Kunjungan ke Yogyakarta selalu menyenangkan dan
berbuah rindu. Seisi Jogja seperti punya magnet kuat untuk para pengunjungnya,
terutama saya. Kunjungan pertama saya 7 tahun lalu di kota ini serasa tidak
pernah cukup sampai hari ini. Hampir semua hal bisa jadi penyegaran badan dan
pikiran yang terkuras akibat rutinitas.
Jogja berhati nyaman memang benar adanya. Kota pelajar
dan wiasatanya menyatu menjadi budaya yang menyamankan banyak orang. Ritme lambat
yang mengalun di kota ini cocok untuk sedikit bernapas dari banyak
keterburu-buruan waktu. Tidak hanya soal
alamnya, Jogja juga menyuguhkan wisata dalam kota yang mudah dirindu.
Bagi pecinta buku seperti saya, sederetan toko-toko
buku di kawasan 0 kilometer dan belakang Taman Pintar adalah surga sepanjang
tahun tanpa harus menunggu event
tertentu. Tinggal sebut mulai dari buku kuliah yang paling banyak tersedia di
sini, sampai novel dan arsip koran pun ada! Tentu dengan harga miring dengan
baik-baik menawar. Setelah puas mendapat buku incaran, rasanya pasti
menyenangkan membacanya sambil bersantai dengan segelas kopi dan cemilan di
kedai kopi yang khas. Di Jogja kini berdiri banyak kedai kopi yang menawarkan
kopi sekaligus tempat yang hangat untuk diam berlama-lama. Lupakan waktu
sebentar, ada buku dan barista-barista ramah yang tidak baik hati menjawab
banyak keingintahuan saya yang awam soal pahit kopi pasti menyenangkan.
Membaca atau menulis santai ditemani kopi |
Lalu ketika siang mulai habis, Kota Jogja tak begitu
saja selesai. Ada senja yang bisa dinikmati dari beberapa tempat di kota ini.
Beberapa teman pernah mengabadikan senja dari atas parkiran Abu Bakar Ali, saya
bisa membayangkan memiliki senja dengan suara dari berbagai jenis kendaraan mulai
dari sepeda motor, mobil, klakson bis, sampai deru kereta. Ah, tak ketinggalan
suara tapak kaki kuda yang berkeliaran di sepanjang jalan.
Senja dari Taman Parkir Abu Bakar Ali |
Bergulir pada malam, saya juga tetap ingin melanjutkan
liburan dengan suguhan tradisi dan budaya yang mudah saja ditemukan dari mulai
di depan Monument Serangan Umum 1 Maret sampai ke Gedung Bentara Budaya. Saya akan
menonton apa saja yang kemungkinan saya jumpai. Pagelaran tradisi nusantara di
depan monumen, teater garapan mahasiswa berbgaai kampus atau komunitas di
gedung Taman Budaya, atau jika hari itu adalah hari senin saya ingin sekali
mendengar musik Jazz, di Jazz Mben Senen di Bentara Budaya Yogya dengan
secangkir coklat panas. Sampai malam meminta saya rebah, saya akan berpindah
satu pertunjukan ke pertunjukan lainnya, tanpa harus takut kehabisan uang
karena biasanya hampir selalu murah meriah bahkan gratis adanya.
Tempat-tempat tujuan yang memanjakan mata, telinga
juga rasa sudah ada. Budget tentu
ukuran mahasiswa yang belum berpenghasilan. Maka tempat menginap pun haruslah
menyesuaikan. Banyak sih, hotel-hotel di sekitaran kota tapi tentu saja itu di
luar kemampuan saya. Menginap di kost teman pasti kurang nyaman dan merepotkan.
Untungnya ada RedDoorz yang menawarkan akomodasi berstandar yang cukup murah.
Hotel dan penginapan yang sudah masuk dalam list RedDoorz juga cukup banyak dan
pas sekali ada RedDoorz yang berlokasi di daerah Pakualaman dekat dengan
tujuan-tujuan yang saya mau.
Saya tidak sabar menikmati dan membaca Jogja sekali
lagi.
Yogyakarta emang selalu ngangenin, sayapunn ingin sekali berlibur kesana
BalasHapusIya, sekali kesana paasti mau balik lagi
HapusBanyak sekali yang mengulas Yogyakarta ya, tadinya saya juga mau menulis tentang Yogyakarta juga, tapi tak jadi pun
BalasHapusKarena Yogya istimewa mas hhe
HapusSayaa jugaa mau ke jogjaa mbaaak 2 minggu lagii 😁😁 jogjaa emang istimeewaa ya sesuai dengan namanyaa. Hehehe
BalasHapuswaa selamat menikmati Jogja mba, semoga merasakan istimewanya
Hapus