Hai! Saya rindu. Kapan ya kita
bertemu?
Saya menemukanmu
bersama mereka yang tersenyum lebar di depan kamera, potongan-potongan tiket
menuju pintu-pintu yang bergerak, juga tas-tas yang sarat bahagia diangkut tuan
dan puannya. Saya juga mau. Bersamamu saya tumbuh, entah tujuan mana yang
menggerakkan kita. Kini, kamu hanya seringkali bertamu pada diam saya yang kian
mengakar.
Ingat anak kecil
yang bisa tertidur lurus di bangku kereta, sedangkan kedua orang tuanya rela
menjagai dan duduk di ruang yang tersisa semalaman? Bersamamu, hal-hal seperti
itu membuat saya rela duduk menekuk berjam-jam dan memperbaiki cara menunjukkan
cinta di hadapan ibu dan bapak kemudian.
Pokoknya saya
rindu kamu! Sejauh ini saya tak pernah menyesali kemanapun kita menuju. Itu
alasan saya masih punya senyum meski ketika sampai tak melulu sama dengan apa
yangpernah dibicarakan, bahkan ketika sampai adalah penanda perpisahan. Kamu bisa lihat bagaimana saya menghemat
keluh ketika apapun terjadi selagi kita sedang bersama, karena memang tak ada
hujan atau terik yang bisa dikhawatirkan.
Meski kita
sebenarnya masih bertemu, tapi kamu tau kali ini kita membiarkan tujuan
mengambil tempat paling besar. Sehingga saya tak bisa lagi menempatkan tas-tas
berisi segunung bawaan yang rasanya tak pernah lengkap, tak ada pengumuman
kapan kendaraan akan membawa kita lebih melaju apalagi tempat-tempat
mengagumkan yang jauh dari perdaban atau bayangan.
Sabar, itu yang
orang-orang katakan dalam penantian. Maka mari melakukan itu. Bersamamu adalah
hadiah indah setelah kesenangan tujuan. Saya akan mengupayakan kamu,
menghampirimu, dan kita akan membuat sesuatu yang seru.
Saya
yang rindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar