Kamis, 19 Februari 2015

Perjalanan Terhebat

   Saya menuliskan ini karena rindu, meski jejak baru saja berlalu. Sengaja bukan pada lembar lain cerita ini digulirkan. Karena bukan berkunjung apalagi liburan yang kami lakukan.
   Perjalanan ini singkat saja menurut jarak, hanya Bekasi-Jatinegara. Itupun hanya sampai pada  stasiun kereta. Seberapa sih lamanya? Lama, empat jam tiga puluh menit. Karena kondisi ibukota saat itu hujan dan kemudian banjir, belum ditambah banyak kereta yang sulit melintas. Tapi demi putri sulung dan kakak satu-satunya, tidak ada kata tidak untuk mengantar sekaligus menemani hingga pasti saya aman di perjalanan menuju Jogja.

   Ah, tau apa saya tentang cinta bila tak ada pemahaman yang diajarkan sebaik malam itu? Saya yang tinggal duduk manis di belakang boncengan ibu dan dipanggulkan tasnya oleh bapak bisa-bisanya masih mengeluh panjang pendek tentang gerimis sampai beberapa jadwal kereta yang terlambat, untungnya bukan kereta saya. Itu doa yang terkabulkan tanpa sempat dikatakan saya rasa.
   Benar-benar tak ada keluhan malam itu, bahkan dari mulut adik saya yang baru saja pulang dari sekolah sore harinya. Hanya dari mulut saya, iya itu seingat saya. Kekhawatiran balik yang saya punya dan dirasakan ibu tentang bagaimana mereka pulang jika tidak mengejar jadwal KRL terakhir justru ditanggapi santai, "kami bisa naik kendaraan umum lain selain kereta" katanya waktu itu.
   Sampai ketika kereta saya datang, kami semua lega. Jelas, seperti biasanya saya menyimpan airmata dalam sesak. Tapi mereka tersenyum menguatkan, meski samar terbaca ada sedih mengambang pada udara larut waktu itu. Rindu juga terasa meski saya baru beberapa jengkal tak terlihat, saya tau melalui pesan singkat dari ibu yang mengatakan mereka kembali kerumah tak lama setelah kereta yang saya tumpangi berangkat.
   Malam itu, satu kisah yang kalimatnya sudah pernah mampir di telinga dan menjadi klise bagi saya ternyata mengolok-olok saya dalam. Bahwa semuanya nyata, ketika mencintai tak melulu mengharuskanmu dekat atau bersama karena itu tak lantas menjadikan cintamu tumbuh meluas.  Berani membiarkan kecintaan lain tumbuh, tak lantas mengkerdilkan apa yang selama ini kamu upayakan, cepat atau lambat kamu justru tau seberapa menjejak cintamu masuk dalam hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar