Minggu, 12 Mei 2013

Singit bersaudara

     Masa-masa SMA adalah masa yang paling indah kata orang, dan saya percaya itu. Di SMA saya bertemu (lagi) dengan beberapa orang yang dulu pernah menjadi teman saya di SMP, tetapi waktu itu kita belum saling mengenal karena SMP saya adalah SMP negeri yang punya banyak kelas. dari kelas X atau 1 SMA saya punya teman-teman baru yang datang, pergi atau tetap memilih bertahan disamping saya yang agak absurd. 
     Dan diantara mereka yang bertahan adalah beberapa teman saya semasa kelas XI, kami bertemu dan mulai bersahabat karena beberapa kesamaan dan banyak perbedaan yang harus kami padukan sehingga kami tetap saling menjaga. Kami menamai diri kami singit bersaudara.

     kelebihan emak, kurang aldilla, fifty dan dila

     Ya, mereka ber-9 adalah saksi kunci semua suka duka dan kegilaan saya dari kelas XI, saya pun juga tau bagaimana mereka menjadi pribadi yang hebat seperti sekarang. Dan hal-hal gila seperti dulu sudah terlewati dan saya sangat merindukannya, sangat. Karena banyak hal-hal yang pantas dikenang saat bersama mereka. Beberapa hal tentang diri  mereka menurut saya,
     Aldilla Kurniawati    : seorang yang banyak teman dan perhatian, yang hanya terpaut satu bulan umurnya dengan saya adalah teman semeja saya sewaktu kelas XI. dia penyuka adik kelas 
     Annisa Nurohmah   : cuek, tapi bila kita sudah dihatinya  dekat sama dia, dia akan perhatian banget, paling ekspresif kalo lagi cerita. teman semeja Dila sampai kelas XII ini bercita-cita menjadi sarjana peternakan.    
     Dwi Fajriani            : cewek berbehel yang ahli dibeberapa bidang pelajaran terutama kimia ini adalah teman sebangku Ira waktu kelas XI.
     Dila Dwisera           : paling tinggi diantara yang lain, cuek terkesan tomboy dan hobi baca novel serupa dengan saya bercita-cita menjadi seorang psikolog. 
     Fifty Mediasarsi      : murid teladan sejak kelas X yang pembawaannya lebih sering serius daripada bercanda, tapi kalau udah bercanda lebih parah dari yang lain ia juga tomboy tapi sering nangis kalo urusan cowok (sama kayak yang lain).
     Amelinda A.           : sebelas, dua belas dengan Fifty bahkan mungkin lebih repoot, rapih banget anaknya.   Ia teman semeja Nadya sewaktu kelas XI.
     Ira Nurwiyani         : cuek, tertutup dan pendengar yang baik. sering banget curhat sama orang ini. satu lagi, dia sangant penurut sama orangtua dan guru. karena hasil gambarnya bagus, ia bercita-cita menjadi arsitek.
     Melda Fijrianti       : putra bapak Daltinizar ini banyak disukai oleh beberapa teman laki-laki saya di SMA tapi tetap saja sepertinya ia hanya menggalaukan seorang pria. Ia juga sangat sabar meskipun sering menangis.
     Nadya P.N.           : sahabat saya sejak kelas VIII ini wanita setia meski sering terluka. Kalau ada dia pasti terdengar ribuuut banget, biarpun kita cuma ngobrol berdua karena suara baisanya saja sudah falseto makanya ia bergabung dalam tim pdauan suara di SMA saya.
     Aditya Rizka Puspita  : tanyakan saja pada mereka ber-7
     Perempuan-perempuan cuek dan tidak mau ribet, mungkin itu yang mendasari kami seperti menemukan keluarga. Tapi, meskipun begitu kami kerap kali menangis saat berkumpul. Dua tahun ini, merekalah yang banyak mengubah kelabu saya menjadi pelangi dan pegangan saat saya hampir jatuh. harapan saya tak banyak, hanya ingin  semuanya terjaga meski nanti kami berbeda kota dan jika saya belum pernah mengatakan saya akan katakan bahwa saya sangat mencintai mereka semua dan pesahabatan ini.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar