Minggu, 30 April 2017

Berlibur dengan Mata, Telinga, dan Rasa di Yogyakarta

Kunjungan ke Yogyakarta selalu menyenangkan dan berbuah rindu. Seisi Jogja seperti punya magnet kuat untuk para pengunjungnya, terutama saya. Kunjungan pertama saya 7 tahun lalu di kota ini serasa tidak pernah cukup sampai hari ini. Hampir semua hal bisa jadi penyegaran badan dan pikiran yang terkuras akibat rutinitas.

Jogja berhati nyaman memang benar adanya. Kota pelajar dan wiasatanya menyatu menjadi budaya yang menyamankan banyak orang. Ritme lambat yang mengalun di kota ini cocok untuk sedikit bernapas dari banyak keterburu-buruan waktu. Tidak hanya  soal alamnya, Jogja juga menyuguhkan wisata dalam kota yang mudah dirindu.

Bagi pecinta buku seperti saya, sederetan toko-toko buku di kawasan 0 kilometer dan belakang Taman Pintar adalah surga sepanjang tahun tanpa harus menunggu event tertentu. Tinggal sebut mulai dari buku kuliah yang paling banyak tersedia di sini, sampai novel dan arsip koran pun ada! Tentu dengan harga miring dengan baik-baik menawar. Setelah puas mendapat buku incaran, rasanya pasti menyenangkan membacanya sambil bersantai dengan segelas kopi dan cemilan di kedai kopi yang khas. Di Jogja kini berdiri banyak kedai kopi yang menawarkan kopi sekaligus tempat yang hangat untuk diam berlama-lama. Lupakan waktu sebentar, ada buku dan barista-barista ramah yang tidak baik hati menjawab banyak keingintahuan saya yang awam soal pahit kopi pasti menyenangkan.
Membaca atau menulis santai ditemani kopi

Lalu ketika siang mulai habis, Kota Jogja tak begitu saja selesai. Ada senja yang bisa dinikmati dari beberapa tempat di kota ini. Beberapa teman pernah mengabadikan senja dari atas parkiran Abu Bakar Ali, saya bisa membayangkan memiliki senja dengan suara dari berbagai jenis kendaraan mulai dari sepeda motor, mobil, klakson bis, sampai deru kereta. Ah, tak ketinggalan suara tapak kaki kuda yang berkeliaran di sepanjang jalan.

Senja dari Taman Parkir Abu Bakar Ali 
Bergulir pada malam, saya juga tetap ingin melanjutkan liburan dengan suguhan tradisi dan budaya yang mudah saja ditemukan dari mulai di depan Monument Serangan Umum 1 Maret  sampai ke Gedung Bentara Budaya. Saya akan menonton apa saja yang kemungkinan saya jumpai. Pagelaran tradisi nusantara di depan monumen, teater garapan mahasiswa berbgaai kampus atau komunitas di gedung Taman Budaya, atau jika hari itu adalah hari senin saya ingin sekali mendengar musik Jazz, di Jazz Mben Senen di Bentara Budaya Yogya dengan secangkir coklat panas. Sampai malam meminta saya rebah, saya akan berpindah satu pertunjukan ke pertunjukan lainnya, tanpa harus takut kehabisan uang karena biasanya hampir selalu murah meriah bahkan gratis adanya.

Tempat-tempat tujuan yang memanjakan mata, telinga juga rasa sudah ada. Budget tentu ukuran mahasiswa yang belum berpenghasilan. Maka tempat menginap pun haruslah menyesuaikan. Banyak sih, hotel-hotel di sekitaran kota tapi tentu saja itu di luar kemampuan saya. Menginap di kost teman pasti kurang nyaman dan merepotkan. Untungnya ada RedDoorz yang menawarkan akomodasi berstandar yang cukup murah. Hotel dan penginapan yang sudah masuk dalam list RedDoorz juga cukup banyak dan pas sekali ada RedDoorz yang berlokasi di daerah Pakualaman dekat dengan tujuan-tujuan yang saya mau.


Saya tidak sabar menikmati dan membaca Jogja sekali lagi.

6 komentar:

  1. Yogyakarta emang selalu ngangenin, sayapunn ingin sekali berlibur kesana

    BalasHapus
  2. Banyak sekali yang mengulas Yogyakarta ya, tadinya saya juga mau menulis tentang Yogyakarta juga, tapi tak jadi pun

    BalasHapus
  3. Sayaa jugaa mau ke jogjaa mbaaak 2 minggu lagii 😁😁 jogjaa emang istimeewaa ya sesuai dengan namanyaa. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. waa selamat menikmati Jogja mba, semoga merasakan istimewanya

      Hapus