Pedati beroda besi ini panjang sekali, nak. Seperti perjalananmu yang diam-diam menjadi doaku. Malam ini, dalam pejam matamu aku tau kamu begitu berarti di bumi. Paling tidak bagi dua orang yang mau mengalah, bersusah untukmu mempersiapkan mimpi.
Seperti apa rupa esok hari, hadapilah nak. Tertawa sajalah hingga tak ada takut yang membayangi kaki-kakimu berjingkat ke udara. Lakukan permainanmu dengan membuka inderamu satu-satu, hingga mengerti mengapa ibu ayahmu masih kerap mengingatkan dengan berbagai nada. Memahami kebebasan tak berarti sekenanya.
Selama tidur, nak. Untukmu matahari esok berjanji tak menyengatmu begitu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar