Bu, terima kasih
sudah mengajari, menulari
Pelajaran yang
harus ku eja di hari-hari pertama melihat dunia
Masih terbawa,
ku pasang dalam hari gelap juga senang
Tidak semua
berarti segalanya menjadi baik
Di satu dua kali
pada hatiku yang sempat patah
Mengulangi satu
tarikan sederhana, rasanya bermakna
Paling tidak
menguji diri agar tidak pernah lupa
Aku masih punya
senyum yang kau patri dalam ingatan
Kata orang sama
Apa iya seperti
ini jua milkmu di masa muda?
Dua puluh empat tahun
lalu, kau juga gadis dengan wajah datar dengan senyum yang berbilang
Rasanya
mustahil,
Mengingat hari
ini, senyummu masih banyak menularkan bibirku menarik ke arah yang sama
Tidak juga aku
sepertimu hari ini
Tak banyak
manusia yang mampu ku ajak bercakap dalam rupa senyum paling riang
Ini jawabanku
mengapa daun, hutan, dan gunung yang lebih sering ku ajak bersenang-senang
Juga hujan dan
senja
Mereka patut
menerima setelah banyak percakapan tanpa harus mengenal nama
Tiap kali pergi
yang ku inginkan hanya pulang
Untuk sekali
lagi membaca bagaimana kau melakukannya
Dalam cuaca dan
warna sebagai manusia, sekaligus wanita
Atau bagaimana
larik senyumku terbaca,
Mengundang
cerita-cerita dari langkah yang tak pernah mau berhenti bersuara
Serapat apapun
kedua tangan membungkam bahkan punggung membenteng diantara mata kita
Tak ada yang
bisa bersembunyi, bahkan jika habis kata di tengah jerit dan tawa
Senyummu ada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar