Hai senja,
Selamat datang (kembali) dalam barisan
kata yang ku cipta. Memang bukan dalam satu bait aku pernah memprosakanmu tapi
kini ada satu tempat khusus untuk menempatkanmu, selain di hati ini tentunya.
Semoga kamu berkanan terus kubicarakan dalam nada kekaguman dan mungkin
sesekali kekesalan, kesedihan, atau kebingungan sekalipun, maaf tapi itu yang
namanya hidup.
Hari ini, salam perkenalanku tak
kuutarakan tepat saat kita bertemu seperti yang selazimnya dilakukan pada
kebanyakan, tak apa ya? Aku sudah begitu bersemangat menyapamu saat langit tak
mengijinkan bumi memiliki bayangan, meski aku tau ini masih waktu tidurmu.
Baiklah, mungkin tak sopan rasanya
tiba-tiba merasa sangat mengenalmu saat aku saja belum memperkenalkan diriku
sendiri. Aku pengagummu, mungkin bukan yang nomer satu tapi percayalah kamu
selalu punya tempat jauh sebelum aku menyadari kehadiranmu memiliki kalimat
yang mampu kuterjemahkan dari seutas cahaya, seperti seorang bayi yang untuk
pertama kalinya tersenyum ketika memandang ibunnya. Ia urung untuk sadar telah
tersenyum pada orang yang begitu berarti, tapi ia hanya ingin tersenyum,
mengerti kan maksudku? Aku tak ingin meminta apapun dari perkenalan ini, selain
ingin ditemani yang sepertinya sudah kamu lakukan jauh hari sebelum aku sadar,
lagi-lagi. Baik, kalau begitu aku menginginkan kita berteman. Tunggu, tapi apa
kamu membutuhkan itu, seorang teman? Maaf bukan aku menjadi tak mau, aku tetap
mau bahkan ketika mungkin kamu tak pernah memberi jawaban. Ya, kita berteman.
Senja, maafkan jika aku terlambat
menyapamu atau bisa jadi terlalu cepat seperti hari ini di hari-hari depan.
Percayalah, bukan aku lupa atau jengah berteman denganmu. Seperti yang kamu
lihat, temanku cukup banyak untuk membuatku kadang pusing sendiri untuk mendahulukan
siapa yang perlu ku sapa lebih dulu. Marahkah kamu ketika pula nanti, ketika
perckapan diantara kita bukan soal dirimu atau aku? Karena aku berencana
mengajak beberapa temanku untuk bergabung, kebanyakan dari mereka yang mampu
menerimaku dengan baik, seperti kamu tentu. Tetapi tentu saja, bisa saja
tiba-tiba ada yang tanpa permisi menginteupsi atau duduk bersama kita padahal
aku tak mengundangnya. Oh, aku tentu saja akan sangat senang saat kamu juga tak
datang sendirian. Hal itu akan sedikit menenangkanku saat tak mampu secara
teratur untuk menyapamu, karena ada mereka yang akan menemanimu, bukan?
Mungkin itu saja yang ingin aku sampaikan,
maaf telah mengganggu tidurmu yang nyenyak. Esok lusa, aku bisa jadi lebih
ceriwis dari ini atau sebaliknya lebih pendiam daripada yang bisa kamu
bayangkan. Semoga saja kemungkinan kedua tak pernah terjadi, karena aku tau
kamu selalu ingin aku bercerita.
Salam
Aku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar