Bandung memang dikenal sebagai
salah satu wilayah yang tak pernah kehabisan daya pikatnya. Menjelajahi Bandung
umumnya tak pernah terlepas dari hawa dingin dan senyum hangat penduduk
sekitar. Bagi saya yang terbiasa dengan hiruk pikuk perkotaan, berlibur ke
Bandung artinya mencari tempat-tempat yang jauh lebih sejuk atau jauh dari
mesin kendaraan yang menggerung. Awalnya saya sangsi, mengingat penjuru tanah
priangan kini semakin menjadi magnet yang menarik banyak kaki untuk melangkah.
Namun ternyata ada, di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung Barat saya
menemukannya.
Ketika di perjalanan, saya cukup
salut kepada orang-orang yang sudah berbondong-bondong datang lebih dulu. Niat
mereka cukup diacungi jempol untuk merambah daerah Taman Hutan Raya (Tahura)
Ir. Juanda sebagai kawasan Tebing Karaton berada. Jalanan dengan tanjakan
curam, berkelok-kelok, dan tak semua dalam keadaan bagus untuk dilalui apalagi
selepas hujan mampu mereka taklukan. Medan seperti ini cocok bagi mereka yang
menyukai adrenaline rush seperti
olahraga motor trail atau sepeda gunung. Bagi yang ingin datang dengan
menggunakan mobil, warga sekitar hanya memperbolehkan samapai jalan tertentu
karena alasan keamanan. Sisanya sekitar 2 km menanjak, bisa ditempuh dengan
berjalan kaki atau menaiki ojek yang dioperasikan warga. Tarifnya silakan tawar
sendiri ya.
Kabar baik yang menanti sebagai
pengunjung yang agak terlambat mengikuti trend,
saya mendapati Tebing Keraton sudah memiliki jalan setapak yang mudah untuk
dilalui anak-anak hingga orang dewasa selepas loket tiket. Di sekitar pinggir
jurang sudah terdapat pagar untuk meminimalisasi kecelakaan yang bisa tejadi
ketika pengunjung lengah karena bergaya. Kebersihan di tempat ini pun
diusahakan tak mengecewakan. Karena ketika saya berkunjung di sore hari, jarang
sekali sampah yang ditemukan tak di tempatnya. Tempat sampah yang ada juga
menunjang, karena diletakkan di tempat-tempat yang tak jauh dari spot kece untuk berfoto.
Pengalaman dan cerita kawan
memang menyarankan untuk berkunjung ke Tebing Keraton saat matahari bahkan
belum muncul. Karena konon tebing ini menyajikan panorama sunrise terbaik. Tapi ternyata, tebing ini tetap menyimpan
keelokannya hingga matahari hendak terbenam. Sesampainya saya di bibir jurang
yang menghamparkan sungai yang berkelok membelah hutan, rasanya saya bahkan tak
rela berkedip apalagi mengambil ponsel dari dalam tas untuk mengabadikannya
dalam foto. Kabut yang mengambang perlahan-lahan bergerak, sesekali membiarkan
cahaya kemerahan membayang pohon-pohon yang berdiri rimbun. Sedangkan apabila
mata dihadapkan ke sisi yang lain, tampak satu-satu lampu dihidupkan sebelum
gelap menelan Bandung di bawah sana. Kecil dan warna-warni pijarnya mencoba
mengalahkan mega.
Menyaksikan Senja dari ketinggianTebing Keraton |
Cantiknya pemandangan dari atas
Tebing Keraton selayaknya memang tak dipandangi sekali saja. Mugkin benar apa
yang ditulis seorang penyair, Bandung memang diciptakan Tuhan sambil tersenyum
dan bibir tebing ini digoreskannya kuas paling halus yang menyentuh batas-bata
nalar sekaligus imaji manusia. Kali lain bila kesempatan datang lagi, saya
masih ingin membuktikan magisnya berdiri di kala mentari mau memulai hari
dengan setermos kecil bandrek hangat yang mungkin saja bisa saya dapati dari
warung kepunyaan warga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar