Minggu, 26 Februari 2017

Kepada Kawan

Terima kasih menjadikan aku berdiri di belakangmu. Menikmati punggung tegapmu sebagai pelindung dari apa yang harus ku hadapi di depan. Menyusun langkah mengikutimu pada tanjakan atau turunan yang kerap kali membuat nyaliku ciut. Tentu ini bukan urutan selamanya, kan? Tak elok rasanya jika harus membenarkan langkah sendirian sedangkan kamu pernah ada dalam kegagalan. Iya, kamu pasti tau aku yang pembangkang tak akan mau selalu persis di belakangmu seperti bayang mengikuti kemana arahmu. Selamanya pun, membicarakanmu rasanya tak pernah benar bila hanya dibalik kepalamu. Aku, bukan pengikut yang baik.



Terima kasih memperbolehkanku berada di depan. Boleh aku bertanya atas dasar apa keyakinanmu? Padahal aku adalah manusia dengan seribu rasa takut, sedang hidup butuh mereka yang pemberani. Kamu akan belajar bagaimana dunia ini memang tidak berjalan sebaik dongeng ibu dan ayahmu, tapi sebenarnya tak juga cukup jahat untuk menjatuhkanmu dalam sekali pukul. Dengan itu, kamu akan selalu menebak-nebak makna langkahku yang kerap tergesa-gesa. Nanti kamu lelah sebelum kita sampai ke tujuan. Kamu siap terjembab menabrakku? Karena langkah dan berhentiku seringkali tak bisa dicantumkan dalama rima. Aku, bukan pemimpin yang baik.


Sini, berdirilah di sampingku. Entah kamu akan menjadi lebih tinggi atau aku yang akan mendapati bagian rendah, kita akan beriringan. Kamu akan lebih mudah memegang tanganku, menguatkan kaki yang mudah sekali goyah. Aku akan berbisik tepat di telingamu atas apa yang perlu, untuk memanjangkan kata sayangku tidak dengan membuatmu malu atau menjatuhimu. Kita akan beriring, tak mengukur seberapa sering ada di jalan yang sama karena masing-masing kepala punya cita-cita membaikkan dunia dengan cara yang berbeda. Cukup kita pada rasa percaya, mata yang saling mendoa kala satu demi satu pilihan pintu dibuka. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar