Akhir Mei menjadi waktu
banyak film apik mampir di layar bioskop Indonesia. Ada dua film Indonesia
dengan cerita dan penggarapan yang cukup baik sehingga mengundang animo cukup
luas. Sayang, saya belum menontonnya sampai sekarang, padahal jarang film
Indonesia yang mampu bertahan dalam beberapa minggu film luar negeri yang sudah
punya penggemar sendiri. Sempatnya, saya malah baru saja menonton 3 film dari
dari luar negeri itu yang rata-rata mengambil genre fantasi dan superhero, dua
diantaranya merupakan lanjutan atau pengembangan cerita dari film-filmn
suksesnya terdahulu. Ini adalah sedikit catatan yang saya ingat, masih sebagai
orang awam yang tidak terlalu mengikuti seri film sebelumya:
1.
King Arthur : The Legend of Sword
Film yang terinspirasi
dari zaman Arthurian tentang seorang adik raja yang jahatnya alaihim gambreng
untuk menguasai Inggris di zaman itu dan hanya bisa dikalahkan oleh sebuah
pedang. Kecepatan bertuturnya terjaga dari awal film sampai akhir meski agak
kartun penyelsaian filmnya buat saya, yah namanya juga fantasi sik.
Sangat-sangat family movie biarpun 80% isinya berantem. Pemeran antagonisnya
beneran jahat, sejahat-jahatnya raja yang haus kuasa tapi ya imbang sama lawannya
yang pemberani cenderung nekad sih. Pemeran wanitanya cantik-cantik dan
kelihatan anggun dengan pakaian a la a la zaman kerajaan. Ada David Beckham
sebagai cameo tapi saya malah sempet ngga
ngeh dulu, ngga ngangkat buat saya. Film ini CGInya keren dan musiknya
baguus!
2.
Pirates of Caribbean: Salazar’s Revenge
Pertama kali
nonton seri Pirates secara utuh dan di bioskop. Seperti biasa sejauh yang saya
tau, film ini selalu juara soal special efek make up dan kostumnya. Biarpun Jhonny Depp udah
keliatan tua di sini, akting, slengek’annya masih megang. Tapi biarpun ini film
pertama, saya cukup bisa mengenal siapa
dan ngapain para tokoh ini ada karena pengenalan tokohnya rapih buat saya. Jadi
yang belum pernah nonton dan diajak nonton ini, ya nonton aja. Ngga bakal sebanyak itu bertanya, paling
bingung sedikit kenapa yang lain exicited
liat perahu dalam botol. Harusnya ada scene terharu tentang anak-anak yang
ketemu bapaknya tapi dua-duanya ya udah lewat aja depan mata. Ini yang visual
dan CGInya yang paling bagus dari ketiga film yang aya toton akhir bulan ini! Juara
emang Disney. Tokoh utama perempuannya juga a la Miss World banget, menjujung
tinggi Brain, Beuaty, and Behaviour
semuanya tergambar jelas biarpun badannya mungil dibanding film
selanjutnya.
3.
Wonder Women
Asli ngga mau
nonton ini awalnya, tapi ya karena kepingin seneng-seneng dan dibayarin ya
berangkat lah. Ga perlu cerita, Gal Gadot udah cantik dan pas jadi pemeran
utama film ini apalagi tatapan mata sama senyumnya. Kalau bukan dia ngga tau
jadi apa ini film. Surprisingly, pemeran Diana kecil juga manis banget. Pembuka
yang sungguh lah apik karena setelah itu banyak adegan yang ngga perlu dan
manjang-manjangin durasi. Cerita lebih baik dibanding Superman vs Batman yang
apa banget itu. Bakar-bakaran di sini untuk memperjuangkan sesuatu,
menyelamatkan yang perlu. Tapi sorry to say mbak Wonder Woman, kayaknya Ares
ngga mati sejak Perang Dunia ke dua sampai Trump udah jadi presiden. Moral of
the story yang dibawa di film ini banyak dan relevan dengan apa yang sedang terjadi
sekarang. Punya adegan favorit di sini, ketika Diana (Wonder Woman) yang bisa
semua bahasa dunia, hafal mati 12 jilid buku kebutuhan biologis manusia , dan
jago berantem tanpa kena debu atau rambut berantakan pertama kali makan es krim
dan bilang “it’s great! You must be proud to yourself!” ke pedagang es krimnya.
Iyak, putri Zeus takluk sama buatan manusia dan saya setuju.
Banyak adegan
dan dialog yang cenderung feminis di sini, termasuk nunjukkin bahwa perempuan
adalah penyeimbang dunia dan juga jago berantem dengan gerakan slow motion yang detail tapi tetep cantik.
CGInya gimana? Paling payah dari film dua di atas buat saya.
Cuma beberapa jokes yang dilempar ngga bikin saya
ketawa, mungkin karena saya nonton ini saat udah capek dan jam paling malem. Buat
yang belum nonton, ini ngga ada after
creditnya . jadi langsung pulang aja dan bawa sampahnya, ya!
Kesimpulan dari tiga film di
atas, saya jadi kangen nonton film Indonesia karena semua sedang mirip-mirip
visualnya. Kenapa terus ngga nonton, Ita? Karena belum ada temen
yang nyeret saya nonton film Indonesia aja dan lagi males nonton sendirian.
Semoga segera setelah ini ya! Untuk fans-fans tiga film di atas apalagi yang
udah nonton seri sebelumnya, saya minta maaf kalau review ini sok tau karena
iya saya ngga pernah ngikutin seri
sebelumnya dan cuma bisa compare seadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar