Jumat, 10 Februari 2017

Kepada Perjalanan

Hai! Saya rindu. Kapan ya kita bertemu?
Saya menemukanmu bersama mereka yang tersenyum lebar di depan kamera, potongan-potongan tiket menuju pintu-pintu yang bergerak, juga tas-tas yang sarat bahagia diangkut tuan dan puannya. Saya juga mau. Bersamamu saya tumbuh, entah tujuan mana yang menggerakkan kita. Kini, kamu hanya seringkali bertamu pada diam saya yang kian mengakar.


Ingat anak kecil yang bisa tertidur lurus di bangku kereta, sedangkan kedua orang tuanya rela menjagai dan duduk di ruang yang tersisa semalaman? Bersamamu, hal-hal seperti itu membuat saya rela duduk menekuk berjam-jam dan memperbaiki cara menunjukkan cinta di hadapan ibu dan bapak kemudian.

Pokoknya saya rindu kamu! Sejauh ini saya tak pernah menyesali kemanapun kita menuju. Itu alasan saya masih punya senyum meski ketika sampai tak melulu sama dengan apa yangpernah dibicarakan, bahkan ketika sampai adalah penanda perpisahan.  Kamu bisa lihat bagaimana saya menghemat keluh ketika apapun terjadi selagi kita sedang bersama, karena memang tak ada hujan atau terik yang bisa dikhawatirkan.

Meski kita sebenarnya masih bertemu, tapi kamu tau kali ini kita membiarkan tujuan mengambil tempat paling besar. Sehingga saya tak bisa lagi menempatkan tas-tas berisi segunung bawaan yang rasanya tak pernah lengkap, tak ada pengumuman kapan kendaraan akan membawa kita lebih melaju apalagi tempat-tempat mengagumkan yang jauh dari perdaban atau bayangan.
Sabar, itu yang orang-orang katakan dalam penantian. Maka mari melakukan itu. Bersamamu adalah hadiah indah setelah kesenangan tujuan. Saya akan mengupayakan kamu, menghampirimu, dan kita akan membuat sesuatu yang seru.

                                                                                                Saya yang rindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar