Senin, 16 Maret 2015

Da aku mah apa atuh cuma anak Bekasi


Da aku mah apa gitu cuma anak Bekasi
yang adanya di ujung provinsi.
Tinggal di kota berumur lebih muda dari umur sendiri yang pembangunannya makin punya ciri.

Sentra niaga penyangga ibukota negeri

Delapan belas tahun ini, setelah sekian kali di bully baru sadar kalo kekayaan tak habis adalah milik semua penghuni

Mau tanya soal materi? Toleh saja kepala menghadap mall dan perumahan di tanah moyang yg tak terkenali, cari bagian yang tak berpenghuni meski cuma sesenti. Setiap pundi kami dikeruk oleh peminta-minta berdasi, tak pernah absen kami memberi. Bukankah kami begitu murah hati?

Kalau bicara budaya, tanyakan pada kami
Satu tak cukup membuat kami berdiri
Tubuh kami serupa perca warna-warni
Terjahit rapat melintang melalui banyak sisi
Tak ada yang menghakimi kepemilikan hakiki
Karena bertenggang lebih baik dari mencibir saudara sendiri

Da kalo di Bekasi mah, jauh, macet dan kotor katanya
Padahal kami cuma berusaha baik hati
Perintah Tuhan, maksudnya
Kasih jalan orang ibukota juga desa supaya tak melulu berada dalam tempurungnya, kalau begitu hitung saja berapa banyak jumlah kaki berodanya
Sedangkan tempat kami terhimpit, sempit
Toh setidaknya kami berusaha tak jadi tuan rumah yang pelit
Buktinya, tak cuma melintas. Kami berlapang sediakan lumbung
Bukan padi seperti Karawang, lebih seperti timbunan uang juga ampasnya
Pemiliknya seringkali bukan kami,
Tak jadi soal, selama kami masih bisa memberi
Memahami kepatriotan kami yang tak meminta ditulisi

Selamat ulangtahun Bekasi, terus ajarkan aku memberi tanpa mengharap. Setidaknya, dimana orang baik berkumpul tanganNya akan selalu siap melindungi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar