenti pada selembar karton putih yang bisa diisi berbagai macam catatan untuk melengkapi ingatan rumpang. Ditulisi dengan spidol papan tulis atau bubuhan sticky note silih berganti membantu saya menata ulang apa dan siapa yang harus dihubungi atau ditemui sepanjang hari. Cara ini cukup ampuh, paling tidak selama saya masih rajin mengganti setiap janji baru disepakati.
Sebenarnya ada cara yang lebih ampuh lagi bagi saya, karena memang sejak dulu saya begini adanya. Rencana-rencana yang melibatkan orang lain hampir semuanya bukan dimulai dari saya, tapi semangat kalau sudah diajak sekaligus sering lupa yang meminta bukan hanya satu orang saja. Cara ampuh itu datang dari mereka yang marah. Ada satu dua orang dari sekian banyak yang kesal dengan tingkah laku saya merelakan diri menjadi pengingat. Seringkali orang lain lihat, saya hanya pergi dengan orang yang itu saja dan melewatkan banyak agenda bersama. Apa yang orang-orang tidak tau adalah, mereka ini hampir selalu merelakan curhatan panjangnya diselipi setoran berbagai jadwal yang ada dalam kepala saya untuk berpindah dalam ingatan miliknya. Beberapa kesempatan, mereka yang akan bilang dengan tegas saya tidak bisa memenuhi ajakan karena kadung janji atau ada kepentingan yang sudah terjadwal lebih dulu. Tidak jarang mereka menahan diri meski butuh saya, karena tau hari itu saya sudah punya kegiatan, sudah begitupun mereka juga yang mengingatkan saya untuk tak alfa.

Hidup sebagai pelupa memang menghadiahkan orang-orang terdekat sebagai pengingat. Namun ketika pengingat yang biasanya bisa marah atau tertawa karena ulah bodoh saya tergantikan selembar kertas dan spidol warna-warni saya juga bersyukur. Penggantian ini menandakan saya tidak lagi harus mereptokan orang lain dan menjadi pembelajar naik kelas yang harus tau berapa kata iya yang muat dalam ruang catat setiap hari.

2 komentar:

  1. kalo gue biasa nya catet di note hape aja karena aplikasi note hape selalu gue buka beberapa kali dalam sehari

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga, tapi lebih sering terlewat gitu aja kalo bentuknya catatan janji kalau ngga disalin lagi ke time table itu XD

      Hapus